11. Rasa Penasaran

550 33 2
                                    

Sinar matahari menembus jendela kamar dari arah kanannya, menyerang tubuh langsing yang masih terbungkus selimut tebal itu. Lana membuka matanya malas, merasakan sengatan matahari yang menyusup masuk ke dalam selimut. Ia menggeliat, meregangkan seluruh otot tubuhnya.

Matanya beberapa kali mengerjap sebelum akhirnya terbuka sempurna. Untuk sekian detik Lana menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Pikirannya mengawang entah kemana.

Lana mengambil ponsel miliknya yang ia letakkan di atas nakas sebelah ranjang sebelum pergi tidur tadi malam. Ia menyenderkan badannya pada kepala tempat tidur berukuran queen size itu. Mata Lana langsung disuguhkan dengan nomor yang tidak ia kenal saat ponselnya benar-benar aktif. Segera membuka pesan dari nomor tersebut dan membacanya.

Dari : 08235328xxxx

Hai, Na. Ini gue Niko. Maaf, tadi malam gue ketiduran, gue gak sempat ngasih tau lo. Tapi, gue sampai dengan selamat tadi malam, ya.

Mata Lana membulat dengan sempurna, ia tak menyangka bahwa Niko benar-benar mengiriminya pesan, walaupun terlambat. Tapi wanita itu senang. Seluruh hati Lana terasa berbunga-bunga. Satu pesan dari nomor yang mengaku sebagai Niko itu mampu membuat paginya secerah matahari di atas sana. Lana segera membalas, tak ingin membuang kesempatan yang hanya datang sekali padanya. Sebelum membalas, tak lupa Lana menyimpan dahulu nomor tersebut.

Sorry, Ko. Gue baru buka hape.
Syukur kalau lo selamat. Hehe.

Balas Lana dengan membawa hatinya untuk tetap tenang walau degup jantungnya tidak bisa berbohong. Tak lama ponselnya kembali berbunyi, menandakan pesan masuk. Dengan segera wanita itu membuka isi pesan tersebut.

Oke, Na. Maaf pagi-pagi gue ganggu lo. Have a nice day, Na.

Balasan pesan dari Niko berhasil membuat Lana melebarkan senyumnya. Menampakkan deretan gigi putih nan rapi. Lana ingin membalas kembali pesan Niko namun niatan itu dengan cepat ia urungkan. Ia tak ingin terlihat terlalu menggebu-gebu saat membalas pesan dari orang yang ia sukai sejak dulu itu. Ia ingin terlihat misterius saat membalas pesan dari pujaan hatinya itu walaupun kenyataan yang terlihat, tadi malam ia telah menampakkan sedikit sisi kegilaannya di hadapan Niko.

"Have a nice day too, Ko," gumam Lana. Wanita itu tidak berhenti menatap pesan terakhir milik Niko.

Lana beralih menatap jam digital di dalam ponselnya yang telah menunjukkan hampir pukul 8 pagi. Dengan segera ia melompat dari atas ranjangnya dan meraih handuk berwarna merah muda dari gantungan lalu menuju kamar mandi.

Setengah jam kemudian, Lana sudah siap dengan setelan baju lengan panjang turtle neck berwarna cream dibalut blazer berwarna senada dan dipadukan dengan celana panjang highwaist hitam, tak lupa high heels berwana serupa dengan celana panjangnya dan juga tas jinjingnya yang ia cocokkan dengan warna bajunya.

Lana menuruni anak tangga diiringi bunyi ketukan dari tumit sepatunya, menuju meja makan untuk menyarap sarapannya. Di atas meja makan sudah disediakan beberapa lembar roti tawar yang diletakkan di atas piring dan beberapa varian selai.

Tepat saat Lana mendaratkan bokongnya di kursi makan, Bik Ijah dengan sigap memberikan susu vanila pada Lana dan meletakkannya di sebelah kanan wanita itu.

"Papa Mama, mana, Bik?" tanya Lana sembari menggigit roti tawar yang sudah dibaluri selai coklat itu.

"Sudah pergi, non. Bu Lidya ada acara dengan geng arisannya, sementara Pak Wibowo ada rapat di kantor pagi ini," jelas Bik Ijah. "Oh iya, non. Tadi bapak pesan, kalau non sudah selesai sarapan, disuruh langsung ke kantor untuk segera mempersiapkan beberapa berkas penting, karena akan ketemu klien di jam makan siang," lanjut Bik Ijah, menyampaikan amanat tuannya kepada Putri dari Keluarga Ganindra tersebut.

ELANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang