56. Cincin di Jemari Inggit

343 21 10
                                    

Hari berganti hari dengan cepat. Setelah pengakuan cinta yang berkedok latihan pada Inggit beberapa hari lalu. Malam ini Elang menjemput kekasihnya menggunakan taksi yang sudah ia pesan sebelumnya.

Elang sudah memberitahukan Inggit akan membawanya pergi ke suatu tempat, maka wanita yang lebih tua darinya itu sudah mengenakan gaun selutut berwarna biru muda dengan bagian lengan potongan pendek yang menambah kecantikan Inggit.

"Kamu, beneran dandan, Iit?" tanya Elang tak percaya saat Inggit muncul dari balik pintu rumahnya. Wanita itu sudah menunggu Elang sejak tadi dengan tidak sabaran, maka saat Elang mengetuk pintu rumahnya, Inggit sudah siap sedia untuk segera keluar.

"Ck! Merusak suasana. Jadi, aku ganti baju aja, ya. Pakai daster."

"Eh, ya jangan. Kamu cantik banget soalnya." Tidak bisa mengalihkan netranya dari Inggit.

"Iya, aku kan harus maksimal, jangan kayak kemarin-marin. Kamu ngajak aku ke restoran mewah, tapi baju aku gak sesuai. Mana tahu kamu mau ngelamar aku kan. Makanya aku dandan yang maksimal."

Elang melongo. Tidak mungkin Inggit tahu niatnya, 'kan?

Tapi, melihat dari cara Inggit berpakaian Elang jadi berpikir ulang. Apa kekasihnya ini seorang paranormal?
Atau malah ia diam-diam berguru pada Limbad agar bisa mengetahui isi pikiran Elang?

Padahal lelaki dengan satu kruk itu hanya berpakaian biasa. Hanya memakai kemeja hitam yang lengannya telah digulung lalu celana jeans berwarna senada dengan pakaian Inggit, tidak ada yang mencolok. Oh, tapi sesuatu di dalam saku jeans-nya mungkin nanti akan terlihat mencolok. Sebuah benda yang sempat ia sematkan pada jemari Inggit, namun tak lama ia tarik kembali saat latihan beberapa hari yang lalu.

"Hei, kok malah begong? Jadi jalan, gak?" Inggit mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajah Elang.

"Jadi, dong. Ayo!" serunya riang.

*********

Inggit dibuat takjub dengan pemandangan yang ada di sekelilingnya. Dinding kaca transparan yang memperlihatkan berbagai macam biota laut sedang berenang di dalamnya. Ada gurita, ikan-ikan yang tidak Inggit tahu namanya, ubur-ubur, juga beberapa hewan laut yang tidak terlalu familiar oleh Inggit.

Yap, Elang membawa Inggit malam ini ke sebuah tempat dengan berbagai biota laut di dalamnya, anak-anak muda zaman sekarang menyebutnya akuarium date, sesuai dengan rekomendasi di internet yang telah ia jelajahi beberapa hari ini. Elang tidak mempunyai ide tentang tempat romantis mana pun dan pilihannya jatuh pada tempat yang ia pijaki sekarang, sesuai dengan rekomendasi terbanyak setelah pantai dan tempat romantis lainnya.

Inggit baru pertama kali ke sini itu terlihat dari binar matanya yang memandang takjub dinding kaca di sekelilingnya hingga kepala Inggit berputar mengikuti setiap pergerakan ikan-ikan kecil yang ada di hadapannya, wanita itu menempelkan dahinya pada dinding kaca tersebut, ingin melihat hewan-hewan yang hidup di dalam air itu dengan lebih jelas.

"Jangan gitu, Iit. Nanti bisa kena marah sama petugasnya. Itu, ada kata peringatan." Elang memundurkan jarak Inggit dari dinding kaca tersebut lalu mengarahkan jari telunjuknya pada tiang yang bertuliskan papan peringatan.

"Awas anjing galak," ulang Inggit dengan serius.

"Loh." Elang kembali membaca papan peringatan dengan seksama. "Dih, awas kaca pecah," balas Elang membetulkan kalimat tersebut.

Inggit terkekeh, rasanya senang mengerjai Elang.

Inggit menarik tangan Elang untuk kembali berjalan ke arah kerumunan orang-orang yang membuat mereka sedikit berusaha keras untuk mendekatkan diri pada tabung kaca berukuran besar tersebut. Mereka kini berpindah lokasi pada puluhan ikan hiu raksasa dan ikan-ikan besar lainnya yang sedang berenang tenang di dalam akuarium raksasa. Inggit ingin lebih mendekat, namun gerakannya dengan cepat di tahan oleh Elang.

ELANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang