58. Menuju Hari Bahagia

264 20 18
                                    

Inggit Elang, here ....

Happy reading, yeorobun 🫶🫶

🦅🦅🦅🦅

Inggit mencoba gaun pengantin di salah satu butik ternama yang merupakan seorang kenalan Sekar. Wanita paruh baya itu meminta Inggit untuk mencoba gaun pernikahan di salah satu butik kepercayaannya melalui sang putra bungsu.

Inggit yang ditemani oleh Lana dan Kathrina kini beputar di depan cermin besar setelah tirai ruang ganti di buka lebar. Satu gaun pengantin telah ia pilih, gaun berwarna putih yang menutupi seluruh tubuhnya memiliki model floor-lenght dengan aksen brokat di bagian lengan.

Model gaun Inggit tidak banyak layer maupun payet, terkesan sederhana namun terasa elegan dan mewah dalam waktu bersamaan.

Lana mengeluarkan ponselnya dan memotret Inggit yang kini membelakanginya lalu mengirimkan pada Elang yang lima menit lalu sudah mengingatkan Lana untuk mengirimkan hasil foto Inggit pada adik iparnya itu secara diam-diam.

Inggit berbalik, matanya berbinar cerah menatap kedua wanita yang sebentar lagi resmi menjadi kakak iparnya itu. Lana mengarahkan dua ibu jarinya ke arah Inggit, mengatakan secara tersirat kalau gaun yang sedang ia kenakan tampak bagus. Lain halnya dengan Kathrina, perempuan dewasa itu mengulas senyum lebarnya dengan mata yang menatap Inggit dengan binar bahagia.

Sudah dua bulan berlalu sejak Inggit dan Elang meminta restu pada Sekar, juga tanggal pernikahan yang telah ditetapkan beberapa minggu lalu, membuat Inggit sekarang berada di dalam butik ini dan mencoba gaun pernikahannya.

Setelah puas berada di butik, ketiga wanita itu melangkahkan kaki mereka untuk berpindah tempat ke salah satu restoran terdekat. Lana yang sudah merasakan perutnya keroncongan pun memilih tempat ini sebagai pemberhentian untuk mengisi perut mereka.

Ketiga wanita itu menikmati makan siangnya setelah seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka beberapa menit lalu. Lana dan Kathrina tampak sangat menikmati makan siang mereka tapi tidak dengan Inggit. Wanita itu hanya memainkan alat makannya dengan pandangan kosong yang mengarah ke depan.

"Woi, makan." Lana menepuk lengan Inggit sedikit kuat guna menyadarkan sahabatnya itu dari lamunannya yang kosong.

"Mikirin apa, Nggit?" timpal Kathrina melihat ke arah Inggit penuh.

Inggit menggelengkan kepalanya pelan lalu terdengar helaan napas berat setelahnya.

"Gue, ragu sama diri gue sendiri," lirihnya, namun masih bisa di dengar oleh Kathrina dan Lana. Tangannya masih memainkan alat makan, menggulung asal pasta yang berada di atas piring dengan garpu.

"Gue takut gak bisa buat Elang bahagia sama gue. Gue punya kekurangan, gue gak bisa berikan kesempurnaan untuk dia. Gue bukan calon istri yang baik." Inggit menangkup wajahnya dengan kedua tangan, membiarkan air mata keputusasaan keluar dari manik cokelat itu.

Semakin dekat menuju hari pernikahan, maka semakin rendah diri pula Inggit dibuatnya. Kejadian beberapa tahun lalu tanpa diundang kembali datang menyapa memori di kepala Inggit, membuat wanita itu merasa tidak pantas untuk calon suaminya tersebut.

Lana yang duduk di samping Inggit memeluk tubuh itu dari samping setelah menghentikan kegiatan makannya, mengusap bahu Inggit pelan, mengalirkan rasa tenang yang sahabatnya butuhkan.

Lana tidak tahu pasti apa yang menyebabkan Inggit kembali merasa rendah diri. Padahal, baru beberapa jam tadi netra cokelat milik sahabatnya itu menunjukkan binar bahagia saat berbelanja untuk keperluan pernikahannya nanti.

ELANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang