65. You Complete Me [END]

1.6K 33 25
                                    

Hai, Yeorobun ...
Elang Inggit, kembali. Bab ini akan menjadi bab terakhir perjalanan cinta mereka berdua.

Bab ini juga akan sedikit panjang, dimohon untuk para pembaca agar membacanya secara perlahan saja. Boleh juga bacanya sambil ngemil, baring, atau mencari tempat yang nyaman dan lainnya.

Terima kasih untuk pembaca setia cerita ini, untuk Komen dan Votenya, saya ucapkan terima kasih banyak.

Salam cinta dnprtmi_

Happy reading, Yeorobun 😘

🦅🦅🦅🦅

"Inggit, jangan pergi. Aku gak ngizinin kamu pergi."

"Inggit!!"

"INGGIT!!"

Elang mengangkat kepalanya secara paksa saat adegan di hadapannya terasa sangat nyata, sosok Inggit yang pergi menjauh darinya tanpa bisa ia cegah membuat napas pria itu sampai tersengal-sengal dengan dada yang naik turun. Matanya terbeliak menatap lurus ke arah dinding disekeliling ruangan, keringat dingin menjalar hampir keseluruh tubuhnya, ia mencoba mengatur ritme jantung yang tidak beraturan dan juga menyeka peluh disekitaran dahi dan sisi wajahnya. Elang mengusap wajahnya kasar, mencoba mengambil kesadaran dirinya yang beberapa saat masih berada diambang mimpi.

Penampilan pria itu tak lagi sama seperti beberapa bulan lalu. Rambut halus disekitaran wajahnya ia biarkan tumbuh tanpa ada niat untuk mencukurnya. Rambut yang selalu tertata rapi, dibiarkan memanjang begitu saja hingga menutupi telinga dan juga dahinya. Wajahnya juga terlihat sangat kusut dengan pakaian yang masih ia kenakan dari semalam, terlalu malas sekadar membersihkan dirinya sendiri.

Netranya kini bergulir pada seseorang yang masih nyaman dengan posisi tidur di atas bed pesakitan itu. Sudah berbulan-bulan berlalu sejak kecelakaan yang menimpa wanitanya. Inggit seakan nyaman berada pada posisinya tanpa berniat ingin bangun.

Berbagai alat penunjang kehidupan yang ditancapkan pada tubuh wanitanya menjadi pemandangan yang tidak lagi bisa Elang elakkan. Setiap detik, menit, jam, hanya wajah pucat milik istrinya yang ia lihat setiap hari.

Tangan Elang terulur ke depan, membelai penuh sayang surai hitam milik sang istri. Sesekali ia terdengar menghela napas pendek, seolah lega mendapati kalau Inggit masih berada di sampingnya, walaupun dengan mata yang enggan terbuka setidaknya raga Inggit masih berada di dekatnya.

Air mata pria itu kembali melesat jatuh dari netra cokelatnya. Membayangkan mimpi yang tadi ia alami akan menjadi kenyataan kembali membuat hatinya rapuh. Ia melirik arloji yang terpasang di pergelangan tangan setelah menyeka air matanya perlahan, kemudian beranjak dari duduknya dan kembali dengan sebaskom air hangat dan waslap di salah satu sisi tangan.

"Inggit, ini udah sore. Aku bersihin kamu dulu, ya."

Elang mulai menyeka tubuh kurus sang istri menggunakan waslap yang telah ia basahi. Membersihkan tubuh Inggit sudah termasuk hal wajib yang akan ia lakukan sendiri tiap harinya, setidaknya dua kali sehari. Gerakannya sangat hati-hati, takut-takut akan melukai Inggit jika terlalu keras membersihkan tubuh ringkih itu.

Mulai dari wajah, tangan, dan berakhir di kaki wanita itu pun tak luput dari pembersihan yang di lakukan Elang. Elang begitu telaten membersihkan tubuh Inggit walaupun hanya menggunakan waslap yang telah dibasahi dengan air hangat, tidak ada seinci pun sela tubuh Inggit yang ia lewatkan.

Setelah menyelesaikan kegiatannya Elang kembali mengambil duduk di sebelah brankar sang istri, menggenggam tangan yang tidak dialiri infus lalu mengecup singkat punggung tangan wanitanya.

ELANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang