7. Siapa Yang Tahu

1K 55 8
                                    

Inggit gelisah. Kali ini ia sudah berada di atas ranjangnya. Wanita itu berusaha memejamkan mata namun tidak bisa. Ia juga mencoba membalikkan badannya ke kiri dan kanan, namun matanya malah tertuju pada jam kecil yang berada di atas nakas.

"Jam 1. Apa sebaiknya coba gue lihat ya."

Gumamnya pada diri sendiri diiringi dengan langkah kaki yang turun dari ranjang.
Inggit membuka sedikit pintu kamarnya guna mengintip apa yang tengah dilakukan Elang sejak ia tinggalkan sedari tadi.

Dirasa Inggit kurang jelas melihat Elang, ia pun mendekat. Didapatinya televisi yang masih menyala namun yang menonton sudah terbawa ke alam mimpi. Posisinya masih sama seperti Inggit tinggalkan tadi.

"Huh! Gue egois banget ya, Lang," gumamnya menyalahkan diri sendiri.

"Lang, bangun yuk, kita pindah ke kamar." Inggit menepuk pelan pipi Elang hingga pria itu terbangun dari tidurnya.

"Eugh ... Nggit?" Pria itu melenguh sebentar lalu berusaha membuka matanya dan mendapati Inggit yang setengah berjongkok di hadapannya.

"Yuk, pindah ke kamar lo."

Inggit membantu Elang pindah ke atas kursi roda nya dan segera membawa pria itu ke kamarnya. Sesampainya di dalam kamar. Hal yang sama pun ia lakukan seperti saat ia memindahkan Elang dari sofa.

"Gimana?" Nyaman?"

"Eemm, bantal gue kurang nyaman, Nggit."

"Gini?" Inggit membetulkan bantal di kepala Elang.

"Iya. Gini oke. Thanks."

"Gue balik ke kamar ya."

"Tunggu, Nggit."

Inggit berbalik.

"Gue minta maaf," ucap Elang ragu-ragu.

"Itu aja? Gue balik kamar ya."

"Eh ... tunggu ..."

Inggit pun kembali menunggu.

"Eem ... boleh gak lo tidur di sini, Nggit?"

Inggit menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Gue mau lo temani malam ini."

"Temani doang kan? Gak pakai plus-plus?" Inggit menaikkan jarinya membentuk huruf V, menggoda Elang.

"Astaghfirullah, Inggit. Kamu berdosa banget." Elang berpura-pura shock dengan apa yang dilihatnya membuat Inggit tertawa renyah. Inggit berjalan mendekati ranjang Elang. Menarik kursi terdekatnya dan duduk di sebelah ranjang.

"Nggit. Gak disitu.."

Inggit menautkan kedua alisnya heran. "Lalu?"

"Di sini." Elang melirik bagian kosong di sampingnya sembari menggigit bibir dengan gaya nakalnya. "Di samping gue." Suaranya seakan dibuat mendesah.

Inggit sekali lagi tergelak bahkan terbahak. Melihat kelakuan Elang yang menurutnya seperti playboy-playboy tokoh fiksi di dalam cerita novel. Inggit mulai menaiki ranjang Elang, namun gerakannya terhenti, ia bingung.

"Kenapa?" Elang yang menyadari langsung bertanya.

"Ini gimana gue tidurnya?! Lo ada di tengah-tengah bed."

"Oh iya. Pindahin gue dulu dong kalau gitu."

"Mau tidur aja gue harus repot dulu ya."

Elang terkekeh. Inggit mulai menggeser sedikit tubuh Elang dan meninggalkan space untuk dirinya yang dirasa Inggit cukup. Inggit segera merebahkan tubuhnya di samping Elang, beralaskan tangan Elang sesuai kemauan pria itu.

ELANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang