Bagian 01: kembali ke tujuh tahun lalu

289 106 317
                                    

Tiada masa paling indah
Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah-kasih di sekolah
~ Kisah kasih di sekolah: Chrisye

-Back to Juni 2016-


Tiga orang siswi kini tengah mengendap-endap menuju belakang sekolah, berniat membolos mata pelajaran terakhir hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga orang siswi kini tengah mengendap-endap menuju belakang sekolah, berniat membolos mata pelajaran terakhir hari ini. Tiba di tembok besar menjulang, dua gadis terlebih dahulu memanjat. Setelah memastikan di luar tidak ada yang sedang berjaga, keduanya mengacungkan ibu jari kepada gadis lain yang masih berdiri di bawah lalu melompat ke luar tembok. Gadis yang tertinggal itu mengambil ancang-ancang untuk memanjat. Tembok ini cukup tebal dan tinggi, sayangnya hal tersebut tidak menghalangi para murid untuk membolos.

"Rahma." Suara itu membuat si gadis mendesah lelah, belum sempat melompat keluar. Kedua gadis tadi sudah lari terbirit-birit begitu mendengar suara yang mereka kenal, dasar tidak setia kawan!

Gadis itu menoleh, menyunggingkan senyum terpaksa kepada pemuda dengan almamater osis tersebut. "Kenapa?"

"Turun!" pinta pemuda tadi sembari melipat tangan di depan dada.

Rahma menggeleng cepat. Enak saja! Ia sudah di atas sini malah diminta kembali. Gadis itu memeletkan lidah, "gak mau!"

Helaan napas berat terdengar, pemuda itu perlahan berjalan mendekati tembok, membuat Rahma panik bukan kepalang. "Ehh ... Ehh, jangan mendekat woi! Lu mau ngintip daleman gue?"

Pemuda itu terbahak, menatap Rahma tak percaya. Rahma mengerutkan dahi, mempertanyakan mengapa pemuda itu tertawa. Apa ada yang salah dengan ucapannya? Rahma hanya berjaga-jaga saja, siapa tahu dia mesum!

"Makanya, turun!"

"Gue udah di atas ini loh, masa mau turun lagi," ujar Rahma, ia menunduk menatap si pemuda yang berada di bawah.

Pemuda itu menaruh kedua tangan di atas pinggang, "kamu kalo mau keluar juga harus lompat ke bawah kan? Turun juga akhirnya, sama aja."

Benar juga, tapi sia-sia dong! Masa sudah sejauh ini, Rahma harus kembali ke sekolah. Tanggung sekali, tinggal lompat ke luar ini. "Kalo gitu gue lompat ke sana aja," kata Rahma menunjuk luar tembok.

"Kalau kamu bolos, saya laporin ke kepsek dan panggil ortu kamu. Tapi kalau kamu kembali ke sini, saya cuma akan kasih kamu sedikit nasihat." Rahma berdecih mendengar ucapan pemuda itu. Dih, bisanya ngancem, batin gadis itu. Ingin sekali ia pukul kepada pemuda itu dengan botol air mineral atau sekalian saja tendang ke selokan.

Namun Rahma memutuskan untuk menurut, tak mau jika orang tua nya sampai dipanggil ke sekolah. Dengan sekali lompatan ia turun, dalam hati masih terus menyumpah - serapahi sosok di depannya itu. Jika diperbolehkan, ingin sekali rasanya Rahma berdemo meminta jabatan lelaki itu dicabut. "Kenapa gue mulu sih yang ditangkep? Kenapa giliran mereka yang bolos lo biarin gitu aja?"

Back to DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang