Cinta yang ku pendam
Tak sempat aku nyatakan
Karena kau tlah memilih
Menutup pintu hatimuIjinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Ijinkan aku menyayangimu~ Iwan Fals; ijinkan aku menyayangimu
Seperti hari biasanya pada minggu pagi, segerombolan muda-mudi itu berkumpul di teras rumah Ikhwan. Mereka duduk bersila membentuk lingkaran, masing-masing memegang kartu remi di tangan.
"Udahan yuk, main yang lain aja," usul Tantri, ia meletakkan kartunya ke lantai. Mereka sudah bermain kartu remi selama tiga jam, meski jenis permainan yang mereka lakukan berbeda dan ada rotasi pemain, namun tetap saja sudah membosankan. Terlebih mereka sudah bermain kartu remi ratusan kali terhitung dari awal mereka memutuskan untuk menjadikan rumah Ikhwan sebagai tempat berkumpul.
"Mau main apa? Monopoli? Ular tangga? atau main PS?" tanya Anna.
Semuanya tampak berpikir, memilih permainan apa yang sekiranya menyenangkan untuk dilakukan. Total ada delapan orang di sana: Anna, Intan, Aimi, Tantri, Izra, Miko, Raksa dan Ikhwan. Baik Aimi, Tantri, Izra dan Miko tidak bersekolah di tempat yang sama dengan Ikhwan.
Mereka tinggal di komplek yang sama dengan Ikhwan, rata-rata hanya berjarak satu-dua rumah saja. Rumah Ikhwan telah dijadikan markas kumpul sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, alasannya karena pemuda itu punya banyak permainan seperti monopoli, ular tangga, kartu remi, kartu uno, bola, basket, voli dan playstation. Ikhwan juga sering mengajak mereka melakukan permainan-permainan baru yang menyenangkan. Itu lebih baik daripada bergelut pada ponsel.
"Wan, lo gak ada ide permainan baru gitu?" tanya Izra yang dibalas gelengan kepala oleh Ikhwan. Izra Ade Nugraha nama lengkapnya, pemuda berkulit putih pucat itu cukup aktif dalam berbagai organisasi baik di sekolah maupun di perumahan tempat mereka tinggal.
"Aku liat-liat kamu kok dari tadi diem aja, kayak lesu gitu," ujar Aimi. Aimi Zafira, gadis bertubuh mungil yang selalu menyambet juara pertama di kelas sedari sekolah dasar. Seperti Ikhwan, Aimi tidak terlalu nyaman menggunakan kata lo-gue.
"Iya, kenapa lo? ada masalah?" Miko menaikkan sebelah alis bertanya. Sepupu Izra itu memiringkan kepala, memperhatikan wajah Ikhwan dengan seksama. Bernama lengkap Miko Rahadi, ia merupakan yang paling penuh energi, sering melemparkan guyonan bahkan bertingkah di luar nalar.
"Soal cewek itu bukan? Rahma, ya gak?" terka Tantri. Punya nama lengkap Tantri Alula, gadis manis dengan sifat yang ramah dan bersahabat, sering kali membuat lawan jenis salah paham karena hal itu.
Mereka semua memang mengetahui tentang Rahma, Anna dan Raksa lah yang pertama kali menceritakan gadis itu sebagai seseorang yang Ikhwan sukai. Kemudian pada setiap pertemuan berikutnya, mereka akan menuntut Ikhwan bercerita tentang perkembangan hubungannya dan memberikan pemuda itu masukan.Ikhwan menghela napas sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Dia minta saya buat berhenti deketin dia."
"Hah? Seriusan? Alasannya?" Anna membolakan mata, Rahma sama sekali tidak menceritakan hal ini kepadanya. Rahma memang belum terbuka sepenuhnya kepada Anna, sering kali Anna harus mencerca gadis itu dengan pertanyaan barulah dia akan bercerita.
"Dia gak siap buat jatuh dan cinta."
Untuk beberapa detik, semuanya terdiam - tidak tahu harus merespon seperti apa. Lalu Miko mengambil alih atensi mereka. "Mungkin bukan gak siap, tapi emang dia gak cinta sama lo," ujar Miko yang langsung mendapat tatapan horor dari teman-temannya. Pemuda itu kalau bicara memang suka tidak dipilah terlebih dahulu, tidak berpikir apakah akan melukai orang lain atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to December
Teen FictionMaybe this is wishful thinkin' Probably mindless dreamin' But if we loved again, I swear I'd love you right I'd go back in time and change it, but I can't ~Taylor swift - Back to December "Beberapa orang gak move on bukan karena gak bisa, tapi gak m...