HaiiiAku mau bilang lagi 'Makasih karena masih bertahan baca di sini' tapi takut kalian bosen wkwk. Sehat-sehat pokoknya kita yaaa 🙌✨
Kasih 1 emoticon dulu dooong.
Selamat membaca. Mohon tandai typo pasti banyak banget typo-nya soalnya laptopku meng-update mulu jadi publish di HP iniii :")
***
Sepertinya, setelah memutuskan untuk menjadi pegawai di perusahaan yang dipimpin oleh seorang Janari Bimantara, Hakim tidak punya hak lagi atas waktunya sendiri. Pun di akhir pekan, saat Hakim sudah berjanji pada Fathe dan Inka untuk menemani mereka menyiapkan segala hal tentang pernikahan, dia ditugaskan oleh Janari untuk menemui salah satu rekan bisnisnya yang baru saja tiba di Jakarta.
Hanya untuk mengucapkan selamat datang, lalu menemaninya makan siang. Terdengar sepele, tapi jelas semua itu sudah merenggut waktu akhir pekannya.
Hakim selesai dengan urusannya pada pukul dua siang. Dia tidak tahu Favita masih berada di butik bersama Fathe dan Inka atau sudah berpindah ke tempat lain. Jadi, sesaat setelah keluar dari tempat makan siang untuk menuju mobilnya yang terparkir jauh di ujung pertigaan, Hakim mencoba menghubungi wanita itu.
"Halo, Mas?" Suara itu terdengar, selalu sama. Bahkan, Hakim bisa menebak seperti apa nadanya sebelum suara wanita itu menyapa telinganya.
"Kamu di mana?"
"Masih di butik, baru selesai sih. Habis ini mau langsung ke venue," jawabnya. "Kamu mau jadi nyusul nggak?"
"Kalau aku nyusul sekarang, aku nyusul kamu ke butik atau langsung ke venue aja?"
"Kayaknya langsung ke venue aja deh. Kita ketemu di sana."
"Oh, oke." Sambungan telepon yang terputus itu beriringan dengan langkah Hakim yang terhenti di depan sebuah pintu kaca outlet berbingkai cokelat. Beberapa orangmengantre di jendela untuk mendapatkan roti dan beberapa cup minuman untuk di-take away, sementara pelanggan dinein keluar-masuk dari pintu. Ada wangi caramel yang manis menyeruak keluar; khas, tidak pernah berubah, dan tentu sajamembangkitkan banyak kenangan lama.
Toko roti, dengan brand yang sama seperti terakhir kali dia mengunjunginya sepuluh tahun yang lalu. Bersama Hanan.
Hakim tidak pernah sengaja mengingat kenangan bersama wanita itu, hanya saja, beberapa tempat yang terlalu sering dia kunjungi dengannya, otomatis akan menyodorkan kenangan saat Hakim melewatinya sendiri. Seperti sekarang.
Lalu setelahnya, tentu saja dia akan lupa. Dia hanya ingat, tidak pernah hidup di masa lalu. Karena saat ini dan masa depan waktunya adalah milik Favita. Setidaknya, seperti itu pemikirannya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Marriage Cure
Roman d'amour[TSDP #6] Part 2 Saat memutuskan untuk berpisah di usia pernikahan yang sudah menginjak tahun ketiga, Hakim dan Favita sadar bahwa memberi kabar tentang perceraian pada orang-orang terdekat sama halnya dengan menghancurkan kebahagiaan mereka. Jadi...