Posisi baca? XDMau tau kebanyakan di sini dari kota manaaa???
Selamat membaca yaaa. Ada anggota sirkus atau anggota reog atau anggota barongsai apalah ini, nyempil di bab ini 😂
Part ini 3100 kata mau kasih emot apaaa? 🐻🫶
Semoga besok ada additional part yang manis gitu buat nemenin malem mingguaaan✊🏻 Kasih apiii boleee. 🔥🔥🔥
Titip love buat Hakim-Tata nya boleh di siniii🤎🤎🤎
***
Hakim sesekali masih menyempatkan waktu untuk menemui Papa mertuanya, dia juga masih suka menemui Fathe. Namun di dalam pertemuan itu, nama Favita jarang sekali disebut. Mereka sama-sama tahu bahwa di antara Hakim dan Favita ada luka yang satu sama lain mereka sembunyikan, saling menyebut nama hanya menambahnya menjadi perih saja. Karena, mereka bepum pagi bertemu, bepum lagi bicara, belum lagi bertanya tentang bagaimana ke depannya.
Jika seseorang bertanya, apakah dia sudah terbiasa tanpa Favita saat ini? Jawabannya, mungkin saja 'Ya'. Yang paling penting hingga saat ini dia tahu Favita baik-baik saja. Walau sesekali pasti dia punya waktu untuk menyendiri dan diam, lalu memikirkan Favita yang kini berjuang sendirian, tidak mengizinkan sama sekali Hakim untuk menemaninya.
Suatu hari, Hakim pernah menghubungi Bu Dewi, dia bertanya, "Apakah ini saatnya saya harus menyerah dan membiarkan Favita sendiri?"
Bu Dewi tersenyum, dia malah balik bertanya. "Apakah kamu bisa hidup tanpa Favita?" Pertanyaan itu membuat Hakim terdiam. "Apakah kamu merasa lebih baik tanpa Favita?" Kali ini, Hakim diam lebih lama. "Kalau kamu merasa bisa dan semuanya menjadi lebih baik, silakan. Jika tidak, tentu kamu tahu apa yang seharusnya kamu lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Marriage Cure
Roman d'amour[TSDP #6] Part 2 Saat memutuskan untuk berpisah di usia pernikahan yang sudah menginjak tahun ketiga, Hakim dan Favita sadar bahwa memberi kabar tentang perceraian pada orang-orang terdekat sama halnya dengan menghancurkan kebahagiaan mereka. Jadi...