The Marriage Cure | [16. Memilih Lupa]

27.8K 3.9K 1.2K
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii. XD




Lama sekali ya aku membuat kalian menunggu untuk ketemu Hakim xD
Maafkan yaaa.




Ayok kita sama-sama obatin rindunyaaa. Kasih api dulu mau nggak? 🔥🔥🔥🔥





Tolong tandain typo atau apa pun karena nggak sempet edit lagi hehwe 🌻🤎

***





Setelah apa yang terjadi di Yogya, dan kembali ke Jakarta, Favita belum bertanya lagi kesepakatan perihal kelanjutan hubungan keduanya akan seperti apa. Setelah perang dingin yang mereka bangun selama satu tahun ini, malam itu keduanya malah saling membakar di ataa ranjang. Satu kali. Malam selanjutnya ... tidak, karena mereka harus ikut menengok Bude Tita yang masuk rumah sakit dan dirawat di sana karena kondisi kesehatannya yang tiba-tiba menurun.

Setelahnya, mereka kembali ke Jakarta, pada kota yang sudah lama menyaksikan realita tentang hubungan rumah tangga Hakim dan Favita yang sebenarnya. Kembali pada rumah yang mereka tempati berdua, pada pekerjaan yang kembali akan menenggelamkan waktu-waktu bersama. Lalu, pada hubungan yang kejelasannya tidak bisa ditebak akan berakhir di mana.

Pagi itu, pukul enam. Favita sudah siap dengan kemeja dan outer, lengkap dengan skirt hitam. Satu tangan menjinjing tas, tangan lain memilah sepatu. Setelahnya, beranjak dia ke ruang tengah, berdiri diam, menatap ke atas, pada sebilah pintu yang masih tertutup.

Selepas perjalanan panjang sekembalinya dari Yogya, mereka terlalu lelah untuk bicara. Favita masuk ke kamar, mungkin Hakim juga melakukan hal yang sama. Agak lama lelah menariknya untuk lelap, karena dia membayangkan malam-malam sebelumnya yang hangat; ada sisi yang terisi, yang geraknya sesekali terasa, yang kadang berbalik memunggungi atau bergerak memeluk.

Favita melepaskan napas, berjalan di antara ruangan rapi yang selama tiga hari tidak dihuni. Hal yang akan dia lakukan sekarang adalah memotong buah, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri seperti biasa. Mengambil sebuah apel, alpukat, mangga, dan sebotol madu.

Tubuhnya baru saja berbalik, menaruh segala hal di tangannya ke meja bar yang berada di pantri. Sesaat kemudian, tubuhnya otomatis berputar ke arah berlawanan, karena dia baru saja mendengar suara langkah kaki yang kini menjejak menuruni anak tangga. Ada dehaman pelan, pria itu mendekat, Favita bisa merasakannya walau kini dia tengah pura-pura mencari sesuatu dari balik pintu lemari es. Membungkuk lama dia di sana.

Sampai akhirnya suara itu terdengar sangat dekat. "Cari apa?" Sialnya, beriringan dengan gerak tubuh yang kini merungkup punggung Favita. "Misi dong, mau ambil apel," ujar pria itu.

Favita mengangkat wajah, hendak berbalik tapi keningnya membentur dagu Hakim, keduanya mengaduh. "Maaf, maaf." Favita terkekeh. "Aku mau nunjukkin apel di atas meja, udah aku cuci." Telunjuknya mengacung ke sana.

The Marriage CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang