10

3K 265 13
                                    

Hari ini adalah hari di mana perkemahan yang akan di ikuti oleh kelas 11 di laksanakan. Perkemahan akan di langsungkan selama dua hari, yaitu di hari Sabtu dan Minggu. Lokasi yang akan di jadikan tempat untuk mereka berkemah pun sudah di tentukan dari jauh-jauh hari oleh para anggota OSIS serta kakak pembina Pramuka mereka.

Semua siswa kelas 11 akan berangkat menggunakan dua bus besar yang berbeda. Setiap bus menyediakan 59 kursi yang bisa di isi oleh dua kelas.

Dan kebetulan, Jeongwoo mendapatkan tempat duduk di sebelah Haruto. Ahay.

Canggung tentu saja. Mengingat jika akhir-akhir ini, mereka tidak melakukan interaksi dan bersikap seolah tak pernah saling mengenal. Persis seperti dua orang anak kecil yang sedang bertengkar.

Karena suasana di dalam bus terlalu berisik, Jeongwoo pun memilih untuk menyumpal kedua telinganya dengan earphone dan tidur.

Sementara Haruto juga melakukan hal yang sama. Mendengarkan musik sambil membaca sebuah novel yang baru dia beli dua hari lalu di toko buku bersama Junghwan.

15 menit berlalu begitu saja. Sampai sesuatu yang mengejutkan terjadi. Di mana Haruto merasakan ada sesuatu yang jatuh di pundak sebelah kirinya. Begitu di lihat, ternyata pelakunya adalah Park Jeongwoo yang tertidur dan tanpa sengaja menjatuhkan kepalanya di pundak Haruto akibat guncangan.

Menghela nafas berat, Haruto pun menyingkirkan kepala Jeongwoo dari pundaknya dengan hati-hati agar tidak membangunkan pemuda Park itu.

Namun, hal yang sama kembali terjadi. Haruto benar-benar mengumpat di dalam hati. Ada dendam apasih jalanan sama dia? Pengen Haruto pukul rasanya.

Memilih untuk mengabaikan, Haruto pun kembali fokus pada novel yang dia baca.

Sampai pada saat di mana, sebuah tangan melingkar di atas perutnya.

Haruto menahan nafas dengan wajah syok.

Apa-apaan ini?!

"Jangan pergi..."

Haruto diam.

"Jangan tinggalin aku, Ru." Lirih Jeongwoo lagi sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Haruto yang kini mematung di tempatnya dengan jantung yang berdetak kencang.

Apa Jeongwoo tengah memimpikan dirinya?

Entahlah Ru, hanya Tuhan dan Jeongwoo sendiri yang tau.

<><><><>

"Lo ada masalah sama Haruto?"

Pertanyaan itu sukses membuat Jeongwoo yang sibuk mengumpulkan kayu terhenti. Kepalanya menoleh kearah Asahi yang bahkan tidak melihat kearahnya saat bertanya. Tapi jelas pertanyaan itu di tujukan untuk dirinya karena hanya ada mereka berdua di sini.

Awalnya bertiga dengan Yedam. Tapi tadi anak itu pergi ke sungai untuk mengambil air bersih dan meninggalkan Jeongwoo bersama Asahi dalam keheningan dan suasana yang sangat awkward.

"Em. Dia ngejauhin gue akhir-akhir ini." Jawab Jeongwoo jujur seraya melanjutkan kegiatannya mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun.

"Dan lo diem aja?"

Jeongwoo kali ini membalikkan tubuhnya. Menghadap kearah Asahi yang masih setia memunggungi nya.

"Maksud lo?" Tanya Jeongwoo tak mengerti.

Asahi menoleh. "Lo gak berusaha buat selesain masalah di antara kalian dan perbaikin hubungan?"

Menatap lurus ke depan, "asal lo tau. Haruto jadi murung karena ini. Dari sorot matanya, Haruto gak mau ngejauhin lo, Woo. Dia terpaksa karena suatu alasan." Tutur Asahi mengeluarkan pendapatnya.

Unrequited Love || JeongHaru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang