05

3.3K 358 42
                                    

"Cup cup. Udahan nangisnya, kak." Kata Junghwan sambil menepuk-nepuk pundak Haruto yang belum bisa berhenti mengeluarkan air matanya sejak 15 lalu. Hujan saja sudah reda, tapi sayangnya air mata Haruto tak melakukan hal yang sama. Malah semakin deras.

Junghwan kan jadi bingung harus berbuat apa, sebab dirinya tidak pandai menghibur orang yang tengah menangis apalagi menangis nya karena patah hati seperti Haruto saat ini.

"Permen mau?" Dengan wajah dan nada polosnya, Junghwan mengeluarkan dua buah permen cium berwarna merah dan hijau dari dalam kantong celana yang dirinya kenakan.

Haruto menoleh dengan kedua mata sembab serta hidungnya yang memerah. Tak lupa jejak air mata yang terlihat jelas di kedua pipi putihnya. Di lihat-lihat, Haruto lucu juga saat menangis. Tapi mau bagaimanapun, Junghwan benci melihat teman sekaligus kakak kelasnya itu mengeluarkan air matanya.

"Ini enak loh, kak. Rasa buah nya itu kerasa banget. Terus manis juga. Dan mulut kita jadi seger. Pokoknya enak deh, lo wajib coba--"

"Kok malah nge-iklan?" Tanya Haruto di sela-sela isakan nya. Pemuda itu menarik masuk ingusnya agar tidak keluar.

"Ehehe, siapa tau habis ini gue jadi brand ambassador permen cium, kak." Kata Junghwan kikuk sambil mengusap tengkuk lehernya. Merasa lucu sekaligus bodoh di hadapan Haruto.

Yang lebih tua tampak diam selama beberapa detik sebelum akhirnya mengambil satu permen dari tangan Junghwan, membuka bungkus nya secara brutal lalu memasukkan permen berwarna merah itu ke dalam mulut. Junghwan benar. Rasa permen cium ini cukup enak. Ada manis-manisnya.

"Sebenernya gue suka sama lo, kak."

Uhuk!

Demi apapun, Haruto hampir tersedak permen yang dia makan karena ucapan Junghwan barusan. Apa remaja itu tengah bercanda? Atau sedang berusaha untuk menghiburnya? Tapi sepertinya Junghwan serius dengan perkataannya. Terlihat dari raut remaja So itu yang tidak sedang bergurau.

"Gue cuman mau ngasih tau lo doang, sih. Gak berharap lo bakal bales perasaan gue karena gue tau kalau hati lo sekarang ada di orang lain." Lanjut Junghwan sambil menaikkan kedua pundaknya acuh dan tersenyum manis kearah Haruto yang mendadak lupa cara berbicara. Bahkan rasa manis dari permen yang kini ada di dalam mulutnya sudah tak terasa lagi.

"Kenapa..."

"Gue bisa suka sama lo? Simpel. Jawabannya gue juga gak tau. Rasa suka ini tiba-tiba muncul gitu aja tanpa alasan." Jawab Junghwan jujur sambil menatap lurus kearah kedua sepatunya yang terbalut sepatu berwarna putih.

"Jika ada orang yang mencintai seseorang tanpa alasan, itu artinya dia tulus dengan rasa cintanya."

Haruto diam lagi. Tak menyangka jika Junghwan akan mengungkapkan perasaannya dengan begitu gamblang tanpa pikir panjang. Tidak seperti dirinya yang hanya diam dan terus diam seperti orang pengecut.

"Gue anter pulang ya, kak? Seragam lo basah. Kalau kelamaan takutnya lo masuk angin."

<><><><>

Jeongwoo berlari menuruni anak tangga rumahnya dengan memakai kaos lengan pendek berwarna hitam, celana di atas lutut dan sepasang sendal jepit. Cowok itu tampak sangat terburu-buru seperti tengah mengejar uang satu m. Tapi tidak. Ini bahkan lebih penting dari uang satu m.

"Abang!" Panggil Yura yang tengah disuapi oleh Chae di meja makan. Gadis kecil dengan rambut yang di kuncir dua itu tersenyum lucu hingga kedua matanya tinggal segaris.

"Mau kemana, bang? Buru-buru banget." Tanya Chae pada putra sulungnya.

"Ke rumah Haruto, Bun." Jawab Jeongwoo sambil berjalan mendekati Chae dan Yura. Tangan besarnya terulur untuk membersihkan nasi yang ada di sudut bibir Yura.

Unrequited Love || JeongHaru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang