07

3.2K 311 48
                                    

Haruto menengadahkan tangannya, membiarkan tetesan air mengenai telapak bersamaan dengan helaan nafas berat yang dirinya keluarkan melalui mulut. Hujan tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berhenti sejak 10 menit lalu dan berita buruknya adalah Haruto terjebak di sini. Junghwan pun sudah pulang sedari setengah jam lalu karena memang remaja So itu tidak memiliki eskul apapun.

"Hei, belum pulang?"

"Menurut lo?" Tanya Haruto sinis pada sosok di sebelahnya saat ini yang tak lain adalah Park Jeongwoo.

Masih ingat bukan jika mereka berada di ekskul yang sama? Tentu jika Haruto terjebak hujan, maka Jeongwoo pun sama.

"Galak banget sih yang baru jadian." Goda Jeongwoo sambil mencolek pipi Haruto yang mengundang tatapan ketidaksukaan dari sang empunya.

"Gak usah nyentuh gue! Tangan lo bau neraka." Ucap Haruto yang justru membuat tawa ringan dari seorang Park Jeongwoo mengalun di antara suara derasnya air hujan yang turun membasahi bumi sore ini.

"Btw... Gue masih gak enak dan ngerasa malu sama lo soal kemarin." Kata Jeongwoo tanpa mau menatap kearah Haruto.

Hening setelahnya. Haruto tidak menyahut karena topik ini cukup sensitif baginya. Jika Haruto terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya atas topik yang sedang di bahas saat ini, bukankah itu hanya akan memperkuat fakta jika dirinya benar-benar menyukai sosok bajingan seperti Park Jeongwoo?

"Dengan pd-nya gue ngomong ke lo seolah-olah lo suka sama gue. Gila, malu-maluin banget. Kalau kita gak sahabatan dari kecil, mungkin gue udah gak mau nampakin muka gue di depan lo, To." Tutur Jeongwoo pelan yang di balas umpatan oleh Haruto di dalam hati.

Sungguh, Park Jeongwoo dengan ketidak pekaan nya itu sungguh sangat amat menyebalkan.

"Dan gue bingung. Kenapa lo gak marah sama gue? Padahal gue udah jelas-jelas bikin lo malu dan sakit hati?" Kali ini Jeongwoo menatap lurus kearah Haruto yang tengah memandang ke depan. Di mana lapangan outdoor SMA mereka berada.

"Kenapa gue harus kalau yang lo ucapin itu gak bener?" Tanya Haruto tetap pada arah pandangannya. Dia takut jikalau membalas tatapan Jeongwoo, laki-laki itu bisa mengetahui kebohongan yang Haruto buat melalui sorot matanya.

"Iya juga.." Jeongwoo meringis karena jawaban Haruto barusan. Cowok berbahu lebar itu bahkan sampai mengusap tengkuk lehernya kikuk saat menyadari sikap bodohnya barusan di depan Haruto.

Hening kembali menerpa kedua Adam itu. Jeongwoo yang sibuk dengan rasa malunya, dan Haruto yang sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri. Sungguh suasana saat ini terasa sangat awkward.

"Kenapa gak ganti baju?" Tanya Jeongwoo memecah kesunyian saat dia melihat dari ekor matanya saat Haruto menggosokkan kedua tangannya untuk menciptakan kehangatan.

"Males." Jawab Haruto sekenanya.

"Lo tuh. Males di gedein, nanti masuk angin baru tau rasa." Kata Jeongwoo geleng-geleng kepala sambil melepaskan jaket yang membalut seragam basketnya dan memakaikan benda tersebut ke tubuh Haruto.

Memang Park brengsek Jeongwoo! Batin Haruto yang ingin sekali melempar jaket itu ke wajah si pemuda Park jika saja dirinya bisa.

"Masih dingin?" Tanya Jeongwoo dengan nada lembut dan tatapan teduh yang sialnya membuat Haruto lagi-lagi terjatuh pada sosok itu. Apalagi senyuman manis tanpa dosa yang Jeongwoo berikan mampu membuat Haruto merasa panas di kedua pipinya.

"Pipi lo merah. Lo masih kedinginan, ya?" Ucap Jeongwoo dengan sorot matanya yang memancarkan kekhawatiran.

"Gara-gara lo anjing!"

Unrequited Love || JeongHaru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang