22. 2

1.8K 188 15
                                    

Jeongwoo yang lagi dalam mode ngambek pada Haruto pun tentu tidak mau pulang bersama pemuda jangkung itu seperti biasanya.

Haruto? Dia sama sekali tidak peduli. Justru Haruto merasa senang karena akhirnya Jeongwoo berhenti merecoki nya.

Dan saat dalam perjalanan pulang dengan wajah datar, seseorang tiba-tiba saja datang dan menarik tangan Jeongwoo menuju ke arah gudang sekolah.

Ternyata pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah So Junghwan.

"Ngapain Lo narik-narik tangan gue?" Tanya Jeongwoo kesel. Nada dan eskpresi wajah laki-laki itu sangat tidak bersahabat.

"Gue mau ngomong sama Lo." Balas Junghwan sambil menatap tepat ke manik mata milik Jeongwoo.

"Gue gak mau." Jeongwoo akan melangkahkan kakinya pergi jika saja ucapan Junghwan selanjutnya tidak membuat ia merasakan sesuatu yang aneh.

"Lo sama Haruto saudaraan, Park Jeongwoo."

Berbalik, "apa maksud Lo?" Tanya Jeongwoo dengan raut wajah yang berbeda.

"Lo mau tau alasan kenapa Lo bisa kecelakaan?" Tanya Junghwan. Sedetik kemudian senyum miring tercetak jelas di wajahnya. "Karena lo nyelamatin Haruto yang salah paham waktu lo bilang kalau kalian berdua itu sebenarnya punya hubungan darah."

Jeongwoo diam. Dan tak berselang lama, sebuah memori ingatan muncul samar-samar di ikuti suara yang kurang jelas. Munculnya memori itu membuat rasa sakit muncul di kepala Jeongwoo.

"Iya! Karena mau gimana... Ayah yang..."

"Gue bener-benar ngehargain... lo. Gue juga... banget lo, Ru. Tapi kita gak... sebagai... Sebagai dua orang yang... ."

"Karena kita... Ru"

"Arghhh!!" Jeongwoo menarik kuat helai rambutnya saat ingatan itu justru malah membuat kepalanya terasa sakit bukan main.

Bahkan wajah laki-laki itu sampai memerah menahan rasa sakit yang semakin menjadi.

Melihat Jeongwoo kesakitan seperti itu, tidak membuat Junghwan berhenti. Justru ia semakin gencar mengatakan kalimat yang mengingatkan Jeongwoo akan masa lalunya.

"Haruto suka sama Lo! Kalau lo gak bisa bikin dia bahagia, setidaknya jangan sakitin dia dengan semua afeksi yang lo kasih!"

Tiba-tiba ingatan yang rampung muncul di kepala Jeongwoo. Di mana ada dua orang yang wajahnya tidak dapat ia kenali dengan jelas tengah membicarakan sesuatu.

Apa yang mereka bicarakan terlihat sangat emosional. Terlebih sosok yang memiliki badan lebih tinggi. Dia terlihat marah dan... Menangis?

"Gue... sama lo, Park Jeongwoo!"

"Kalau gue bilang... Gue mulai... gimana?"

Rasanya, semakin jauh ingatan itu muncul, semakin sakit pula yang Jeongwoo rasakan.

"lo gak suka sama gue, kan?"

"Kalau lo emang suka sama gue, please hilangin rasa suka lo."

"Lo segitu pengennya ya Woo ngebuat gue berenti buat suka sama lo?"

"Arghh! Berhenti! Gue mohon berhenti..." Lirih Jeongwoo sambil menggelengkan kepalanya. Memori-memori itu menguras seluruh tenaga di tubuhnya. Membuat laki-laki itu meluruh ke atas lantai dengan rambut yang acak-acakan.

Junghwan menatap tanpa ekspresi kearah Jeongwoo. Mungkin ini sudah cukup.

Lantas tanpa mengucapkan sepatah katapun, pemuda So itu pun berbalik dan melangkah pergi dari sana.

Unrequited Love || JeongHaru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang