"Ngapain lo kemari?" Tanya Haruto sambil menaruh cangkir berisi teh ke atas meja, tepat di hadapan Jeongwoo yang tampak canggung.
"Em, sebelumnya gue mau ngucapin selamat karena lo udah jadian sama Junghwan." Kata Jeongwoo dengan senyum tipis. Haruto mengangguk singkat.
"Terus?" Tanyanya.
"Gue mau minta maaf sama lo karena ucapan gue di lapangan tadi. Gue tau gue bego. Dan sejujurnya gue ngerasa malu banget sama lo sekarang karena udah ngomong kaya gitu. Lo boleh kok kalau mau maki gue atau mukul gue. Gue terima." Tutur Jeongwoo panjang lebar dengan raut bersalah. Dia benar-benar merasa menyesal.
"Gue udah maafin. Santai aja." Balas Haruto acuh sambil meraih remote tv dan mengganti acara yang tengah di tayangkan ke film kartun berbentuk kotak berwarna kuning.
"Semudah itu?" Tanya Jeongwoo.
"Em."
"Lo gak mau mukul atau marahin gue gitu?"
"Gak."
"Serius? Gak papa kok kalau lo mau ngelakuin itu. Gue bakalan--"
BUGH!
Oke. Haruto baru saja memberikan satu pukulan keras di wajah Jeongwoo. Nafas pemuda itu memburu dengan kedua matanya yang tampak kosong selama 5 detik. Sebelum akhirnya memasang raut khawatir saat tau jika pukulannya barusan membuat sudut bibir Jeongwoo terluka saking kerasnya.
"Sorry. Sakit?" Tanya Haruto pelan sambil menaruh kedua tangannya di pipi Jeongwoo yang menggeleng sebagai jawaban.
"Engga."
Dengan sengaja, Haruto menekan luka tersebut dengan ibu jarinya kuat hingga mengundang ringisan dari Jeongwoo. Mendengus, Haruto lalu beranjak untuk mengambil kotak P3K. Sudah dia duga jika Jeongwoo berbohong. Katanya tidak sakit tapi meringis. Dasar.
Setelahnya, Haruto pun mengobati luka di sudut bibir Jeongwoo dengan telaten. Sementara yang di obati hanya diam sembari mengamati wajah si pengobat sambil mengukir senyum tipis. Haruto itu lucu, manis, cantik dan juga tampan. Menurut Jeongwoo. Maruk memang.
"To,"
"Em?"
"Boleh gue nyender?"
"Gak bo--"
Belum sempat Haruto menjawab, Jeongwoo sudah menjatuhkan kepalanya di pundaknya. Mematung dengan jantung yang berdetak kencang, itulah kondisi yang menggambarkan Haruto saat ini. Bagaimana tidak? Posisi mereka terlalu dekat. Atau bahkan sangat dekat. Entahlah, tapi yang pasti Haruto gugup segugup gugupnya sekarang.
"Gue tau lo udah jadi punya Junghwan sekarang. Tapi tangan gue nganggur. Boleh kan meluk lo?" Tanya Jeongwoo sambil mengangkat kepalanya dan menatap tepat ke manik kecoklatan milik Haruto.
Park Jeongwoo sialan! Umpat Haruto di dalam hati.
"Gak usah halu. Nanti pacar gue cemburu." Ucap Haruto sambil mendorong dada Jeongwoo agar menjauh darinya dan bergeser untuk menciptakan sebuah jarak.
Junghwan memang tidak ada disini. Remaja itu sudah pulang, tapi bukan berarti Haruto bisa melakukan skinship berlebihan dengan orang lain saat dirinya sudah memiliki kekasih, bukan? Haruto harus menjaga perasaan Junghwan sekalipun dia tidak melihatnya.
Jeongwoo menghela nafas lalu menyadarkan punggungnya di sofa dan memejamkan mata.
"Kak Doyoung belum pulang?" Tanya cowok itu kemudian dengan suara serak.
"Emang dia ada di sini? Gak ada, kan?"
"Galak banget sih yang baru jadian." Kekeh Jeongwoo menggoda yang sukses mendapat lemparan bantal dari Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Love || JeongHaru [End]
Ficción GeneralJeongwoo menyukai Doyoung bukan Haruto. Rank #2 JeongHaru [29-09-23] Rank 2 Treasure [29-09-23]