#5

2.9K 257 17
                                    

Di malam yang cerah ini, Jazeel sedang berada di kediaman Ayah dan Papa Samkara. Mertuanya itu menyuruh Jazeel dan Samkara ke rumah untuk meramaikan acara keluarga besar. Setiap bulan keluarga besar Mahardika itu selalu mengadakan acara pertemuan untuk mempererat silaturahmi di antara mereka. Acara itu tidak begitu formal, biasanya hanya diisi dengan makan-makan dan berbincang bersama.

Jazeel sedang mengobrol bersama kakak iparnya yakni Jesse. Jarak umur Jesse dan sang adik, yakni Samkara sendiri tidak terlalu jauh. Jesse juga sudah menikah dengan Hesa, nama suaminya.

"Kak, gue salah fokus mulu liat perut lu selama ngobrol. Ini boleh dipegang gak perutnya? Penasaran hehe."

Jazeel menunjuk perut Jesse yang membulat sempurna. Jesse sendiri sedang mengandung, walaupun belum terlalu besar karena baru menginjak usia 6 bulan.

"Boleh dong haha kamu tuh ya, jangan dipegang doang kayak gitu. Coba elus aja, kali aja dedeknya gerak."

Jazeel mengelus lembut perut Jesse. Ada perasaan senang dan geli menjalar di perutnya. Tiba-tiba muncul sebuah tendangan kecil terasa di tangan Jazeel.

"Eh? Bayinya nendang kak." Jazeel masih mengelus perut Jesse, ingin lagi merasa gerakan bayi Kakaknya ini.

"Ketagihan ngelus nih? Kamu kapan mau isi El?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Sang Kakak sedikit sulit untuk Jazeel jawab. Bagaimana tidak, Jazeel dan Samkara saja belum pernah melakukan 'itu' selama menikah, padahal sudah hampir 4 bulan lamanya. Sejauh ini belum terpikirkan olehnya kapan ia harus memiliki seorang anak bersama Samkara. Karena ia tidak ingin berhubungan dengan Samkara tanpa rasa cinta diantara mereka. Jazeel juga tidak ingin menghasilkan anak dari nafsu tanpa adanya kasih dan sayang.

"Kurang tau nih kak, belum waktunya aja." Hanya itu yang bisa Jazeel ucapkan, bingung harus jawab seperti apa.

Samkara dari kejauhan berjalan menghampiri sang suami dan kakaknya itu.

"Asik ya ngobrol berdua gak ngajak-ngajak gue."

Kedua pria cantik itu menoleh. Jazeel yang melihat Samkara seketika menghentikan kegiatannya yang sedang mengelus perut kakaknya. Kaget, takut membuat kesalahpahaman pikir Jazeel.

"Kenapa berhenti?" Tanya Samkara pada Jazeel.

"Apanya?"

"Itu ngelus perut Kak Jesse." Samkara memasang muka menggoda.

"Haha Sam, dia nih ya daritadi gak berhenti ngelus perut aku. Kayaknya pengen punya bayi deh." Mendengar ucapan kakaknya, Samkara menatap Jazeel dengan isyarat "emang mau?". Jazeel yang ditatap seperti itu bingung harus merespon seperti apa, karena didepannya ada sang kakak juga yang memperhatikan.

"Nanti deh kita buat dulu." Jawaban Samkara membuat Jazeel malu. Pipinya memerah sempurna, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

Sepulangnya dari rumah Papa dan Ayah Samkara. Kini sepasang pasusu itu sudah siap untuk tidur dikamarnya tapi tak ada satupun dari mereka yang tertidur. Jazeel dan Samkara belum mengantuk, mereka berdua masih bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Zeel, gue udah cinta sama lu." Jazeel menoleh sebentar pada Samkara kemudian memposisikan badannya untuk duduk. Samkara pun ikut melakukan hal serupa.

"Lu-lu gak bohong kan? Bukan gara gara kejadian di rumah papa tadikan?"

Jazeel tidak menyangka jika hari ini akan tiba, hari dimana Samkara bilang kalau dia sudah mencintainya. Namun ada perasaan kecewa mendengar ungkapan Samkara itu, karena dia sendiri belum juga mencintai Samkara.

"Gue gak bohong, gue udah ditahap cinta dan sayang sama lu sebagai pasangan, sebagai kekasih hidup gue. Bukan lagi seorang sahabat."

Jazeel meneteskan air mata, terharu. Dia menghargai usaha Samkara selama ini. Sahabatnya ini akhirnya jatuh hati padanya, walaupun dia belum.

"Tapi Sam, gue? Gue belum."

Samkara tersenyum mendengar itu, ia tahu. Selama ini yang berjuang membuka hati hanya dia. Jazeel belum berusaha sedalam itu, dia benar-benar masih menganggapnya sahabat.

"Gapapa, kan namanya usaha gak langsung dapet hasilnya. Gue bakal nunggu kok sampai lu cinta sama gue. Tapi gue boleh minta sesuatu gak?"

"Minta apa?"

"Gue pengen cium, cium bibir lu. Terakhir cium pas acara nikahan doang, sedih banget gue."

Permintaan macam apa ini? Batin Jazeel.

"Ngapain minta sih, cium mah cium aja. Kalo cium gue gak akan nolak."

Akhirnya Jazeel dan Samkara pun berciuman, yang awalnya hanya ciuman tipis berubah menjadi penuh gairah. Lumatan dan gigitan saling berganti, lidah mereka beradu membuat suasana semakin memanas.

Jadi apa benar Jazeel belum mencintai Samkara?





















Hehe guys ada heejay:'D

- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang