#11

2.6K 207 6
                                    

Berbagai macam obat sudah Jazeel teguk. Program apapun sudah Jazeel dan Samkara coba untuk memiliki anak. Tapi sampai sekarang belum juga ada hasilnya. Jazeel memeriksakan dirinya dan Samkara ke banyak dokter tapi jawabannya sama semua, tidak ada masalah apapun dengan diri mereka.

Jazeel tidak menyangka jika memiliki anak akan sesulit ini. Ia merutuki dirinya yang pernah menunda untuk memiliki anak karena alasan kesiapan diri. Disaat Jazeel sudah siap untuk dikaruniai seorang anak, malah seperti ini hasilnya. Selama ini masih tak ada tanda-tanda ia mengandung. Apakah ini balasan yang tuhan berikan padanya karena selalu menolak ajakan suami? Batin Jazeel.

Samkara sudah tidak lagi membahas anak. Mungkin dia juga sudah lelah. Samkara tidak akan membuka suara mengenai itu jika bukan Jazeel yang membahas duluan. Semakin hari juga sikap Samkara semakin dingin, ia masih suka berlaku manis pada Jazeel tapi tidak sesering dulu. Jazeel takut, takut jika Samkara bosan dengannya.

"Sam, hari ini gue ke kantor lu ya."

"Ngapain?"

Samkara dan Jazeel sedang sarapan. Jazeel mengatakan itu karena dia tidak mau jauh dengan Samkara. Sikap dinginnya membuat hati mungilnya merasa sangat sedih. Jadi Jazeel ingin terus dekat dengan Samkara, takut pikiran buruknya menjadi kenyataan. Sebab banyak berita perselingkuhan akhir-akhir ini. Hal itu membuat Jazeel sering berpikir negatif.

"Bosen aja dirumah, mending ke kantor nemenin lu. Tapi gue kesana paling jam makan siang."

Samkara mengangguk mengiyakan, lalu kembali melanjutkan sarapannya.

Siangnya, Jazeel menepati ucapannya. Ia bersiap untuk pergi ke kantor sang suami. Seperti biasa ia mengemudi mobilnya sendiri karena mereka memiliki mobil masing-masing.

Perjalanan macet, tidak tahu apa penyebabnya. Jazeel mendengus sebal, karena bisa-bisa nanti dia terlambat menuju kantor Samkara dan jam makan siang terlewatkan.

Beberapa menit berlalu, mobil kembali bisa bergerak. Namun saat menjalankan mobilnya Jazeel harus mengerem tiba-tiba. Ada mobil yang belok sembarangan. Jazeel yang kaget menginjak rem mobilnya kuat-kuat hingga kepala dan perutnya menghantam stir mobil dengan cukup keras. Sialan, Batin Jazeel. Pusing menjalar ke kepalanya, karena benturan keras itu.

Setelah mobil itu berlalu ia kembali menjalankan mobilnya. Namun tiba-tiba celana Jazeel terasa basah, terlihat ada darah yang mengalir di pahanya. Jazeel panik bukan main, perutnya juga terasa nyeri. Ia lalu menghentikan mobilnya terlebih dahulu di samping trotoar, tidak kuat menahan rasa sakit diperutnya.

Jazeel mengambil ponselnya, tujuannya saat ini adalah menghubungi Samkara.

"S-sam sshh aw, lu bisa samperin gue gak?" Jazeel meremas perutnya menahan sakit yang tak karuan. Samkara yang mendengar Jazeel kesakitan merasa sangat khawatir.

"Hah? lu kenapa?! Sekarang dimana?"

"Shh, gue-gue di deket daerah kantor lu. Samping- aww shh samping apasih ini, samping bank nghh."

"Oke tunggu, gue kesana sekarang."

Jazeel dengan kuat menahan sakit diperutnya, berusaha untuk terus tetap sadar sampai Samkara datang. Tak lama ada yang mengetuk kaca pintu mobilnya, itu Samkara.

"Zeel kenapa? Astaga darah?!!"

Samkara panik melihat cukup banyak darah di celana Jazeel. Samkara langsung membawa Jazeel ke mobilnya, dan meninggalkan mobil Jazeel begitu saja dengan keadaan sudah dia kunci.



























Jazeel kenapa nih:(

- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang