#4

3K 253 25
                                    

Kini Jazeel dan Samkara sudah berada di mall bersama kedua teman Jazeel yakni Juan dan Sean. Jazeel, Juan dan Sean jalan berdampingan didepan Samkara. Samkara terlihat seperti penjaga bagi mereka bertiga dibanding suami Jazeel. Mereka semua sedang melihat barang-barang gemas, anggap saja sedang cuci mata.

Setelah lama berkeliling mall, mereka semua mampir terlebih dahulu ke salah satu restoran di mall tersebut untuk mengisi perut. Mengelilingi mall selama kurang lebih satu jam cukup menghabiskan banyak energi.

"Gue liat daritadi ini pengantin baru kayak bukan pengantin baru." Celetuk Sean tiba-tiba ketika mereka sedang menunggu pesanan.

"Maksud?" Jazeel mendengar itu sedikit heran, 'kayak bukan' itu gimana maksudnya.

"Cuek banget gak ada nempel-nempelnya, malah lu El jalan aja tadi gak lepas dari gue."

"Masa gak boleh nempel sama temen sendiri dan gue biasa-biasa aja kok sama Sam. Iya kan Sam?"

Sam mengangguk mengiyakan.

"Enak gak El sama Sam?"

"Enak apanya?"

"Ngewenya." Ucap Sean tanpa beban.

Mereka semua kaget mendengar ucapan Sean barusan. Gimana gak kaget dia dengan entengnya bilang seperti itu di depan umum, di restoran pula. Malu jika orang-orang dengar.

"Goblok, jangan frontal begitu." Juan yang sedari diam akhirnya buka suara.

"Hehe sorry, greget soalnya gue. Jazeel, lu berdua sahabatan kan? Malah jauh lebih lama dari gue sama Juan temenannya, udah nikah tapi kaku bener kek kanebo."

"Udah Sean, itu urusan mereka berdua. Kita gak pantes ikut campur begitu." Juan berusaha menengahi karena dapat dilihat olehnya kalau Jazeel dan Samkara tidak nyaman mendengar pernyataan tersebut.

Samkara mencoba menahan emosinya, agak keterlaluan juga ucapan teman Jazeel yang satu ini. Jazeel yang sadar kalau Samkara menahan amarahnya mencoba menenangkan dengan memegang dan mengusap tangan Samkara, memberi isyarat tidak apa-apa.

Setelah kejadian di restoran tadi, Jazeel dan Samkara langsung bergegas pulang ketika makanan mereka sudah habis. Meninggalkan Juan dan Sean begitu saja.

Diperjalanan pulang saat ini Samkara masih menahan emosinya akibat ucapan Sean tadi, ia membawa mobil dengan kecepatan lumayan tinggi. Mengabaikan Jazeel yang menahan rasa takut di kursi mobilnya.

"Sam, jangan ngebut-ngebut anjing bahaya. Lu kalo masih emosi mending berhenti dulu, jangan mainin nyawa bangsat."

Jazeel sedikit kesal karena Samkara sedari tadi terus mengebut, bahkan lampu merah pun dia trobos.

"SAMKARA ANJING! BERHENTI BANGSAT!"

Setelah mendengar teriakan Jazeel, Samkara pun menghentikan mobilnya disamping trotoar. Demi tuhan, Jazeel takut sekali. Jarak rumahnya dan mall memang lumayan jauh, sehingga perjalanan lumayan lama. Dan keadaan Samkara yang emosi sangat membahayakan jika terus mengemudi mobilnya.

"Sinting ya lu Sam?! Anjing jantung gue."

Jazeel mengusap-usap dadanya, karena jantungnya berdetak begitu cepat. Rasanya nyawa dia sedang melayang. Tak lama ia menangis, entah mengapa rasanya sangat sesak.

Samkara yang sadar kalau Jazeel menangis pun menoleh. Ada air mata lagi, dan lagi-lagi ulah dirinya.

"Hiks, lu kalo marah tuh bilang a-aja j-jangan ditahan. Bilang sama gue hiks, g-ggue takut tau gak." Ucap Jazeel terbata-bata.

Jazeel dan Samkara saling menatap satu sama lain. Samkara pun menarik Jazeel kedalam dekapannya. Sakit rasanya harus melihat Jazeel menangis akibat kecerobohannya lagi.

"Maaf Zeel, gue kalut banget nahan emosi tadi. Sampe bahayain kita berdua dan buat lu takut kayak gini" Samkara tak henti mengecup dan mengelus surai Jazeel.

"Jujur gue emosi banget sama temen lu, jangan ketemu dia dulu ya? Sakit hati gue denger ucapan dia. Kalau dia iri karena lu udah nikah pun harusnya gak perlu ngomong kayak gitu."

Jazeel mencoba melepaskan diri dari dekapan Samkara, kemudian menatap Samkara begitu dalam.

"Itu karena Sean pernah suka sama lu Sam."

"Hah? Jangan bercanda Zeel."

"Gue serius, beberapa bulan yang lalu dia bilang kalau dia suka sama lu."

"Dia tau kan pas kita mau nikah? Sama perjodohannya?"

"Ya tau karena gue bilang, dia kan dateng juga waktu acara nikahan kita. Gue gak tau dia masih nyimpen rasa sama lu atau ngga, tapi dari ucapannya tadi sih kayaknya masih."

"Lu tau itu dan biarin gue ketemu sama dia tadi?"

"Ya karena gue gak tau kalau dia bakal kayak gitu Sam."

Samkara menghela nafasnya, bisa-bisanya Sean suka padanya. Bertemu dia saja jarang sekali, bahkan terkadang Sam lupa kalau Jazeel punya teman bernama Sean.


















- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang