#20

3.7K 190 32
                                    

Jazeel sudah dipindahkan ke ruangannya. Dia masih belum sadarkan diri. Kata dokter Jazeel tidak apa-apa, ia hanya kelelahan.

Samkara sendiri sedang menggendong kedua bayi kembarnya. Wajah abang dan adek benar-benar perpaduan antara dirinya dan Jazeel. Abang dan adek bisa dilihat perbedaannya dari hidung mereka. Hidung abang seperti Samkara dan hidung adek seperti Jazeel. Abang juga memiliki tahi lalat tepat dibawah matanya. Sedangkan adek di hidungnya, letaknya sama persis seperti tahi lalat milik Samkara. Bayi kembarnya ini tampan sekali, Samkara memuji dalam hati.

Samkara masih tidak menyangka dirinya sekarang sudah resmi menjadi seorang ayah. Ayah dari kedua bayi mungilnya ini. Buah hati dari cintanya dengan Jazeel, sahabatnya.

"Sam." Jazeel ternyata sudah sadar. Ia diam-diam memperhatikan Samkara yang tengah menggendong bayi kembarnya itu, lucu sekali.

"Loh Jazeel, udah sadar ternyata. Mau gendong?"

Jazeel mengangguk, ia menerima salah satu bayinya dengan perasaan begitu senang.

"Yang kamu gendong itu adek. Ganteng-ganteng kan anak kita, liat abang juga."

Samkara memperlihatkan wajah abang yang berada digendongannya.

"Iya, duh idung adek papa banget." Jazeel mendekatkan wajahnya pada sang anak, membuat hidung mereka bersentuhan.

"Zeel, abang sama adek belum punya nama."

"Harzan sama Harraz."

"Wah kamu udah nyiapin?"

"Iya dong, bagus gak namanya?"

"Bagus, ini siapa Harzan? siapa Harraz?"

"Abang Harzan Mahardika dan Adek Harraz Mahardika."

Tiga hari sudah Jazeel dan si kembar berada di rumah sakit. Kini mereka sudah diperbolehkan untuk pulang. Untuk pertama kalinya Harzan dan Harraz merasakan suasana rumah mereka.

"Box bayinya deketin disini, itu kejauhan Sam."

Jazeel sedang duduk di ranjang bersama kedua bayinya yang tengah tertidur pulas.

Harzan dan Harraz sementara satu kamar terlebih dahulu dengan Jazeel dan Samkara. Nanti, setelah lumayan besar mungkin saat mereka sudah boleh makan, Harzan dan Harraz akan dipindahkan ke kamar mereka.

"Ini mereka sampe rumah masih aja tidur."

"Bayi kan emang kerjaannya tidur, nyusu sama pup."

"Aku juga nyusu."

"Heh jangan ngomong gitu depan anak kamu."

Salah satu bayi mereka menggeliat bersiap menangis, itu Harraz. Ia sepertinya merasa terganggu oleh obrolan kedua orang tuanya.

"Oekk oekk."

Suara tangisannya mulai terdengar. Jazeel langsung mengambil Harraz kedekapannya.

"Kamu sih ah berisik." Protes Jazeel pada Samkara, ia berusaha menghentikan tangisan bayinya. Tak cukup sampai disitu, Harzan sang abang pun ikut menangis karena suara tangisan adeknya.

"Oekk."

"Aduh abang bangun juga." Samkara ikut mengambil Harzan kegendongannya.

Rumah Jazeel dan Samkara penuh oleh suara tangisan kedua bayinya. Tangisan itu seperti saling membalas satu sama lain.

"Nangisnya pada kenceng gini, ini kenapa susunya juga pada gak mau diminum huaaa." Samkara merengek, rasanya ia ingin ikut menangis bersama kedua anaknya.

Jazeel sepertinya salah mengira jika bayinya hanya dua, kenyataannya ada tiga. Dua bayi kecil dan satu bayi besar. Astaga, repot sekali.














End.















Cerita Jazeel dan Samkara sudah selesai sampai disini. Gak nyangka aku bisa nulis cerita biffle dalam waktu seminggu. Terima kasih banyak buat kalian semua yang baca cerita ini♡

Kalian masih bisa ikuti keseharian Jazeel, Samkara dan si kembar di series AU mereka.

AU nya ada di akun twitter alias app X aku ya @ jaykerade.

- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang