#14

2.4K 196 7
                                    

Cukup sulit bagi Jazeel untuk meminta izin pada suaminya ini. Ia hanya ingin pergi ke mall, mencuci mata dengan melihat pakaian bayi. Hanya melihat bukan membeli, karena memang belum waktunya. Usia kandungannya sekarang baru memasuki minggu ke 17, masuk trimester kedua. Perutnya sudah mulai membuncit. Apalagi anak kembar, perutnya jauh terlihat besar dari kehamilan biasa.

"Ayolah Sam, gue cuman pengen liat-liat aja. Bosen tau dirumah terus." Jazeel masih terus membujuk Samkara.

"Zeel, masalahnya gue gak bisa nganter lu. Ada kerjaan yang gak bisa gue tinggal hari ini. Mana minta nyetir sendiri lagi, asal lu tau gue trauma kalo lu bawa mobil sendiri."

"Dedek-dedeknya yang minta loh ini." Kata Jazeel dengan memperlihatkan perut buncitnya didepan Samkara.

"Gak ya, gak akan gue izinin lu pergi sendiri. Lu lagi hamil Zeel. Kalau mau, tunggu gue libur."

"Minta anter sama Juan deh ya?"

Jazeel dan Juan memang masih berhubungan baik, kejadian dulu sudah tak pernah Jazeel ingat-ingat lagi. Toh, Juan juga memang tidak ada masalah dengannya.

Samkara mempertimbangkan ucapan Jazeel yang menyuruh Juan untuk mengantarnya ke mall. Samkara berpikir, memang Juan dapat dipercaya?

"Yaudah boleh, tapi selama pergi kabarin gue terus."

Jazeel pun bersorak kegirangan, akhirnya ia bisa pergi keluar juga. Karena selama hamil Jazeel jarang sekali bepergian, belanja bulanan saja Samkara yang beli.

Jazeel dan Juan sudah berada di mall. Juan yang menjemput Jazeel, karena Samkara benar-benar tak mengizinkan Jazeel membawa mobil sendiri.

"Lucu banget ini." Ucap Jazeel selama melihat baju-baju bayi.

"Zeel, capek gak? Kalo capek udahan yuk, gue dikasih amanah sama laki lu ini. Mending sekarang pergi makan, kasihan bayi-bayi lu."

Samkara sampai menghubungi Juan hanya untuk memberi pesan agar menjaga suami cantiknya selama di mall. Protektif sekali calon ayah ini.

Belum sempat Jazeel menjawab pertanyaan Juan, ada tepukan pelan di pundaknya. Jazeel membalikan badannya, begitu pun dengan Juan. Jazeel kaget melihat seseorang dihadapannya ini. Orang ini adalah Sean.

"Wah bener ternyata, lama gak ketemu temen lama. Udah bunting aja nih." Ucap Sean saat matanya melihat perut buncit Jazeel.

Jazeel bingung harus merespon seperti apa. Setelah kejadian di restoran tahun lalu, ia sudah tidak pernah berhubungan lagi dengan Sean karena permintaan Samkara yang menyuruhnya menjauh dari Sean.

"Oh hi Sean?"

"Kemana aja lu? Sampe nomor gue di block segala. Gue mau minta maaf jadi ketunda terus."

Sebentar? Minta maaf katanya? Sean merasa bersalahkah dengan ucapannya tahun lalu sampai bilang ingin meminta maaf? Batin Jazeel.

"Cih, baru merasa bersalah ya." Bukan, bukan Jazeel yang bersuara. Itu Juan yang berkata begitu, Juan juga kan jadi saksi dengan kejadian waktu itu.

"Sumpah Jazeel, gue mau minta maaf. Gue bener-bener gak sadar bisa ngomong kayak gitu. Mungkin karena gue masih ngerasa sakit hati liat lu nikah Samkara. Karena lu sendiri tau tentang perasaan gue ke suami lu itu."

Baru saja Jazeel ingin membuka mulut, Sean kembali meneruskan ucapannya.

"Tapi tenang, gue beneran udah gak punya perasaan apapun lagi sama Samkara. Gue juga udah punya cowok sekarang, gak ada lagi nama Samkara di hati gue. Jadi, ayo kita baikan lagi Zeel. Sekali lagi gue minta maaf."

Jazeel menimbang-nimbang permintaan maaf Sean. Sebenarnya ia sudah lama memaafkan Sean. Hanya memang hubungan keduanya saja yang menjadi retak setelah kejadian waktu itu.

"Iya Sean, gue maafin. Syukurlah kalo lu udah nemu pasangan lu sekarang. Gue sama Juan izin pergi duluan ya, nanti block nya gue buka." Sean pun tersenyum mengangguk.

Jazeel dan Juan pun pergi meninggalkan Sean. Jazeel tak mau berlama-lama dengan teman lamanya yang satu ini. Rasanya sangat canggung sekali.
































Jazeel sama Sean balik akur lagi:'D

- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang