#12

2.6K 211 7
                                    

Jazeel terus mencengkram erat tangan Samkara. Sakit diperutnya benar-benar tak bisa ditahan. Perjalan dari daerah kantor Samkara menuju rumah sakit sebenernya tidak begitu jauh, hanya saja keadaan jalan yang sedang macet membuat perjalanan begitu sangat lama. Samkara tidak henti membunyikan klakson mobilnya agar para pengendara lain memberi jalan.

"Zeel tahan ya. Anjing bener jalannya, gak tau apa gue lagi panik setengah mampus." Samkara mencoba menenangkan. Tak tega melihat Jazeel yang meringis kesakitan.

"Kok bisa kayak gini sih ya ampun kenapa?!" Samkara yang penasaran bertanya sambil fokus menyetir mobil. Kecepatannya ia naikkan setelah jalanan lancar.

"Akhh, sshh tt-tadi perut gue benturan sama stir."

"Eh? Kebentur doang sampe segininya? Atau-? Loh?! JANGAN JANGAN LU HAMIL??!"

Samkara teriak panik setelah sadar apa yang terjadi. Astaga, yang benar saja jika Jazeel sedang mengandung. Masa kehamilannya baru ketahuan disaat seperti ini. Karena memang tidak ada tanda-tanda Jazeel hamil seperti mual dan lain sebagainya, atau memang belum saja.

"Ya tuhan, tolong jaga keduanya." Tanpa sadar kalimat itu keluar dari mulut Samkara.

Sesampainya di rumah sakit, Jazeel langsung ditangani oleh para medis. Samkara tidak bisa diam menunggu Jazeel yang berada di dalam ruangan. Dia terus memikirkan keadaan Jazeel dan tak henti merapalkan doa. Takut, Samkara takut sekali. Samkara berharap Jazeel baik-baik saja, dan jika tebakannya benar kalau Jazeel sedang mengandung maka tolong selamatkan calon bayinya.

Jantung Samkara tak bisa berdetak dengan tenang. Keringat bercucuran membasahi wajahnya, kepanikan yang ia alami sekarang tidak main-main. Karena selama ini baru sekarang juga Jazeel masuk rumah sakit.

Tak lama salah satu dokter keluar dari ruangan. Samkara masih tak henti merapalkan doa dalam hatinya.

"Dengan walinya Tuan Jazeel?"

"Iya, saya sendiri dok." Samkara menghampiri sang dokter.

"Begini, keadaan Tuan Jazeel sekarang sudah cukup membaik. Pendarahannya sudah berhenti. Jadi, dimohon nanti tolong dijaga baik-baik Tuan Jazeel dan juga calon bayinya. Syukurlah kandungannya kuat, padahal di usia kandungan yang baru 2 minggu ini biasanya sangat rentan sekali keguguran, tapi untungnya tidak apa-apa."

Samkara bernafas lega mendengar ucapan sang dokter. Ia pun langsung meminta izin kepada dokter tersebut untuk menemui Jazeel.

Jazeel masih menutup rapat matanya saat Samkara masuk ke ruangan tersebut.

Samkara duduk disamping rajang Jazeel. Sedari tadi Samkara terus memegang tangan Jazeel, menciuminya tanpa henti. Sesekali ia mengelus lembut perut Jazeel, senang calon anaknya selamat. Tak berselang lama tangan Jazeel bergerak, disusul dengan Jazeel yang sadarkan diri.

"Jazeel, masih ada yang sakit?"

Jazeel menggeleng, dia sudah tidak merasakan sakit apapun seperti tadi.

"Sumpah ya gue rasanya mau mati tau gak pas sadar kalo lu hamil." Samkara meneteskan air mata, emosinya benar-benar dikuras habis.

"Emang gue beneran hamil?"

Samkara mengangguk dengan semangat. Tangan Jazeel bergerak mengusap perutnya sendiri. Cairan bening keluar dari ujung matanya, terharu. Ada calon bayinya disini. Akhirnya setelah banyak rintangan, ia bisa mengandung juga.

Keesokan harinya Jazeel diperbolehkan untuk pulang. Mereka kini sudah berada dirumah. Samkara menuntun Jazeel menuju kamar, menghiraukan protesan Jazeel yang bilang kalau dia tidak mau dituntun karena merasa sudah baik-baik saja.

"Batu banget dah ini calon bapak, dibilangin gue udah gapapa." Ucap Jazeel sambil mendudukan tubuhnya diranjang.

"Anjing jangan bapak dong, ayah. Cakepan dikit napa sih."

Jazeel tertawa mendengar protes suaminya ini. Senang Samkara nya yang dulu telah kembali, tidak akan ada lagi Samkara yang dingin. Ini berkat calon bayinya yang sekarang telah hadir.



























- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang