#18

2.2K 166 8
                                    

Jazeel tengah asik memasak untuk sarapan. Ia memang masih diperbolehkan untuk masak, asal masak makanan yang simple saja. Samkara juga sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Akhir-akhir ini pekerjaan kantornya sangat santai, membuatnya kadang berangkat satu jam lebih lama dari jadwal kantornya. Maklum, bentar lagi perusahaan ayahnya juga akan jatuh kepadanya. Samkara akan memegang penuh perusahaan keluarganya itu.

"Akhh."

Saat sedang memotong sayur, perut Jazeel terasa sangat nyeri. Rasanya bayi-bayinya seperti sedang berputar di dalam perut. Jazeel menggigit bibirnya menahan sakit di perutnya. Apakah sudah waktunya melahirkan? Tapi kandunganya saja masih 32 minggu.

"Sshh, Sam.." Jazeel mencoba memanggil Samkara yang masih berada di kamar.

"SAM! akhh." Perutnya semakin sakit.

Samkara yang mendengar teriakan Jazeel langsung berlari menghampiri Jazeel di dapur.

"Hah kenapa Zeel?"

"Hiks, perut aku sakit akhh." Jazeel tak kuat menahan sakitnya pun mulai menangis.

"Mau lahiran?! Tapi kan belum waktunya? Aduh gimana bentar aku siapin mobil sama bawa barang dulu."

Untung saja perlengkapan lahiran sudah mereka siapkan dalam satu tas, jadi hanya tinggal membawanya.

"Shh cepet, ggak tahan sakitnya."

Samkara panik. Setelah siap semuanya ia langsung menggendong Jazeel masuk ke dalam mobil.

"Akhh shh, abang-adek sabar sebentar ya." Jazeel terus meringis menahan kontraksi diperutnya.

Untung saja jalanan lancar, jadi perjalanan ke rumah sakit tidak lama. Sampainya di rumah sakit Jazeel langsung masuk ke ruangan. Samkara tidak diperbolehkan masuk karena Jazeel harus diperiksa terlebih dahulu.

Tak berselang lama dokter pun keluar. Dokter memberi tahu jika belum waktunya untuk Jazeel melahirkan. Kan memang, batin Samkara. Jazeel hanya mengalami kontraksi palsu, serangan kontraksi palsu yang tiba-tiba membuatnya merasa jauh lebih sakit dari kontraksi biasa.

"Masih sakit gak Zeel? Ternyata kontraksi palsu, aku panik banget kirain abang sama adek mau lahir sekarang."

"Udah ngga, maaf ya bikin kamu panik kayak tadi."

"Ya ampun gapapa sayang." Samkara mengusap surai suaminya itu. Dan setelah kejadian ini sepertinya ia harus mengambil hari libur lebih awal.

Siangnya Jazeel sudah diperbolehkan untuk pulang. Perjalanan pulang mereka diiringi dengan tawa. Samkara terus berbicara mengenai calon anak-anaknya dan berbagai macam kejadian lucu dalam kisah persahabatan mereka sebelumnya.

Karena tawa yang terbahak-bahak, Samkara tidak menyadari ada motor dari arah berlawanan yang akan menyebrang.

Samkara kehilangan kendali, mobilnya pun sulit untuk dikendalikan dan berakhir berputar di tengah jalan raya. Samkara yang panik memegang perut Jazeel agar tidak terbentur. Begitupun Jazeel yang melindungi perutnya, berusaha memeluk menahan goncangan.

Untungnya mobil Samkara tidak sampai menabrak bahu jalan atau terbalik, mobilnya hanya berputar.

"Hah astaga nyawaku." Jazeel bernafas lega setelah mobilnya sudah benar-benar berhenti.

"Zeel maaf sumpah demi tuhan aku minta maaf, hampir aja kita kehilangan nyawa terutama abang sama adek. Kamu gak ada yang sakit kan? Perutnya aman?"

"Gapapa, lebih hati hati lagi aja. Aman kok Sam."

Mendengar jawaban itu Samkara ikut merasa lega. Ceroboh sekali dirinya, hampir saja ia kehilangan orang yang paling ia cinta.

Keadaan jalan menjadi sedikit tersendat karena kejadian barusan. Sadar ia membuat macet, Samkara langsung membenarkan dan melajukan mobilnya. Ia juga meminta maaf pada pengendara lain yang terganggu olehnya.

































- Biffle
© jaykerade
Tolong dukung cerita ini dengan vote / komen♡

Biffle - Sungjake [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang