"Aku tidak akan memarahimu hanya karena kau bilang ini sakit",
Jungkook berujar heran. Ia sampai mengira sedang memberikan pertolongan pertama pada patung sebab seorang yang diobatinya ini hanya diam tak bergerak. Bahkan ketika kapas alkohol dengan antiseptik menyentuh lukanya, raut mukanya tak berubah. Yang heboh malah Jungkook sendiri. Ia berkali-kali meminta maaf jika terlalu kencang menekan lukanya dan hanya dibalas anggukan saja.
"Kira-kira butuh delapan sampai sepuluh jahitan dilenganmu dan empat sampai enam jahitan dibagian bahu. Tenang saja, sakitnya baru akan terasa setelah obat lidocain ini berhenti bereaksi",
Lagi-lagi hanya anggukan saja yang Jungkook terima.
Dalam hati ia mendesah frustasi. Ingin rasanya Jungkook menjambak rambutnya sendiri yang belum lama ini ia cukur pendek guna melampiaskan rasa kesalnya.
Selama menyelami dunia kesehatan baru kali ini Jungkook mendapati pasien yang ajaib nan luar biasa. Haruskah Jungkook melapor pada CNN tentang fenomena ini ? Bisa saja kan dirinya tiba-tiba jadi selebritas dan apotik ini akan lebih terkenal. Itu akan sangat menguntungkan. Jungkook yang mengaku keren bisa jadi miliyader dadakan.
Duh, pikiran tak berguna milik Jungkook itu, bisakah dienyahkan terlebih dahulu. Lebih baik pikirkan sewa kosnya yang sudah nunggak tiga bulan karena Jungkook yang tidak membayar. Ya tentu, ada beberapa alasan. Mungkin salah satunya karena orangtuanya telah membatasi mengirimkan uang kepadanya sebagai hukuman. Sadis.
Tapi jangan salah paham. Itu pun akibat polahnya sendiri. Mahasiswa kedokteran mana yang menghabiskan hampir limapuluh juta dalam sebulan jika bukan Jeon Jungkook ?
Jika untuk pendidikan, orangtuanya tidak masalah bahkan akan memberi lebih padanya. Yang menjadi konflik adalah daily life Jungkook yang begitu hedon. Bisa diibaratkan seperti ini. Dari ujung rambut sampai mata kakinya jika ada yang tidak bermerk Jungkook akan gelisah. Jika ada yang tidak matching dalam pakaiannya Jungkook akan menjadi kucing betina.
Hah.
Sebenarnya orangtuanya pun merasa bersalah. Jungkook seperti itu juga pasti karena kebiasaannya sejak kecil yang apa-apa sudah selalu sedia. Maka dari itu, Jungkook yang memasuki usia kepala dua itu harus belajar dimandirikan.
Seperti halnya jika ingin membeli barang baru Jungkook harus berusaha sendiri. Dan ini sudah berjalan tiga bulan juga Jungkook mencoba mencari uang tambahan untuk sekedar jajan seafood atau membeli sepatu boots kesukaannya. Ya benar, orang tuanya tidak benar-benar tidak memberikan uang sepersen pun padanya. Hanya disesuaikan untuk kebutuhan makan, kuliah dan biaya kosnya.
Namun jika dibandingkan dengan penjelasan awal sebelumnya. Kenapa tidak tepat membayar kosnya ? Ya, itu..lain kali tanyakan pada Jungkook sendiri. Lebih baik sekarang kita kembali pada kondisi canggung yang terjadi antara dirinya dengan tamu asing tadi.
"Apa kau punya tujuan setelah dari sini ?", tanya Jungkook setelah kegiatan palang merahnya itu selesai. Orang itu tersenyum tipis kemudian menggeleng. Jungkook meringis untuk merespon.
"Bajumu juga sepenuhnya basah tapi disini tidak ada cadangan baju kering. Kau terluka cukup parah dan memakai baju basah sama saja membuatmu akan mudah terkena infeksi. Bagaimana ini ?",
Jungkook resah sendiri padahal yang mempunyai status korban terlihat tenang-tenang saja. Ia mulai beranjak berdiri dari sofa ruang tunggu kemudian berjalan kesana kemari dengan mengigiti bibir dan sesekali melihat orang itu yang hanya menatapnya dalam diam.
Sialan, dia hanya diam begitu tapi arghhhh.. kenapa jadi aku yang heboh sendiri ?!, umpat Jungkook dalam hatinya.
Ya bagaimana mau tidak resah, luka nya itu dibagian tubuh yang dimana memang mengharuskan tamu asing ini melepaskan baju atasnya seluruhnya. Bukannya Jungkook malu atau apa, tapi jujur saja ia sedikit iri. Mereka sama-sama lelaki tapi Jungkook bisa mengakui secara yakin bahwa tubuhnya memang indah. Selain wajahnya yang menawan, ia juga diberikan karunia tambahan dada bidang, perutnya yang terbentuk bak alat cuci jaman dulu dan kedua bisepnya yang mengembang. Proporsi yang sempurna.
Hiks. Apalah daya Jungkook yang hanya punya tulang saja. Orangtuanya saja sudah merasa cukup bersyukur jikalau anak mereka tidak terbawa angin ketika membawa motor beatnya.
"Aku tidak mungkin meninggalkan apotik ini.." gumam Jungkook masih dengan mengigiti jarinya. Bimbang dengan keputusannya akan ide gila yang sedari tadi menari-nari diotaknya.
Namun setelah bertarung dengan pikirannya sendiri, Jungkook menghembuskan nafas kasar. "Aku tidak punya pilihan lain", katanya kemudian menuju salah satu rak dan mengambil kunci.
Suara gemerincingnya mengundang orang asing ini untuk menoleh dan membesarkan kedua matanya ketika benda itu ada didepan wajahnya.
"Jaraknya 15 menit berjalan kaki dari sini. Jalan Lavender No 613. Kau akan menememukan kotak pos dengan burung pipit diatasnya. Naik ke kamar 297 dan Voila ! Kau bisa tidur nyenyak dan mendapat baju" ",
Orang itu mengerjap dua kali sebelum tertawa gemas. Jungkook sendiri menatapnya bingung. Ia hanya menjelaskan prosedur tentang "Bagaimana cara mendapat kasur dan baju ganti " kepada orang asing ini, tapi terlihat seperti ia berdongeng tentang kurcaci dan 7 bidadari.
"A-apa? Kenapa tertawa ?", tanya Jungkook yang merasa canggung.
Orang itu menggeleng lalu tersenyum hingga giginya yang putih rapi itu terlihat. Akibatnya dipipinya yang tirus muncul sebuah cekungan kecil membuatnya lebih menawan. Jungkook sempat terkesima jujur saja.
Tampan sekali, gumam hatinya.
"Kau ingin aku mengambil ini kan?",
Tangan kanannya bergerak meraih kunci yang disodorkan dan segera memakai kembali bajunya yang sedari tadi terlampir di pinggir sofa. Jungkook merubah raut wajahnya jadi mengernyit ngeri ketika orang asing itu berhasil memakai kemeja kotak bewarna hitam miliknya tanpa hambatan.
Lukanya yang dalam nan panjang itu bahkan baru dijahitnya dan Jungkook bisa pastikan anastesinya sudah berhenti bekerja. Tapi sekali lagi, orang asing itu bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya.
"Terimakasih jasamu. Akan kubalas jika sudah waktunya",
Jungkook hanya mengangguk pelan ketika orang itu dengan lancangnya mengusap lembut kepalanya. Detik berikutnya, matanya yang bulat itu akhirnya menjadi saksi kepergian orang asing yang sepertinya akan menuju ke kediamannya. Ia menghela nafas kasar karena sendirian lagi. Tangannya sudah akan memasang earphone ketika mengingat sesuatu yang membuat nafasnya tersendat.
"Dia tidak akan mengambil Jojo ku kan?",
###
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA || BTS X NCT ||
Fanfiction"Aku menunggu keputusannya. Biarlah seperti ini dulu, anggap saja aku sedang memberikannya kesempatan lain. Bila tidak ada yang berubah, aku akan berikan padanya balasan yang setimpal atau bahkan lebih dari itu. Tunggu saja"