"Bagaimana pendapatmu?",
"Tentang apa?,
"Masakanku ",
"Menakjubkan",
Semburat senyum penuh malu pun mulai berangsur terlihat. Namjoon tertawa gemas, cekungan dibawah mata yang jarang terlihat itu pun mengiringi tangan besar nan kasar miliknya untuk mencubit ringan puncak hidung sang pujaan hati.
"Cantik sekali istriku", pujinya.
"Ck, jangan begitu. Aku tahu maksudmu Jeon Namjoon. Malam ini tidak ada jatah. Milikku masih sakit dan besok aku masih ada pertemuan dengan klien. Tahan hormonmu yang berlebihan itu",
Namjoon terkekeh saja, ia tarik tubuh berisi itu lebih dekat dengan tubuhnya kemudian mendekatkan kepalanya untuk mengecup lembut bibir pink cerah alaminya. "Aku tahu honey, maaf menyulitkanmu",
Mendaratkan kepalanya sepenuhnya di ceruk leher sang istri, Namjoon menarik napas hanya untuk menghirup aroma miliknya yang entah kenapa bisa menenangkannya. "Jika pekerjaanmu menyulitkanmu bilang saja hm? Aku hanya tidak rela melihatmu kelelahan. Kau kan sudah punya aku, apa tidak cukup uang bulanan yang ku berikan? Atau haruskah aku mengganti profesi ku? Atau-",
"Hey hey hey, ada apa denganmu Tuan Jeon? Kita sudah membicarakan masalah itu sebelumnya", sela Ji Eun. Ia semakin bingung kala Namjoon kekeh dengan posisinya yang mengendusi lehernya padahal Ji Eun ingin melihat ekspresi sang kepala keluarga saat ini. Tarikan tangan pada kepalanya pun juga tak memberikan efek apapun.
"Jeon Namjoon berhenti menarik napas disitu. Aku kegelian ?!", seru Ji Eun lagi yang hanya dianggap angin lalu olehnya. Namjoon masih mempertahankan posisinya dengan tambahan pelukan posesif saat ini. Astaga.
Pada akhirnya Ji Eun pasrah, menghela napas kasar dan tangannya menyingkirkan piring serta gelas yang masih berserakan didekatnya. Mencegah perpecahan alat rumah tangga apabila suaminya yang sudah berumur ini berulah diluar kendali padanya.
Ya posisinya sedari tadi memang ambigu. Setelah memenuhi keinginan bayi besarnya yang mendadak ingin memakan masakan buatannya, dia berubah jadi ibu kanguru yang ditempeli anaknya yang mencari kehangatan. Duduk diatas meja dapur dan Namjoon yang duduk di kursi dapur memeluk tubuhnya. Lengket sekali seperti tidak ada celah.
Padahal bagian bawahnya masih sakit, perihal ranjang bayi besarnya ini memang tidak cukup untuk sekali saja pelepasan. Setelah membuat tubuhnya lemas seperti Jelly, dia seenak jidat masih minta dilayani untuk masalah perut padahal ada maid yang bekerja. Memang tidak tahu diri. Untung Ji Eun sudah cinta.
"Anakmu saja tidak seperti ini. Bayangkan dia melihatmu atau anak buahmu yang lain, serius.. bahkan jika sudah berhari-hari terlewat waktu dilapangan pun kau akan mati kutu ditertawakan",
"Masa bodoh. Biarkan seperti ini dulu honey, perutku tiba-tiba mual dan kepalaku pusing", adunya dengan nada rengekan. Terdengar mengerikan karena Namjoon yang mengatakan. Untung hanya pada Ji Eun dia bertingkah seperti bocah 5 tahun yang masih butuh perhatian.
"Apa kau sakit?", tanya Ji Eun dengan mengecek suhu tubuh sang suami melalui lehernya. "Tidak panas Jeon Namjoon, jangan menipuku",
Namjoon merengek lagi. "Pokoknya aku mau seperti ini dulu. Jangan pergi kemana-mana",
Ji Eun mendesis. Ingin marah tapi tak bisa. Jarang sekali Namjoon seperti ini. Ada sisi keseraman dan kelucuan disana. Entahlah Ji Eun tidak bisa mendefinisikan. Yang jelas Ji Eun sudah cinta.
![](https://img.wattpad.com/cover/350080364-288-k651007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA || BTS X NCT ||
Fanfiction"Aku menunggu keputusannya. Biarlah seperti ini dulu, anggap saja aku sedang memberikannya kesempatan lain. Bila tidak ada yang berubah, aku akan berikan padanya balasan yang setimpal atau bahkan lebih dari itu. Tunggu saja"