8. Racun

12 4 0
                                    

Double UP yey
Happy Reading ^^































"Kak",

"Hm ?",

"Kadang-kadang aku masih suka kangen papa sama mama. Udah segede ini tapi kita belum bisa mecahin siapa pelakunya. Menurut kakak, papa sama mama marah nggak ?",

Jungwoo terdiam cukup lama. Matanya menatap teduh pada Mark yang mengaduk tak beraturan nasi goreng buatannya sebagai sarapan pagi ini.

Sedikit terkejut sebenarnya, tidak biasanya Mark yang cool dan menjaga image didepannya bertingkah seperti ini. Apa ini efek pembicaraan ketiganya tempo hari?

"Kakak yakin mereka sama sekali nggak marah ataupun kecewa. Harusnya si malah seneng anaknya yang dulu cuma bisa nangis sekarang sudah SMA dan yang satu lagi udah kuliah ngambil hukum. Kurang bangganya dimana?",

Mark mendongak menatap ekspresi Jungwoo yang biasanya selalu meledeknya itu berubah menjadi penuh kasih sayang seorang kakak. "Kakak nggak capek ?",

"Kalo ditanya capek atau nggak, ya pasti jawabannya capek dek. Tapi capenya langsung ilang liat kamu yang udah sebesar ini. Bangga banget banget bisa liat pertumbuhan dan perkembanganmu pake usaha kakak sendiri sampe dengan sekarang. Kamu nggak bahagia dengan itu?",

Mark tersentak "Bahagia kak, banget juga"

" Tapi kalau kakak capek gantian ya? Biar aku yang kerja, kakak yang fokus kuliahnya", lanjutnya membuat Jungwoo menatapnya tak terima.

" Nggak kayak perkara beli kiloan cabe atau bawang yang bisa tawar menawar ya Mark",

Si bungsu meringis "Kasian liat kakak kerja terus, aku juga bisa part time kalo kakak kasih ijin",

"Kalo masalah finansial jangan dipikirin, kakak juga ada sambilan. Fokus saja pendidikanmu",

Mark menggeleng tidak setuju. "Aku dah besar kak, aku juga bisa bantu. Kalo semuanya yang mikir kakak terus, pengorbananku untuk kakak apa ? Kak Jungwoo jangan egois, jangan mikirin aku sendiri. Aku nggak suka. Aku juga mau berjuang buat kakak", katanya dengan sudah terbawa emosi.

Mendengar itu Jungwoo menghembuskan nafas kasar. Menatap si bungsu yang dadanya ikut naik turun menemani temponya dalam menyampaikan emosi. "Okey, maunya kamu sekarang gimana?",

Mark menarik napas sebentar sebelum menatap penuh gigih pada saudara tuanya. "Ijinin aku buat jadi back dancer di SM. Aku diterima disana, pas banget salah satu back dancer utama mereka ada yang cidera. Sedangkan ada boy grup yang mau debut bulan depan mau nggak mau, harus ada yang gantiin. Dan aku terpilih kak, boleh kan ?",

Jungwoo memejamkan matanya sejenak. Jujur, dia saja terkejut mengetahui fakta tentang bakat terpendam milik Mark selain bahasa inggris yang fasih itu. Apalagi sampai diterima diperusahaan besar yang sudah melahirkan idol-idol terkenal dinegaranya. Ia senang sekali kalau boleh dibilang. Tapi, Jungwoo tidak mau jika pada akhirnya nanti akan ada sesuatu yang buruk terjadi pada adiknya jika dirinya mengiyakan.

Melihat raut wajah kakaknya yang mudah terbaca itu Mark menunduk, mengambil napas sekali lagi. "Aku janji bisa atur waktu dan tenaga antara sekolah dan latihan. Aku cuma butuh kepercayaan dari kakak", ujarnya penuh keyakinan.

Lagi-lagi Jungwoo menghembuskan nafas kasar. Membuka matanya, tersenyum tipis sejenak lalu perlahan tangannya terulur untuk mengusak lembut puncak kepala adiknya. Sedang Mark terdiam masih dengan raut wajah penuh ketegasan. Kali ini ia tidak akan mau mengalah untuk bisa membantu kakaknya.

DRAMA || BTS X NCT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang