17. Hilang

13 4 0
                                        


Happy Reading guys ^^

































































































"Kakek, apa kabarmu ?",

Ji Eun mendadak merasakan perutnya melilit ketika suara si tunggal menyapa orang tuanya yang sebelumnya duduk tenang disofa menonton TV berpindah tempat ke ruang makan yang berada didapur. Bersama ketiganya tentu saja, dengan posisi duduk berhadap-hadapan dengan segelas air didepannya masing-masing.

"Kakek baik, kemana saja ? Kakek rindu cerita barumu",

Jungkook terkekeh dengan raut muka amat bersahabat. "Aku sedikit sibuk diluar sana", menatap orangtuanya bergantian. "Dan ingin mengenalkan mereka juga", lanjutnya dengan senyuman ringan.

Sepasang paruh baya itu hanya mengerut. Mulai memperhatikan gerak-gerik si wanita yang nampaknya sama sekali tak nyaman.

"Dia ibumu ?", tanya si nenek dengan suara lembut.

Jungkook mengangguk. "Dan anak kalian juga",

Ji Eun merasa perutnya semakin sakit. Apalagi merasakan raut tegang dari orangtuanya. Ketika ia mendongak, sudah dipastikan yang ia perkirakan memang nyata terjadi.

"Kau.. Lee Ji Eun ?", tanya si nenek tidak percaya.

Ji Eun mencoba tersenyum. "Iya, ini aku. Ji Eun, anakmu", jawabnya.

Meskipun dengan suara yang sumbang tapi matanya mampu melihat bagaimana rasa terkejut itu menghiasi mata sang ibu. Sangat berbeda dengan si Ayah, dengan segala perlakukan buruknya matanya bahkan tak mampu untuk sekedar meliriknya.

"Kau masih hidup ternyata ?",

Bukan hanya Jungkook dan Ji Eun yang tersentak. Namjoon bahkan sudah ancang-ancang meninju kakek tua tak tau diri itu dibalik mejanya.

"Kakek ?", Jungkook menatap paruh baya itu dengan rahang menganga tak percaya. Namun diluar yang diharapkan si tua membalasnya dengan tatapan sinis. Raut mukanya yang tadinya lembut penuh penyayang berubah menjadi begitu dingin disana.

"Aku tak menyangka kau putra dari putri tak bergunaku. Tadinya aku tidak percaya saat pertama kali melihatnya, kupikir hidupnya tak terlalu panjang hingga bisa bertemu denganku lagi seperti ini. Tapi ketika dia mengakui diri sendiri, aku semakin yakin. Dia memang anakku yang tak berguna",

Rahang Namjoon semakin mengeras. Otot-otot disekitar tangannya mulai bermunculan. Menandakan ia dengan sebaik-baiknya sedang menahan emosi yang meluap.

Lalu lain Namjoon, lain juga dengan Jungkook. Ia yang sebelumnya terperangah, berubah menatap si tua bangka dengan raut datar ciri khasnya.

"Apa kau baru saja menghina ibuku ?", tanyanya tenang.

Jika dua orang paruh baya itu sedikit pintar untuk memaknai apa yang barusan diucapkannya. Mereka pastinya menahan napas dan lari terbirit-birit meninggalkan ruangan sempit itu untuk melarikan diri.

Namun kenyataannya mereka bodoh. Tidak menggunakan matanya untuk memperhatikan Namjoon dan Ji Eun yang menggenggam tangan kanan kiri sang anak dengan hangat. Membantu anaknya menyalurkan emosi. Karena marahnya seorang Jeon Jungkook bukanlah perkara bagus yang layak untuk benar terjadi.

DRAMA || BTS X NCT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang