3. Essay

14 2 0
                                    





"Apa kau membangunkanku hanya untuk mendengar curhatanmu tentang betapa pintarnya kau memberikan kunci tempat tinggalmu pada orang asing yang belum genap satu jam kau temui itu secara cuma-cuma ?",

"Apa tindakanku itu termasuk brilian?",

"YA , SANGAT BRILIAN SAMPAI AKU INGIN MEMBERIKAN NILAI F PADA KULIAH ANALISISMU !",

Jungkook meringis dengan tangan mengusap-usap telinganya yang berdengung. Kemudian berdecak sebal karena merasa menelpon pemuda Park tidak membantu apapun dan merupakan suatu kesalahan.

"Ya Tuhan Jung, ini baru jam setengah empat pagi dan kau sudah membuat otakku bekerja sebelum menerima algoritma dari Yoongi  hari ini.  Kau ingin sahabatmu lebih cepat ke surga sepertinya ?",

Yang dikibuli terkekeh. Moodnya berubah menjadi bagus, celotehan Jimin mendadak jadi acara hiburan untuknya.

"Aku hanya kasihan padanya. Tidak punya tujuan dan terkena luka seperti itu. Kupikir ia terkena lilitan hutang atau semacamnya", Tersenyum tipis Jungkook kemudian melanjutkan "Padahal jika dia jadi Idol sudah pasti laris. Aku akan selalu datang di fan meeting dan menyuruhnya memakai bando kelinci pink. Ia pasti suka",

"Imajinasimu menyeramkan Jung. Aku harap bukan karena meminum kopi penuh dengan garam kasar yang kuberikan kemarin",

Kalimat pengakuan dosa yang sengaja tersampaikan membuat Jungkook ingin memakan hidup-hidup sahabatnya.

"Aku menghabiskan satu botol gliserin untuk berkumur dan kau hanya cengengesan bersama Taehyung. Wah kalian memang sahabat sejatiku ", Jungkook berujar dengan bumbu-bumbu sarkas didalamnya.

"Terimakasih pujiannya. Aku dan Taehyung akan selalu menemukan cara untuk membuatmu bahagia", jawab Jimin diseberang kemudian tawa jahat membahana setelahnya.

“Lain kali akan ku balas dengan sesuatu yang lebih menyebalkan dari itu Jim, tunggu saja”,

Ooo~ iya kah ? Mari kita dengar pembalasan macam  apa yang akan diberikan pangeran es sepertimu hm ?”,

“Balas dendamnya tidak terlalu sulit” Jungkook menyeringai tipis, mengacak-acak poni pendeknya lalu bersiul ria.  “Masih ingat tentang kejadian kupu-kupu yang masuk ke dalam baju mu tempo hari ?”,

"Tu-tunggu-",

“Kurasa itu cukup. Kali ini bukan hanya kupu-kupu, tapi akan ku berikan bonus tambahan anak-anak mereka yang belum menetas. Bagaimana menurutmu ? Ide bagus?”,

Bagus your ass ? Itu menggelikan ?!  Dan berhentilah membicarakan hewan menjijikkan itu padaku Jung, kau tau aku tidak menyukainya . Tubuhku langsung merinding hanya dengan mendengar nama itu hii~“,

Jungkook tertawa main-main “Hewan menjijikkan apa ? Kupu-kupu?”,

Jung ?!!”,

“Apa ? Namanya benar kupu-kupu ?”,

JEON JUNGKOOK ?!!!”

Jungkook sontak saja tertawa keras. Puas rasanya bisa menghadapi kesendirian meskipun dengan cara yang menggangu.

Kau benar-benar kesepian ya ? Mau ku temani kesana ?”,





















































"Paman Park, selamat pagi !", sapaan ceria Jungkook terdengar ketika sang pemilik asli apotik ini sudah datang. Yang disapa tertawa kecil kemudian menepuk bahu pegawainya itu pelan.

"Pagi nak. Paman lihat kau masih begitu semangat. Shift malam sendirian tidak membuatmu takut kan? ",

Jungkook meringis. Telunjuknya menggaruk pelan pelipisnya sendiri ketika mengingat kelakuannya hari ini.

Tidak mungkin kan ia mengatakan kebenaran tentang acara menganggu anak bungsu bosnya hanya untuk menemaninya terjaga setelah kedatangan orang misterius pagi ini. Apalagi saat ini sudah pukul 7, Jungkook yakin bungsu Park sedang asik mengumpati dirinya karena membuatnya hampir terlambat masuk kelas pagi.

"Tidak paman. Semuanya aman terkendali", balas Jungkook dengan tersenyum lebar. Dua jempol tangan juga ia arahkan ke pria baruh baya itu sebagai tambahan ekspresi penyampaian kalimatnya.

Paman Park balas tersenyum saja. Matanya mulai memindai sekelilingnya. Semuanya tertata rapi termasuk dengan lantai yang selalu licin dan wangi.

Jika dipikir, ini hanyalah gedung apotik biasa tapi Jungkook merawatnya seolah tempat ini harus sakral dan tidak mengizinkan kotoran sedikit pun menempel disekitarnya . Mengingat latar belakang Jungkook yang tak sengaja ia tau, membuatnya yakin,  bekerja paruh waktu dan melakukan semuanya sendirian adalah hal sulit. Tapi ketekunan dan kebaikan hatinya membuatnya sadar pada dasarnya Jungkook adalah anak baik-baik bukan seperti yang dikatakan orang-orang disekelilingnya.

"Lain kali tidak perlu mengepel terlalu sering ya. Menata obat juga ada masanya. Hanya pastikan obatnya tersimpan baik dan tidak lewat kadaluarsa. Kau masih kuliah, hemat tenagamu nak. Paman mengizinkanmu bekerja disini untuk melatihmu lebih mandiri bukan membuat jatuh sakit suatu hari",

Jungkook tersenyum hangat kemudian mengangguk. Kakinya maju selangkah dan menatap penuh harap pada paman Park. " Paman, boleh aku memelukmu ?",

Park Min Hyun terkekeh. Tanpa ragu ia tarik lembut Jungkook kedalam pelukan hangatnya. Sementara Jungkook semakin mengeratkan pegangannya ketika air matanya hampir saja jatuh.

Entah kenapa dia jadi lebih emosional akhir-akhir ini. Mungkin karena merindukan orang tuanya yang hanya bisa ia lihat melalui benda pipih yang mereka sebut ponsel itu. Tuntutan pekerjaan orangtuanya memang membuatnya harus menjadi lebih dewasa untuk menyikapi.

"Pulanglah, beristirahat. Paman akan memberikanmu bonus pizza dan cola akhir pekan nanti. Mampir ya, istri paman juga akan memasak bulgogi",

Jungkook melepaskan perlahan pelukan itu, menetralkan emosinya lalu bersorak senang setelahnya . Senyumnya melebar menampilkan dua gigi besarnya yang menggemaskan.

"Terimakasih paman, aku pasti akan datang. Jangan memulai pesta tanpaku ya ? Akan ku bantu habiskan makanannya, tenang saja",

Min Hyun hampir saja tertawa kencang jika tidak mendengar bel pintu masuk yang menandakan akan ada pelanggan yang membutuhkannya. Keduanya hanya saling tatap kemudian terkekeh  geli. Dilanjut dengan Jungkook yang dengan gesit mengemasi barang dan bersiap pulang.

"Paman, sebelumnya maaf. Sebenarnya aku mengganggu Jimin dan membuatnya tidak tidur nyenyak. Kalau Jimin tertidur di kelas matematikanya jangan memarahinya ya?", pinta memelas Jungkook yang pada akhirnya jujur tentang kegiatan malamnya dengan kedua tangan yang memegang dua sisi tas punggungnya persis seperti anak TK yang mengadu pada sang mama karena makan siangnya habis diperut temannya.

"Tidak apa, paman tidak masalah", Min Hyun menatap Jungkook seolah mengkode sesuatu "Mungkin bukan paman yang marah, kamu tau kan siapa yang lebih pro dalam hal itu ?",

Jungkook meringis ngilu ketika mengingat satu fakta.







































































"Jeon Jungkook kau harus membelikanku daging sapi 10 kg untuk ini !!!",

Jimin dan derita essay 10 lembarnya.

###

DRAMA || BTS X NCT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang