Day and Night (2) | MarkNo

2.8K 155 7
                                    

Keesokan harinya..

Mark melangkahkan kaki menuju ruang BEM dengan santai. Jarum jam menunjukkan pukul 06.30 pagi. Terlalu pagi memang. Tapi Mark sengaja karena ada yang harus ia siapkan untuk rapat pukul 10 nanti. Sedangkan pukul 8 ia sudah ada kelas dan baru akan berakhir tepat saat rapat. Jadi Mark memutuskan untuk datang pagi demi mempersiapkan materi rapat.

Ketika sampai di depan ruangan tersebut, Mark merasa heran karena anak kuncinya tidak dapat diputar. Mark berpikir ada seseorang yang berada di dalam, yang lebih dulu masuk. Namun siapa? Yang memegang kunci ruang BEM hanya dirinya dan sang wakil, Jeno. Tapi rasanya tidak mungkin Jeno sudah datang sepagi ini. Karena seluruh aktivitas kampus normalnya baru dimulai pada pukul 7. Jika benar itu Jeno, lalu apa yang dilakukannya sepagi ini?

Mark membuka pintu perlahan dan mengedarkan pandang ke seluruh ruangan. Tak lama matanya menemukan seseorang tengah berbaring di sofa dengan wajah tertutup sebuah buku yang lumayan besar. Hanya dengan melihat pakaian serta sepatu yang dipakainya saja Mark bisa tahu bahwa sosok itu adalah Jeno. Siapa lagi yang bisa memakai pakaian dan sepatu mahal edisi terbatas jika bukan Jeno? Ah, tentu ada! Lee Haechan! Yah, tentu saja. Dua bersaudara Lee adalah anak pengusaha properti yang sangat sukses. Yang kekayaannya sudah tak perlu diragukan lagi. Tersohor hingga ke luar negeri.

Kembali pada Jeno yang tengah tertidur di sofa. Mark mengerutkan dahi dengan heran. Mengapa Jeno tertidur di tempat ini? Dengan posisi yang tidak nyaman pula. Mark membayangkannya saja sudah terasa pegal. Ia mendekat. Dengan perlahan dan hati-hati mengangkat buku yang menutupi wajah tampan Jeno. Dan saat itulah Mark terkejut menjumpai memar lain di sudut bibir Jeno. Bahkan sedikit luka robek nampak disana.

Bukankah kemarin hanya lebam di bawah mata? Kenapa sekarang bertambah? Apa yang terjadi? Apa Jeno berkelahi lagi? Berbagai pertanyaan terlintas di pikiran Mark. Namun tidak mungkin membangunkan Jeno hanya untuk menanyainya. Selain itu, Jeno adalah orang yang dingin dan tertutup. Ia pasti enggan menceritakan apa yang terjadi walau dipaksa sekalipun.

Mark menatap wajah lelap itu dengan seksama. Jika boleh jujur, bagi Mark sebenarnya Jeno itu menarik. Sangat menarik. Bentuk rahangnya tegas, hidungnya mancung, matanya indah, serta bibirnya kemerahan, menambah keindahan di wajah seputih susu itu. Hanya saja wajah itu tidak pernah dihiasi dengan senyuman. Selalu tatapan tajam yang menusuk serta bibir terkatup rapat yang sekalinya bicara seringkali melukai hati lawan bicaranya. Sungguh sangat disayangkan.

Puas memandangi wajah Jeno, Mark meraih ponselnya. Ia mencari nomor Renjun, adik tingkatnya yang juga teman baik Jeno. Mengirim pesan kepada pemuda itu, memintanya mengirim nomor Haechan, saudara kembar Jeno. 5 menit kemudian balasan ia dapatkan. Langsung saja Mark mengirim pesan pada Haechan.

°°

Drap-drap-drap..

Suara langkah kaki. Bukan langkah biasa melainkan larian. Lalu..

Ceklek!

Haechan membuka pintu dengan kasar.

"Ssstt!" tegur Mark seraya menempelkan telunjuknya di bibir.

Haechan meringis. Lalu kemudian pandangan matanya beralih pada sosok kakaknya yang tengah tidur di sofa. Seketika wajahnya menjadi sendu. Ia mendekat perlahan. Menggeser meja di depan sofa, lalu duduk bersila di depan Jeno yang sedang tidur. Tangannya terulur, menyentuh pelan luka dan memar di ujung bibir Jeno.

"Sudah ku bilang, jangan membuat keributan. Jangan membuat masalah," ucapnya sendu.

"Jangan membuat appa marah. Dan berakhir kau babak belur seperti ini," sambungnya.

All About Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang