Zein (13) | Jaejen / TaeJen

404 72 28
                                    

Happy reading

      

      

2 bulan berselang. Kehidupan Zein kini benar-benar berubah. Hidupnya yang belakangan terasa monoton dan juga membosankan menjadi berwarna karena kehadiran sang buah hati. Seluruh anggota keluarga serta suami dan kedua mertuanya tak pernah mengira. Hadirnya Shawn nyatanya mampu meluluhkan hati Zein yang sempat tak menerima kehadirannya.

Masih teringat dalam benak Zack, bagaimana sang kakak sempat hendak menusuk perutnya dengan gunting begitu mengetahui bahwa dirinya hamil. Lalu disaat orang tua Theo memutuskan hubungannya dengan pemuda bule tersebut, Zein juga sempat memukuli perutnya. Kini yang nampak di hadapannya jauh dari bayangannya, yang sempat mengira Zein akan mengabaikan buah hatinya. Yang nampak di depannya saat ini kakaknya tersebut sangat menyayangi Shawn. Bahkan tak dapat berpisah dengan putranya barang sedetik pun.

"BIIII! SHAWN MANA?" teriak Zein dari kamarnya kala ia tak menjumpai putranya tersebut pada box bayinya.

"Ssstt! Jangan berisik Zein! Shawn lagi tidur," ucap Bi Ani yang datang tergopoh-gopoh seraya meletakkan telunjuknya di bibir.

Zein melongo.

"Ya tapi Shawn-nya sekarang mana? Kok gak ada di box?" tanyanya seraya menutup pintu kamar.

"Shawn disini, Zein," suara lembut seorang wanita membuatnya menoleh.

"Mama? Kapan datengnya?" tanyanya seraya berjalan menghampiri sang ibunda yang tengah duduk di sofa ruang keluarga seraya menggendong Shawn.

"Waktu kamu mandi tadi," jawab Thania sambil menerima kecupan di kedua pipinya dari Zein.

"Oh. Pantesan. Mama kesini sama siapa? Sendiri aja?"

"Sama aku."

Zein menoleh dan mendapati sang adik datang dari lantai 1 rumahnya. Pemuda itu mendekat lalu duduk di sisi sang ibunda. Tangannya terulur, hendak menyentuh pipi Shawn, namun ditepis oleh Zein.

"Kenapa sih Kak?" protesnya.

"Kamu darimana? Sudah cuci tangan belum? Kalo belum jangan pegang-pegang Shawn! Banyak kuman!"

"Sudah Kak! Aku sudah cuci tangan!"

"Kapan?"

"Tadi waktu baru nyampe."

"Bohong."

"Buat apa sih aku bohong Kak!"

Zack beralih pada sang ibunda.

"Ma..." rengeknya minta pembelaan.

"Zack sudah cuci tangan, Zein. Tadi. Bareng mama," ucap Thania seraya tersenyum.

"Tuh kan!"

"Iya. Maaf. Wajar dong kalo kakak begitu. Kakak kan gak mau baby Shawn sampe sakit karena kena kuman."

"Over protective sekali Anda!"

"Yah, namanya juga untuk anak. Kamu gak tau karena kamu belum ngerasain jadi ayah. Coba kamu tuker posisi sama kakak. Kamu pasti tau gimana rasanya selalu worry sama keadaan dia."

Thania dan Bi Ani saling pandang dan melempar senyum mendengarnya.

"Mama bangga sama kamu karena rasa kasih dan tanggung jawab kamu sama Shawn begitu besar. Mama seneng liatnya."

"Harus dong Ma. Shawn kan buah hati Zein. Anak yang tumbuh dalam tubuh Zein selama 9 bulan. Sudah seharusnya Zein menyayangi dia dan bertanggung jawab untuk semua hal tentang dia kan!?"

All About Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang