Kembali ke Sekolah

9 5 0
                                    

Danira menghentikan sebuah taksi setelah melihat Gafa sudah tidak ada di halte. Gadis itu akan menemui Gafa di tempat kerjanya. Sesaat setelah menutup pintu taksi dari dalam Danira mengabari Gafa. Setelah memberi tahu Gafa lewat pesan bahwa dirinya dalam perjalanan ke tempat kerja pria itu, Danira menyimpan ponselnya di saku seragamnya lalu melihat keluar melalui jendela mobil tersebut. Mata gadis itu memperhatikan kendaraan yang lalu-lalang. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering, Danira merogoh gawainya melihat nama sang ketua OSIS yang muncul di layar pipih. Sesaat gadis itu menekan tombol hijau tanda terima panggilan.

"Ya."

"Kamu di mana? Bentar lagi rapat dimulai." Suara di seberang sana diiringi bising-bising suara lain.

"Astagaaa, aku lupa." Danira segera melirik arlojinya di tangan kiri lalu berkata, "berapa menit lagi dimulai?"

"Lima belas menit cukup?"

Danira diam sejenak sambil berpikir, lagi pula gadis itu belum terlalu jauh meninggalkan sekolah. "Oke, aku segera sampai." Gadis itu langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

"Pak, putar balik ke sekolah tadi," pinta Danira pada supir taksi sambil menyentuh layar ponselnya mencari nama Gafa. Segera gadis itu membatalkan niat awalnya. Sang supir mengangguk dan mengikuti perintah penumpangnya.

Gafa minta izin pada resepsionis untuk keluar ke depan sebentar. Pria itu celingukan memperhatikan area depan restoran, setiap taksi yang berhenti tidak luput dari perhatian Gafa, pria itu  menunggu kedatang Danira dengan perasaan entah. Seketika ponselnya yang dari tadi masih dipegangnya tiba-tiba bergetar.

[Nggak jadi. Aku ada rapat osis jadi balik ke sekolah.] pesan dari nomor WA Danira.

Setelah membaca pesan itu Gafa mengembus napas kasar pertanda lega.

[Iya]

Pria itu segera membalas dengan singkat.
Gafa kembali masuk dalam restoran melanjutkan tugasnya sebagai pelayan.
**

Taksi berhenti tepat depan gerbang sekolah, setalah membayar Danira membuka pintu taksi dengan buru-buru dan menutupnya cepat dengan sedikit keras lalu segera berlari menuju ruang OSIS. Saat gadis itu masuk semua anggota terlihat sudah duduk rapi bersiap untuk rapat.

"Maaf semuanya, aku lupa kalau ada rapat dan langsung pulang," jelas Danira saat masuk dan langsung menuju kursi yang kosong, "Langsung dimulai aja," lanjutnya lagi yang ditujukan kepada ketua OSIS. Ketua OSIS langsung memimpin rapat dari awal sampai akhir. Ketua panitia dan kordinator setiap bidang melaporkan seberapa berhasil serta kekurangan apa saja pada kegiatan tersebut. Selanjutnya pembubaran panitia lalu penutupan rapat. Setelah itu, semua anggota saling bersalaman dengan perasaan haru karena satu agenda telah terealisasikan dengan baik dan agenda ini mendapat banyak respon baik.

Setelah rapat Danira langsung pulang dan membatalkan untuk datang ke tempat kerja Gafa.
***

[Ke perpus, yuk!] ajak Danira kepada Gafa lewat pesan WA.

Danira akan mengembalikan buku mata paket yang dipinjamnya beberapa hari lalu untuk mengerjakan tugas tambahan saat gadis itu terlambat tempo hari.

[Nggak.] tolak Gafa dengan kata singkat padat dan jelas.

[Nilai bahasa indonesia kamu pasti 100 terus, ya?] balas Danira kemudian meletakkan ponselnya dan mengambil buku yang akan dikembalikan. Gadis itu kembali melihat HP-nya. Bibir Danira mengerucut karena belum mendapat balasan.

[Soalnya kamu kalau ngomong suka singkat padat dan jelas.] kirim gadis itu lagi karena merasa diabaikan.

[Karena yang cerewet dan bawel itu cuma kamu.] balas Gafa membuat mata Danira melotot melihat pesan tersebut, perlahan gadis itu mengerutkan kedua alisnya lalu cemberut.

Danira tidak lagi membalas pesan Gafa, siswi itu segera menyimpan ponselnya dan mengambil buku yang masih terletak rapi di meja. Danira menuju perpustakaan dengan berjalan santai karena banyak yang menyapanya, gadis itu membalas setiap sapaan dengan ramah sebisa mungkin.

Jam pulang sekolah pun tiba, Danira membereskan bukunya dan memasukkan dalam tas ranselnya kemudian disampirkan di bahu kanan gadis itu dan gantungan satunya dibiarkan menggantung begitu saja. Seperti biasa gadis itu berjalan keluar sekolah dengan melihat segala arah, apa lagi kalau bukan mencari siswa yang paling jutek, menurut gadis itu.

Danira langsung menuju halte dan langsung duduk menunggu Gafa. Gadis itu sengaja datang lebih dulu karena tahu Gafa akan pulang terburu-buru dan meninggalkannya. Sambil melihat sana-sini gadis itu merogoh ponselnya dan menelepon mamanya memberitahu agar tidak perlu dijemput karena akan pergi bersama temannya dan kemungkinan pulang terlambat.

Setelah mengabari mamanya, gadis itu beralih pada nomor Gafa lalu mengirimkan pesan untuk mengetahui di mana siswa itu sekarang.

Gafa yang sedang mengumpulkan buku latihan satu kelasnya merasakan ponselnya bergetar dalam tas. Pria itu melihat ponselnya dan menggeser ke aplikasi hijau. Terdapat sebuah pesan dari nama yang panjang seperti rel kereta.

[Kamu di mana?]

Gafa bisa membaca pesan tersebut tanpa membukanya. Siswa itu segera menyimpan ponselnya tanpa membuka dan membalas pesan gadis itu, Gafa segera merapikan dan menyusun bukuh-buku itu lalu mencangklong tasnya. Gafa segera menuju ruang guru dan menyimpan buku tersebut lalu keluar langsung menuju gerbang sekolah, dan mengarah halte. Dari kejauhan Gafa melihat seorang siswi terduduk menatap dan melambaikan tangan kepadanya.

Setelah melambaikan tangan gadis itu segera berdiri dan maju beberapa langkah menuju pinggiran halte mengarah pria itu, berdiam menunggu Gafa. Setelah siswa itu mendekat segaris senyum terlukis di bibir Danira.

"Ada apa?" tanya Gafa datar setelah berada di depan gadis itu.

"Mau ikut ke resto." Masih dengan memamerkan senyum lebar membuat gigi rapi gadis itu terlihat.

Setelah gadis itu berkata, Gafa berjalan melewati Danira dan berdiri sedikit jauh. Danira mendelik melihat pria itu yang selalu menjauhinya. Merasa kesal pada Gafa, Danira berjalan menghentakan kaki ke arah siswa jutek itu. Danira dengan sengaja menyenderkan kepala di bahu Gafa dengan keras. Gafa yang tidak menyadari akan mendapat perlakuan demikian seketika terkejut dan tidak sengaja bergeser membuat Danira hampir terjatuh, beruntung ada seorang siswa yang berdiri di sampingnya dan sigap menangkap gadis itu. Gafa tertawa pelan melihat gadis itu yang ada-ada saja tingkahnya. Danira yang melihat Gafa begitu senang langsung melotot dan cemberut ke arah pria itu, yang ditatap segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Danira segera mencubit keras lengan Gafa kemudian berlalu menghempaskan diri di kursi.

Sebuah angkutan umum berhenti di depan halte, Gafa segera naik dan diikuti beberapa siswa. Saat Danira akan masuk angkutan umum telah penuh, gadis itu menatap Gafa memelas dengan tatapan bertanya. Gafa mengembuskan napas pelan lalu kembali turun dan menyuruh supir angkutan umum itu pergi.

Danira bisa saja memesan taksi, tetapi dia ingin merasakan serunya naik angkutan umum. Mereka kembali berteduh dari terik matahari dan menunggu di halte. Keduanya duduk berdampingan.

"Maaf, ya. Kamu belum terlambat kan?" Danira berucap dengan tulus.

Gafa hanya menatap gadis itu sekilas kemudian beralih ke jalanan.

Danira yang tidak mendapat jawaban menghadap siswa itu lalu mencubit-cubit kecil lutut Gafa sambil menyebut-nyebut siswa tersebut, "Gafa, Gafa, Gafa, Gafaaa."

"Apa, sih?" Gafa menyingkirkan pelan tangan Danira dengan ekspresi datar.

"Maafiin, ya. Jangan marah," sahut Danira memelas.

"Nggak. Siapa yang marah?" jawab pria itu jutek sambil berdiri, maju beberapa langkah karena ada angkutan umum, Gafa segera menghentikan mobil tersebut dan melihat apakah masih muat untuk dua orang. Karena angkutan umumnya sedikit penumpang, Gafa segera naik dan diikutin Danira.

_____

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIA GAFA (Kamu Luka yang Diam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang