Glamor & Rich - (18)

366 44 15
                                    

Jax berjalan sambil menatap kaki nya, sedangkan Jarrel hanya diam mengawasi Jax dari belakang, keadaan benar-benar hening.

"Kalau mau nangis, nangis aja kali. Lagian bukan hal yang memalukan kalau cowok nangis, namanya juga manusia, pasti ada saatnya jatuh ke dalam titik terendahnya," ucap Jarrel kepada sang adik.

Beberapa detik setelah perkataan Jarrel, perlahan mulai terdengar tangisan kecil tapi cukup lirih dan sangat menyayat hati.

Jarrel menatap sendu kepada adik kembarnya, kenapa semua rasa sakit ini harus di rasakan oleh kembarannya, Jax itu masih terlalu kecil dan naif untuk menghadapi kerasnya dunia.

"Gue sa-salah apa yang bang? Apa gue semenyedihkan itu ya, gue cuma mau rasain punya teman aja kok tapi kenapa endingnya malah sesakit ini. Apa gue sehaus kasih sayang itu, apa gue emang haus akan pengakuan orang-orang, tapi kenapa teman-
teman gue sendiri yang bilang gitu?" Tanya Jax dengan tangisan yang belum mereda, malahan tangis itu semakin menyayat hati.

"Gu-gue emang bodoh ya, Haha. Harusnya dari awal gue paham maksud kenapa orang-orang mau berteman sama gue, harusnya juga dari awal gue dengerin kata lo kalau mereka itu bukan orang baik, tapi apa gue selalu ngeyel kan setiap lo bilangin, apa karena kelalaian gue juga ya keluarga kita jadi bangkrut? Andaikan gue gak pernah berteman sama Kenzo pasti keluarga kita masih baik-baik aja kan sekarang?"

"Gue pembawa sial ya bang? Semua terjadi karena gu-"

"LO BILANG APA SIH BANGSAT," bentak Jarrel sambil menarik tangan Jax yang berdiri di depannya.

"Lo dengar ya baik-baik, gak ada satupun orang di dunianya ini yang di lahirkan untuk bawa sial. Jadi stop dengan pemikiran kalau lo itu bawa sial, gak ada orang yang bawa sial!" Tekan Jarrel sambil mencengkram erat tangan Jax, dirinya menjadi emosi setelah mendengar perkataan yang meluncur dari bibir adik kembarnya itu.

Tangisan Jax langsung pecah begitu mendengar kan perkataan Jarrel, dirinya sudah tidak perduli lagi jika ada orang lain yang melihat nya menangis, intinya semua ini terlalu menyakitkan untuk di simpan nya sendirian.

Jax menangis tersedu-sedu seperti anak kecil di depan kakak kembarnya, Jax menunjukkan sisi terlemah dirinya di hadapan sang kakak, Jax menangis sekeras yang dia biasa untuk menghilangkan sedikit rasa sesak yang selama ini di tahan nya.

Jarrel mengelus bahu sang adik untuk memberikan sedikit rasa tenang kepada Jax, hati nya ikut sakit melihat Jax yang menangis seperti ini di depannya, selama ini Jax sekalipun tak pernah menunjukan sisi lemahnya Jax selalu menutupi itu dengan sifat keras kepala nya.

"Kalau emang gak kuat nangis aja, gak semua harus di tahan. Air mata di ciptakan untuk menyalurkan rasa sakit yang gak bisa kita ungkapkan melalu kata-kata,"

Jax masih menangis dengan sesegukan sambil sesekali menyeka airmata yang masih mengalir dengan derasnya.

"Eh mas itu adek nya kenapa sampai nangis gitu, udah jangan di marahin kasihan loh sampai nangis sesegukan gitu," tiba-tiba ada seseorang ibu-ibu yang merupakan tetangga mereka berhenti di tempat Jax dan Jarrel berdiri.

_
_
_
_
_

Seminggu setelah kejadian.

Sudah dua hari Jarrel dan Jax tidak berangkat ke sekolah karena sudah hampir dua hari belakangan ini dua anak kembar tersebut mengalami diare dan selalu muntah-muntah, nafsu makan menurun drastis dan gatal-gatal pada kulit mereka.

"Mami mau muntah," keluh Jax sambil memegang mulut nya.

"Sebentar sayang mami ambil tempat untuk muntah dulu," dengan buru-buru Rina berlari ke arah dapur untuk mengambil wadah menampung muntahan Jax.

"Mami perut Jarrel sakit banget," kali ini gantian sang anak sulung yang ikut memegangi perutnya sambil meringis kesakitan.

Rina yang mendengar pun bertambah panik, lalu dengan cepat berlari kembali ke kamar nya yang sekarang di tempati oleh Jax dan Jarrel.

"Jax di sini aja sayang muntah nya, Jarrel sayang minum teh hangat nya dulu ya biar perut kamu mendingan," Rina masih berusaha terlihat tenang agar kedua anaknya tidak ikutan panik.

Rina benar-benar sangat khawatir dengan keadaan kedua anak nya.

"Mami sakit, tenggorokan Jax sakit. Rasanya susah nafas mami," rengek Jax.

"Nak mana lagi yang sakit sini mami kasih obat dulu, kalian sabar sebentar lagi papi pulang kita pergi berobat ya nak," ucap Rina dengan nada yang bergetar sambil mengoleskan minyak kayu putih di leher Jax agar tenggorokan Jax terasa lebih lega.

"Jarrel perutnya kasih minyak ini dulu, biar agak mendingan" Jarrel hanya mengangguk lesu, tenaga nya benar-benar terkuras habis, bagaimana tidak makan tidak nafsu tapi bolak-balik balik wc mulu.

Rina menatap gusar kedua anaknya, matanya sesekali melirik ke arah pintu untuk memastikan apakah suaminya sudah pulang atau belum.

"Mami sakit," lirih Jarrel sambil memegang perutnya.

"Sabar sayang, sebentar lagi papi pulang," Rina bertambah panik dengan keadaan Jax dan Jarrel yang semakin memburuk setiap waktunya.

Rina tidak punya pilihan lain dirinya harus meminjam uang kepada tetangga, yang penting kedua anak nya selamat terlebih dahulu.

"Sayang tunggu sebentar, mami cari bantuan dulu ya nak, mami janji cuma sebentar," setelah nya Rina berlari keluar rumah menuju tetangga di samping rumah untuk meminjam uang, yang mana kebetulan sang pemilik rumah sedang berada di luar.

Rina dengan ragu melangkah ke halaman rumah tetangga, dirinya sangat deg-degan dan panik yang pertama karena kondisi Jax dan Jarrel lalu yang kedua karena seumur hidup dirinya belum pernah berhutang atau bahkan meminjam pada orang lain.

"Permisi buk, maaf mengganggu waktu bersantai ibuk," ucap Rina dengan sungkan kepada tetangganya.

"Eh buk Rina, ada apa buk?" Sambut sang tetangga dengan ramah pula.

"Umm ja-jadi begini buk, sudah dua hari ini Jax dan Jarrel sakit buk, saya kesini mau pinjam uang dari ibuk," ucap Rina sedikit tergagap karena saking panik nya.

"Eh si kembar sakit, pantesan gak keliatan selama dua hari ini, tapi buk Rina maaf banget buk saya mah juga lagi gak ada uang buk, akhir-akhir ini jualan kerupuk saya kurang laku buk,"

"Ah iyaa buk, maaf ya buk kalau begitu saya cari pinjaman ke tetangga yang lain dulu ya buk, permisi buk" ucap Rina berlalu dengan cepat dari sana.

"Siapa buk?" Tiba-tiba ada seorang pemuda yang keluar dari arah rumah tetangga keluarga Agnibrata dengan tampang khas bangun tidurnya.

"Buk Rina, orangtua si kembar. Katanya mereka lagi sakit jadinya ibuk nya luntang lantung cari pinjaman, tadi dia minta pinjaman ke ibuk, ibuk bilang aja gak ada"

"Kenapa ibuk bilang gak ada? Kasian loh buk, mereka lagi butuh sama uang nya " ucap pemuda itu tak habis pikir.

"Mereka itu keluarga penipu, ibuk takut kalau mereka juga nipu ibuk,"

TBC

Terimakasih banyak guys yang udah baca, vote and komen.

Aku double up guys, untuk kalian kesayangan aku, selamat malam dan selamat membaca ya sayangku😻🥰🥰🥰.

Maaf ya kalau banyak typo aku ngetik buru-buru soalnya guys nanti tandain aja bagian typo dan kata-kata yang agak kurang srek gituu biar aku revisi lagi ya.






Glamor And Rich || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang