Glamor & Rich - (29)

316 42 17
                                    

Jarrel dan Jax berjalan beriringan dengan langkah pelan menyusuri trotoar. Kedua anak kembar itu menatap langit yang semakin menggelap, matahari yang sudah hampir tenggelam sepenuhnya menemani sore hari yang sendu ini.

"Kalau minsal nya suatu saat gue pergi dan kemungkinan gak bakal balik lagi apa yang bakal lo lakuin rel?" Tanya Jax dengan random nya.

Jarrel melirik sebentar ke arah Jax kemudian kembali menatap lurus jalanan di depannya, "gue bakal ikut nyusul lo,"

"Tapi kalau lo gak boleh ikut, dan cuma gue yang harus pergi gimana?" Lanjut Jax.

"Kalau gue gak boleh ikut, lo juga gak boleh pergi meskipun itu harus,"

"Lo nih, ya kan minsalnya kalau gue beneran harus pergi, harus banget! Gitu loh," ucap Jax jengkel sambil menekan kata harus pada kalimat nya.

"Pertanyaan lo aneh bangettt babi. Ya mau pergi kemana dulu tapi, lagian pertanyaan lo ada-ada aja bangsat, kek orang mau ninggalin wasiat aja," kesal Jarrel lalu menatap sinis Jax yang sedang cengengesan.

"Ya gue gabut aja. Lagian suatu saat nanti pasti kita bakal berpisah, ya mengejar cita-cita masing-masing minsalnya,"

"Emang cita-cita Lo apa?" Tanya Jarrel.

"Gue," Jax menggantung kan kalimat nya lalu menatap ke arah langit dengan senyum cerah nya, "gue mau jadi dokter rel," ucap Jax dengan tersenyum.

"Ye si bangsat. Ya gak mungkin lah, kita ini jurusan IPS kalau lo lupa, mana bisa jurusan kita jadi dokter,"

"Ahahahaha bercanda babi. Ya gak mungkin lah, gue gak tau deh cita-cita gue apa," keluh Jax.

"Kalau lo, ape cita-cita lo," tanya Jax

Jarrel tersenyum tipis lalu dengan pasti menjawab, "dulu jauhh sebelum papi bangkrut, gue mau jadi pilot. Tapi setelah liat kondisi kita sekarang keknyaaa gak akan mungkin lagi untuk gue, syukur-syukur kita bisa makan Jax," ucap Jarrel sambil terkekeh.

"Sekarang kan ada beasiswa rel, kalau lo emang mau jadi pilot lo bisa kok," ucap Jax.

"Tetap aja Jax meskipun beasiswa biaya-biaya di luar itu pasti gak kalah besar juga, sementara ekonomi kita aja gak memungkinkan untuk kita kuliah," balas Jarrel sambil menendang pelan daun kering yang jatuh di sepanjang jalan.

"Lagian gue udah gak mau jadi pilot lagi kok, udah ah lupain ajaa kalau nanti ada rezeki lebih kita bicarain lagi. Sekarang kita fokus aja, sebentar lagi kita mau tamat kan, ada ujian segunung tuh nunggu kita," ucap Jarrel, Jax hanya mengangguk sebagai respon.

Langkah kaki Jax dan Jarrel sama-sama terhenti di depan restoran ayam favorit mereka.

"Ah gue kangen banget makan ayam cok," ucap Jax sambil menatap lesuh ke dalam restoran.

"Gue juga, gue bahkan udah lupa kapan terakhir kita makan ayam," jawab Jarrel.

"Terakhir makan ayam ya sebelum papi bangkrut keknya," balas Jax.

Jarrel merogoh saku celananya, lalu menemukan duit 12 ribu disana.

"Uang segini bisa beli ayam apa ya? Ayok Jax kita cari ayam goreng yang murah," ajak Jarrel sambil menarik tangan Jax untuk ikut bersama nya.

"Satau gue ada gak sih itu ayam yang satu potong nya 5-8 ribuan? biasanya jualan keliling gitu atau gak di tepi-tepi jalan juga ada," ucap Jax mencoba mengingat apa nama merek ayam tersebut.

"Gue juga pernah liat gak salah, yaudah kita cari aja sekitar sini siapa tau ketemu,"ajak Jarrel.

Selama perjalanan Jax dan Jarrel sesekali mengobrol dan bercanda untuk mengusir rasa lelah dan dingin nya hari yang mulai malam.

Glamor And Rich || Lee Jeno • Eric Sohn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang