Chapter 12 : it hurts

1.7K 232 13
                                    

Rose sampai disebuah restoran yang menjadi alamat tempat mereka membuat janji, tidak banyak orang disini, Loren pintar memilih tempat ternyata.

Loren yang tadinya sedang memainkan ponselnya langsung berdiri begitu melihat Rose tiba. Dirinya mempersilahkan rose duduk dengan menarik kursi dimeja.

Hening, sampai akhirnya loren menggengam kedua tangan milik Rose, rose masih diam menunggu Loren untuk memulai pembicaraan.

"Aku tahu, aku adalah seorang bajingan brengsek."

"Malam itu, apa yang terjadi? Kau tidak melakukannya dengan pria itu, bukan?"

Secepat Loren berbicara secepat itu pula Rose langsung menarik kembali tangan yang ada digengamannya. Rose terkekeh sinis. "Menurutmu, apa yang terjadi?" Tanyanya dengan parau.

Loren menunduk, kemudian meminta maaf.

"Kau tau? Selain menghancurkan hatiku kau juga berniat menghancurkan masa depan ku! Apa kau sadar itu, oppa?"

"Aku melakukan itu karena aku sangat mencintaimu! Kau harusnya mengerti." Loren berusaha kembali mengapai lengan rose akan tetapi Rose lagi dan lagi menepis itu.

"Bukan cinta seperti ini yang aku mau. Juga, jika kau memang mencintaiku lepaskan aku. Mari akhiri hubungan ini dan berbahagialah bersama keluargamu."

Loren menatap rose tidak percaya. "Kau tau, bahkan aku tidak yakin anak yang dia kandung adalah anakku! Tunggu beberapa bulan lagi dan aku akan melakukan test DNA."

Rose dengan refleks menampar pipi loren. "Kau tahu? Ucapanmu itu sangat - sangat mencerminkan seseorang yang tidak bertanggung jawab. Kau bukan loren oppa yang aku kenal, Loren Oppa yang aku kenal tidak seperti ini. Dia menyukai anak kecil dan sangat menghargai perempuan."

Loren merasa tertampar dengan kenyataan itu, dirinya langsung berjongkok. Rose yang melihat itu kemudian mendekati lalu mengusap punggung milik Loren. "Oppa, kau tau jika kita tetap bersama kita hanya akan saling menyakiti satu - sama lain."

"Kau benar, maafkan aku rose. Maaf karena menghianatimu, maaf karena membuatmu berada di posisi seperti ini."

Rose mengangguk. "Bisakah kau memelukku? Untuk terakhir kalinya, sebelum aku benar - benar tidak bisa memelukmu lagi?"

Tanpa bicara, Rose langsung saja menghambur memeluk tubub loren, dirinya mengusap air mata miliknya yang sempat menetes.

Melepaskan pelukannya Rose tersenyum menatap loren. "Jika anakmu sudah lahir, tolong kabari aku. Aku akan memberinya hadiah terbaik yang pernah ada."

Setelahnya Rose langsung saja meningalkan Loren sendirian, Loren sendiri hanya termenung menatap lantai marmer dibawahnya.

"Aku tidak tahu bagaiamana rasanya putus cinta, tapi melihatmu yang menahan tangisan seperti itu sepertinya memang menyakitkan." Rose mendongkak menemukan Jeonghan dan Wonwoo dihadapannya.

Dia memang tidak datang sendirian, Jeonghan memaksa untuk ikut dan berjanji akan melihat dari kejauhan saja. Walaupun tidak mengerti masalah antara loren dan Rose. Akan tetapi mengingat mereka sampai mengakhiri hubungannya seperti itu, sudah pasti masalah mereka adalah kesalahan yang cukup berat.

"Oppa, bisakah kau tidak meledekku lebih dulu?"

Jeonghan memutar kedua bola matanya dengan malas. "Aku tidak akan meledekmu, sebaliknya sepertinya kau butuh pelukan. Kemari, hari ini kau bisa memeluku sepuasnya!" Jeonghan merentangkan tangannya, seketika itu juga Rose langsung berhambur memeluk Jeonghan, tangis yang sejak tadi ditahan langsung pecah seketika.

Jeonghan melepaskan pelukan Rose, dirinya kemudian mengkode Wonwoo untuk membawa Rose, wonwoo hanya menurut, setelahnya Jeonghan berjalan masuk, menemui Loren.

THE MANAGER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang