Wonwoo terbangun karena suara yang agak nyaring datang dari arah dapur dorm mereka. Dengan muka bantalnya dia mencoba datang melihat siapa gerangan yang membuat keributan pagi buta begini.
Dirinya menyerit menemukan punggung seorang gadis berambut blonde yang sedang memasak didapurnya. "Rose?"
Yang dipanggil menoleh, "Ah Wonwoo oppa?! Apa aku membangunkanmu?" Tanyanya dengan tidak enak, Wonwoo menggelengkan kepalanya dia bwrjalan menuju kulkas dan menuangkan air dingin kedalam gelas, belum sempat dia minum Rose sudah terlebih dulu menukar gelas itu dengan segelas air hangat.
"Kau itu penyanyi, harus menjaga tenggorokanmu tidak baik meminum air dingin pagi hari, minum saja air hangat ini."
Wonwoo tidak protes, dirinya mengambil gelas yang diberikan oleh Rose dan duduk dimeja makan, memperhatikan gerak - gerik Rose yang sedang memasak.
"Rose."
Rose hanya berdehem menjawab panggilan dari Wonwoo. Wonwoo sendiri yang tadinya akan bertanya keadaaan gadis itu mendadak diam, dirinya memilih tidak jadi menanyakannya.
"Oppa, bisa tolong bantu aku bangunkan yang lain? Kalian ada jam 11 pagi. Masakanku juga sebentar lagi akan segera matang."
Tanpa menjawab Wonwoo langsung saja beranjak membangunkan membernya yang lain. Tidak butuh waktu lama untuk Wonwoo membangunkan para membernya itu karena satu persatu mulai berkumpul walaupun dengan keadaan nyawa mereka yang belum terkumpul.
"Rose noona aku rinduu!!!" Rose hampir saja terjenkang karena pelukan tiba - tiba dari Seungkwan. Rose tersenyum geli, dirinya membalas pelukan Seungkwan dengan satu tangan karena tangan lainnya sedang membawa botol.
Pelukan mereka harus terlepas karena Mingyu yang menarik Seungkwan untuk mundur. "Tidak usah modus! Dasar bocah."
Seungkwan sendiri hanya mencebik mengumpati Mingyu. Rose menggelengkan kepalanya, dia rindu suasana ini.
"Sudah cepat sarapan dan bersiap. Kita harus ke salon untuk makeup!" Rose berujar dengan riang. Akan tetapi, para member seventeen tahu kegembiraan Rose yang ini seolah dibuat - buat. Tidak seperti rosè yang biasanya.
"Kenapa tidak bangunkan aku lebih dulu? Aku bisa membantumu memasak." Mingyu berujar begitu melihat banyak makanan yang terhidang dimeja makan, dalam hati bertanya dari jam berapa rose memasak ini semua.
"Sudah tidak apa - apa, sekarang makan yang banyak. Manager Kang sudah menghubungiku untuk mengurus kalian."
Hening, meja makan diliputi keheningan karena para member hanya fokus pada makanannya masing - masing.
"Kau akan menyetir untuk siapa hari ini?" Rose menolehkan kepalanya kepada Jeonghan yang bertanya. "Hip hop, aku menyetir untuk mereka."
"Kau diam saja nanti aku yang menyetir, mulai sekarang tidak usah menyetir untuk kami lagi. Aku akan bilang pada agensi dan manager Kang." Rose melotot terkejut mendengar pernyataan sepihak dari Scoups, baru saja akan menyela Scoups sudah menatapnya dengan tatapan laser. Rose hanya menghela nafas dan menurunkan bahunya lesu. "Baiklah."
40 puluh menit kemudian mereka semua sudah ada disalon, Seventeen akan menghadiri variety show jadi mereka harus bersiap - siap sejak pagi hari.
"Rose bagaimana menurutmu jika aku mewarnai rambutku?" Rose berjalan menuju Dokyeom yang menanyakan pendapatnya, Rose menimbang, dirinya meletakan jarinya di dagu tanda sedang berpikir.
"Bagaimana dengan pirang? Sepertinya akan cocok."
Dokyeom menganguk setuju tapi kemudian dirinya cemberut. "Akan membutuhkan waktu lama untuk blecing!"
"Ah, benar juga. Bagaimana dengan warna coklat? Untuk sementara?"
Dokyeom terlihat berfikir. "Nanti jika ada waktu luang aku akan menemanimu mewarnai rambut, akar rambutku juga sudah mulai menghitam. Nanti kita pergi bersama, bagaimana?" Lanjut Rose, ide dari Rose itu sontak saja langsung disambut senyuman dua jari dari Dokyeom. "Oke, setuju!"
"Rambutmu tidak rusak? Kenapa tidak mau mengitamkan rambutmu sih?" Jeonghan yang duduk disebelah Dokyeom bertanya setelah sedari tadi hanya menyimak keduanya.
"Aku tidak percaya diri dengan rambut hitam. Aku juga sudah sangat mencintai rambut blondeku." Rose menjawab dengan pelan.
Jeonghan hanya mengeleng - gelengkan kepalanya tidak habis fikir. "Padahal mau bagaimanapun kau tetap cantik." Jeonghan bergumam.
"Apa katamu oppa? Aku tidak mendengar dengan jelas." Rose yang memang tidak terlalu mendengar apa yang dikatakan oleh Jeonghan sontak saja bertanya kembali akan tetapi Jeonghan tidak mengubrisnya. Rose berdecak sebal, masih agak tidak terbiasa dengan sikap Jeonghan yang selalu membuatnya kesal.
"Aku akan menunggu diluar!" Setelahnya Rose berlalu meningalkan para member Seventeen yang sedang dimakeup.
Baru saja Rose akan pergi ke cafe sebrang, dirinya dibuat salah fokus oleh seseorang yang sedang bermain dengan seekor anjing disamping salon yang mereka datangi. Dengan perlahan dirinya menghampiri pemuda yang ternyata adalah Minghao itu.
"Kenapa kau disini? Cepat masuk dan bersiap."
Minghao mendongkak karena dirinya yang sedang berjongkok, sedangkan Rose menjulang berdiri dihadapannya. Minghao berdiri lalu menatap Rose dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Kita bergantian, tidak mungkin MUA itu bisa mendadani kami sekaligus."
Rose langsung melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, dia menghela nafas kemudian membawa Minghao untuk masuk kedalam dan duduk disebuah sofa yang memang tersedia, Minghao tidak protes dia hanya mengikuti apa yang Rose lakukan padanya.
"Tunggu disini, aku saja yang meriasmu." Setelahnya dapat Minghao lihat Rose berlalu dan kembali membawa peralatan makeupnya.
Minghao hanya menatap wajah Rose yang terlampau dekat dengannya, Rose terlihat fokus melakukan pekerjaannya. Tapi dirinya dibuat salah fokus oleh mata Rose yang terlihat agak bengkak.
"Kau menangis berapa lama?"
Gerakan tangan rose yang sedang mengoleskan bedak pada wajah Minghao sontak terhenti, dirinya menatap Minghao dengan tatapan bingungnya, tapi tak lama Rose tertawa canggung dirinya kemudian kembali fokus merias wajah Minghao. Walau jantungnya kini berdetak dengan sangat cepat karena tatapan Minghao padanya.
"Aku tidak menangis, ini karena aku terlalu banyak tidur. Kau tahu sendiri aku cuti dua hari kemarin jadi yang aku lakukan hanya tidur." Rose melarikan matanya kemanapun asal tidak menatap mata Minghao.
"Kau bohong."
"Hao, tutup matamu ya? Aku akan mulai merias matamu, dan jangan mengajak aku berbicara jika tidak ingin aku mengacaukan wajahmu." Rose buru - buru mengalihkan pembicaraan, Minghao tidak membahasnya lagi dia langsung menutup mulutnya tidak bertanya lebih lanjut.
Setelahnya kembali hening, keheningan mereka teristrupsi karena tiba - tiba saja handphone miliknya berbunyi, tertera nama loren disana Minghao sempat meliriknya sekilas, Rose sendiri buru - buru menyembunyikan ponselnya dan membiarkan nada deringnya terus berbunyi, sepertinya Rose memang tidak berniat mengangkat telepon itu.
"Kenapa tidak diangkat?"
"Aku sedang bekerja, tidak profesional jika aku mengangkat telepon. Nah sudah, kau lihat cermin kau sudah tampan sekarang." Minghao lagi - lagi menatap Rose, Rose yang ditatap hanya menampilkan senyumnya.
Baru saja Minghao akan berbicara teriakan Hoshi yang memanggil Rosèmengurungkan niatnya. Rose sendiri langsung menghampiri Hoshi dan meningalkan Minghao yang masih menatap Rose dengan penuh arti.
"Hari ini kau banyak berbohong."
Minghao mengatakan hal itu agak keras saat Rose bangkit, dia tahu Rose mendengar perkataanya karena Rose sempat berhenti sesaat sebelum melanjutkan perjalanannya menghampiri Hoshi.
TBC
Ada yang bisa nebak konfliknya bakal gimana?:v
Karena banyak yang minta The manager, here we gooo!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MANAGER ✓
FanficApa jadinya jika Rose Blackpink tiba tiba saja menjadi manager Seventeen? Roseanne Park Ft Seventeen