Prolog

30K 1.5K 16
                                    




"Woah, It changes a lot." Gumam seorang pemuda yang baru saja keluar dari pesawat. Pemuda itu kemudian berjalan meninggalkan ruangan berpendingin tempat dia mengambil kopernya. "Hei, Indonesia, I'll be here for three years. Bear with me." Gumamnya lagi.

Pemuda itu kemudian memesan sebuah taksi yang akan membawanya ke hotel tempat ia akan tinggal untuk sementara waktu. Sepanjang perjalanan, pemuda itu memperhatikan pemandangan di luar jendela taksi sambil mendengarkan musik dari headphonenya. Gedung-gedung tinggi yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Jelas saja, terakhir kali dia menginjakkan kaki di Indonesia, di Jakarta lebih tepatnya, adalah saat dia berumur lima tahun, yang artinya adalah dua belas tahun yang lalu.

Taksi itu berhenti di sebuah hotel berbintang lima. Pemuda itu mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu rupiah dan memberikannya pada supir taksi itu. "Ambil kembaliannya." Guman pemuda itu, segera turun dari taksi dengan koper kecil miliknya.

"Kamar atas nama Alvian Javaro Wilbert." Kata pemuda itu pada resepsionis hotel. Resepsionis itu hanya terdiam. "Permisi." Suara pemuda itu terdengar berat. Resepsionis itu tetap diam. "Permisi! Kamar atas nama Alvian Javaro Wilbert, sekarang juga." Pemuda itu menaikkan volume suaranya, mulai kesal pada resepsionis hotel itu. Resepsionis itu segera tersadar dan mengecek komputernya.

"Ah, maaf pak. Eh, kamar nomor 6001." Resepsionis itu membaca nomor kamar pemuda itu, "Kamar King Suite?" resepsionis itu kembali terdiam. Kamar King Suite adalah salah satu kamar termewah di hotel itu.

"Mana kunci kamar saya?" tanya pemuda itu, tajam.

"Ah, maaf pak." Resepsionis itu terlihat pucat, dengan panik segera mengambil kartu pass kamar terbaik yang dimiliki hotel itu. "Si... silahkan pak. Ini kunci kamar anda. Koper anda akan segera kami bawakan."

"Tidak perlu." Balas pemuda itu, membawa kopernya sendiri. "And I'm not that old. Stop panggil saya dengan sebutan bapak." Kata pemuda itu dengan nada tajam dan menatap tajam pada resepsionis malang itu.

Genius VS Genius | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang