Here ya go~
Hope you enjoy~~
Don't forget to vote, comment and share this story :)
________________________________________________________________________________
"Ma, perayaannya gak perlu seramai itu. Aku ngundang sekelas aja udah cukup, atau nggak seangkatan aja." Clary mengomentari keputusan Mamanya yang meminta jumlah seluruh murid serta guru-guru yang ada di sekolah Clary. "Aku juga yakin Papa ngundang banyak rekan kerjanya."
"Ayolah, Clary, sekalian farewell party untukmu, kamu kan sudah mau lulus, lebih cepat dari teman-temanmu yang lainnya." Kata Diana. "Kita kan sudah ngebahas soal ini."
"Tapi Ma..." Clary berusaha menolak lagi.
"Mama sudah memesan tempat untuk seribu lima ratus orang. Mama sudah dapat data jumlah siswa-siswi disekolahmu, seluruh guru, dan pegawai, total ada 1010 orang. Sisanya beberapa rekan bisnis Papa akan diundang."
"Ma, aku Cuma ulang tahun, bukan nikah!" protes Clary, kesal.
"Tentu saja, Clary. Kalau kamu menikah, pasti undangan akan lebih banyak lagi." Komentar Diana, menolak menuruti anaknya. Dan itulah yang mengingatkan Clary bahwa sifat keras kepalanya yang kadang muncul di dapatkan dari Mamanya. Clary menggelengkan kepalanya, menyerah.
Dan terhenti.
Mamanya mengundang semua guru. Semua. Guru.
Alvian.
Ugh.
Tapi tentu saja orang tuanya akan mengundang Alvian. Dia bukan hanya guru Clary, tapi juga rekan bisnis orang tuanya.
Double Ugh.
"Fine, terserahlah. Tapi aku mau membagikannya sendiri kalau tidak aku tidak mau diadakan acara apapun." Syarat yang bodoh. Bagaimana cara Clary membagikan total 1010 undangan ke 1010 orang yang belum tentu dikenalinya?
"Tentu saja, Clary. Kalau itu maumu." Kata Diana, tersenyum puas karena anaknya mengalah.
"Yeah yeah," gumam Clary, "Apa sudah selesai? Aku mau kembali ke kamar kalau..."
"Belum Clary. Masih jauh dari kata selesai. Ini kan baru jumlah undangan saja." Clary yakin Mamanya sudah menentukan semuanya untuknya. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Berdebat dengan Mamanya hanya akan menghasilkan kekalahan.
"Apalagi Ma?" Clary mendesah kesal. Diana membangunkannya terlalu pagi melakukan semua hal ini, terutama karena dia baru saja menghabiskan tengah malamnya dengan menghabiskan sebuah novel fiksi sains yang cukup tebal dan baru tidur ketika jam menunjukkan pukul empat subuh.
"Kamu kan kemarin sudah selesai UN, sudah libur sekolah, jadi Mama sudah susun jadwal. Nanti siang cake-tasting dan lihat lokasi acara, besok kita mau pergi fitting dress, dan lusa kita akan photo shoot." Mengetahui Mamanya, Clary yakin Mamanya sudah memfinalisasi semuanya dan hanya mau memperlihatkan hasil kerjanya pada Clary.
"Are those necessary?" gumam Clary, Mamanya menatap Clary dengan tatapan yang berkata tentu saja semua itu perlu. "Fine, Ma. Atur saja. Aku ikut aja Ma." Tambah Clary sambil memutar bola matanya.
"Good."
***
Clary: Gimana sekolah hari ini?
Cindy: Biasa aja. Belajar, belajar, belajar, istirahat, belajar, belajar.
Clary: Ada sesuatu yang menarik?
Cindy: Nope. Gue ditinggal sama temen bangku gue, udah sejak 3 atau 4 minggu lalu. Temen lain juga gak seseru temen bangku gue. Jadi gimana ya? Pikir aja sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius VS Genius | ✔
Fiksi Remaja[LONGLIST WATTYS 2018] 😆😆😆 Apa jadinya jika gurumu seumuran denganmu? Apa jadinya jika gurumu sangat keren? Apa jadinya jika gurumu adalah seorang jenius? Apa jadinya jika kau sepintar gurumu? Here, you'll find out what will happen. Meet Clary, a...