Turns out it's triple update :)
!WARNING! Bahasa Inggris bertebaran !WARNING!
Remember to vote, comment, and share the story!
Enjoy this last chapter of Clary and Alvian :)
Hope you like it!
____________________________________________________________________
Epilogue : Beginning
'The End of something is just a Beginning of something else." -DreamerWhoDreams
Four years later
Sekali lagi Clary memperhatikan sebuah bagian di kursi penonton dari belakang panggung. Alvian belum ada. Kedua orang tua Clary sudah ada di sana, Kak Ben, bahkan kedua orang tua Alvian sudah ada di sana. Tapi diantara mereka masih ada satu kursi kosong. Kursi untuk Alvian. Belum ada tanda keberadaan Alvian padahal 30 menit lagi konser kelulusan Clary akan dimulai. Bahkan semua pesan singkat yang dikiriminya tidak dibaca satupun.
"Clary, come on,we have to get ready." Panggil Gracie, salah satu teman Clary di first violin.
"Okay," balas Clary, meninggalkan tempatnya berdiri sejak lima belas menit lalu dengan berat hati.
"Your boyfriend isn't here yet?" tanya Gracie.
"Yeah," gumam Clary.
"You're not alone, Clare, my boyfriend can't make it because of works." Kata Gracie, berusaha menghibur. Yang berbeda adalah Alvian berjanji akan datang. Setidaknya itulah yang di katakannya sepuluh jam yang lalu sebelum dia naik pesawat dari Amsterdam.
Clary hanya mengangguk sebagai respon. Setelah itu Clary menyibukkan diri dengan memastikan biolanya dalam kondisi baik dan siap untuk konser.
Clary memberikan penampilan terbaiknya malam itu. Selain menjadi anggota first violin, lagu yang ditulis Clary juga terpilih – diantara belasan lagu lainnya – sebagai salah satu lagu yang dimainkan malam itu, yang merupakan karya lulusan tahun itu. Konser itu berlangsung lancar, dengan segala usaha selama berminggu-minggu terbayarkan.
Bermandikan keringat, Clary ikut rombongan kelompoknya turun setelah penutupan. Senyuman puas terpancar di wajah semua orang di belakang panggsung. Dalam waktu singkat, ruangan-ruangan di belakang panggung mulai di tinggalkan orang-orang yang tidak sabar bertemu orang-orang tersayang mereka masing-masing.
Clary memastikan biolanya sudah tersimpan dengan baik dan semua barang-barangnya sudah masuk ke dalam tas. Setelah mengenakan jaket di balik strapless dress -nya, Clary beranjak menuju pintu keluar, tempat kebanyakan orang berkumpul. Dan disitulah Alvian berdiri, dengan sebuket bunga tulip merah.
Clary tidak sadar dia mulai berlari sampai beberapa detik kemudian saat dia sudah berdiri dihadapan Alvian dengan senyum terlebar. Alvian menyelipkan tangannya yang kosong di pinggang Clary, membantunya menjaga keseimbangan.
"Congratulation Clare," kata Alvian dengan nada bangga. "I'm super proud of you." Alvian mengecup kening Clary, menyerahkan buket bunganya pada Clary, kemudian mengambil alih tas yang di pegang Clary.
"Thank you, Vi." Kata Clary, sebelum memeluk Alvian. Wajahnya bertemu dengan dada Alvian. Alvian termasuk orang dengan pertumbuhan yang lambat karena dalam tiga tahun terakhir, di usia antara 19-21 tahun, tinggi Alvian bertambah hingga mencapai 187 cm. Sedangkan tinggi Clary yang tetap sama sejak usianya masih 16 tahun yang hanyalah 158 cm membuat Clary yang bertemu Alvian 6 bulan sekali memprotes pertumbuhannya. Clary menghirup aroma familiar Alvian dalam-dalam sebelum melangkah mundur. "You're late." Tuduh Clary.
"No, I'm not." Bantah Alvian, "I made it in time. Aku menonton konsernya secara penuh, tidak ketinggalan satu detik pun."
"Ku kira kamu tidak akan datang." Gumam Clary.
"Aku sudah janji dengan seseorang. Tidak mungkin kuingkari." Kata Alvian, tersenyum.
Alvian mulai menariknya meninggalkan tempat mereka berdiri ketika Clary berkata, "Vian, aku mau ngasih tahu sesuatu."
"Apa?" tanya Alvian, menoleh pada Clary, tapi tetap menuntun Clary berjalan melewati kerumunan orang.
"Aku diterima di orkestra itu." Alvian menoleh pada Clary, dia tahu orkestra apa yang dimaksud Clary. Orkestra yang sejak dua bulan lalu selalu disebut-sebut Clary di semua perbincangan mereka.
"Congrats, Clare. I can't say that enough. You're amazing." Alvian tersenyum, "Ada kejutan yang lain lagi?"
"Well, aku mulai latihan minggu depan, aku akan ikut tour konser mereka di Asia dalam dua bulan." Jelas Clary.
Alvian mengerutkan dahinya, "Dua bulan? Cepat sekali."
"Yeah..." gumam Clary.
"Wait. Tour keliling Asia?" tanya Alvian memastikan. Clary mengangguk. "Berapa lama?" tanya Alvian.
"Sekitar dua atau tiga bulan? Entahlah, aku belum tahu jadwal pasti konsernya." Jawab Clary. Dia memperhatikan ekspresi Alvian. Alvian terlihat bangga pada Clary, tapi setelah memproses informasi yang diberikan Clary, ada sedikit kekecewaan di wajahnya. "Sorry." Gumam Clary merasa bersalah.
Disaat Alvian akhirnya akan menetap di New York, setelah tiga tahun di Indonesia dan dua tahun di Eropa, malah Clary yang akan pergi dari satu tempat ke tempat lainnya.
"It's okay, Clare. You shouldn't apologize for doing such an amazing thing." Kata Alvian dengan nada menenangkan. "We will make it work."
Clary tersenyum, "Yes, we always do."
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius VS Genius | ✔
Teen Fiction[LONGLIST WATTYS 2018] 😆😆😆 Apa jadinya jika gurumu seumuran denganmu? Apa jadinya jika gurumu sangat keren? Apa jadinya jika gurumu adalah seorang jenius? Apa jadinya jika kau sepintar gurumu? Here, you'll find out what will happen. Meet Clary, a...