Part 9 : His Apartment

11.4K 751 23
                                    

Akhirnya di apdet lagi :') maaf sudah membuat reader reader menunggu m(_ _)m

!!!WARNING!!!
Seperti biasa, bahasa inggris bertebaran!

Happy reading!

Don't forget to vote and comment :3 also share~

_____________________________________________________________________________


Part 9 : His Apartment

Setelah memutuskan untuk ikut dalam lomba sains dan mengambil bidang fisika, Clary harus mengikuti persiapan tambahan yang diberikan untuk murid-murid yang mengikuti lomba tersebut. Persiapan itu dilakukan setiap hari senin sampai jumat, dimulai setengah jam setelah pulang sekolah dan berlangsung selama satu setengah jam dan hari sabtu dari jam delapan sampai jam dua belas.

Yang mengikuti lomba tersebut bervariasi dari murid kelas 10, 11 maupun 12. Untuk bidang fisika sendiri, ada 12 murid yang mendaftarkan diri, 6 orang murid kelas 12, 4 orang murid kelas 11 dan 2 orang murid kelas 10. Kelas persiapan untuk fisika itu sendiri dibagi menjadi dua agar penyampaian materi dapat diseimbangkan dengan kelas. Murid-murid kelas 12 akan dibimbing oleh bu Ariana, guru fisika yang memang sudah berpengalaman membimbing murid-murid sampai menang di olimpiade fisika tingkat nasional. Sedang untuk murid-murid kelas 10 dan 11, akan dibimbing oleh Alvian.

Kelas persiapan itu dimulai segera setelah pendaftaran lomba ditutup.

Ruangan yang Alvian gunakan adalah ruang kelas 11 IPA-A sehingga Clary tidak perlu repot mencari ruangan kelas yang digunakan, dia hanya perlu berpindah bangku ke barisan terdepan.

"Gue duluan ya Clare, have fun!" kata Cindy setelah dia selesai merapikan bukunya. Alvian duduk di kursinya di depan kelas, baru saja selesai mengajar bahasa inggris.

"Like I can have fun studying."

"Oh, lo suka belajar." Balas Cindy, "Selama liburan sekolahpun, kalau lo gak pergi kemana-mana, lo selalu habisin waktu dengan belajar. Itulah kenapa lo udah beres belajar materi SMA waktu umur 12 tahun. Diam-diam lo melajarin buku kak Ben kan?" Cindy tertawa, mengingat cerita kak Ben dulu. Ben sempat syok ketika menyadari buku-buku bekasnya dulu diambil Clary.

Clary memutar bola matanya. "Yeah, yeah, whatever. Tiati di jalan Cin."

Cindy melambaikan tangannya saat sampai dipintu dan pergi meninggalkan Clary, hanya berdua dengan Alvian di ruang kelas itu.

"Pindah kedepan, Clary." Alvian berkata ketika handphonenya berbunyi. Setelah menghela napas panjang ketika melihat siapa yang menelponnya, Alvian berkata, "Yes, Dad. What's wrong?"

'You sound like I only call you when there's problem.' Kata James sebagai pembuka.

"Oh, you do, Dad, admit it." Alvian berjalan mondar-mandir di depan kelas. "So, what do you need me to do?"

'Well, there's a problem at the hotel. Need you to fix things up.' James menjelaskan lebih detail mengenai masalah yang harus di selesaikan Alvian.

"Seriously, Dad? Can't they fix them by themself? Since I came back here, you always throw business problem at me. Even the simple one." Alvian memprotes. "I'll be busy with school till next month with this competition coming up and Mr. Siahaya asked for my help."

'Well, now that you mention it, it's not so much of a big problem. If that's the case, I'll tell them later.' Gumam James sambil berpikir. 'Tell my gratitude to my friend, that Bambang Siahaya.'

"Yeah, Dad. I will. Bye." Alvian hampir saja melupakan keberadaan Clary yang sudah berpindah ke bangku paling depan. Hampir. "Sorry about that." Kata Alvian pada Clary. Clary hanya mengangkat bahunya, tampak tidak peduli. Clary tidak mengerti kenapa semua orang tua sering memberikan banyak pekerjaan pada anak-anak mereka. Yah, tentu saja anak merekalah yang akan meneruskan perusahaan mereka tapi Ben bahkan masih SMA ketika Arwin mulai menyibukkan putranya itu dengan urusan perusahaan.

Genius VS Genius | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang