Double update for the night!
!WARNING! Bahasa Inggris bertebaran !WARNING!
Remember me~ //Heh salah// Remember to vote, comment and share this story :)
Enjoy!
___________________________________________________________________________
Part 28 : Say Yes
A year later
Alvian berdiri di depan Juilliard.
Menurut pesan terakhir yang dikirim Clary, dia akan pulang sebentar lagi setelah ujian terakhirnya semester itu. Clary belum tahu keberadaan Alvian di New York karena Alvian berencana memberi Clary Surprise.
Setelah menunggu hampir setengah jam, Clary terlihat keluar dari gedung Juilliard bersama seorang laki-laki berambut pirang. Clary sedang asyik berbincang dengan laki-laki itu tapi sebelum Alvian sempat mempertimbangkan menghampiri Clary, Clary menyadari keberadaannya. Langkah Clary terhenti, dia mengedipkan matanya berkali-kali sebelum yakin bahwa orang yang dilihatnya adalah Alvian. Alvian tersenyum melihat ekspresi Clary.
"Matt, my friend's here. Thanks for the info. Can I ask you if I have more question?" Clary bertanya.
"Of course, Clary." Jawab Matt, "I gotta go this way, bye."
"See you." Balas Clary. Kemudian Clary menghampiri Alvian yang berdiri menunggunya. "Vian."
"Clare," balas Alvian.
"You didn't say anything about coming." Kata Clary dengan nada protes.
"Surprise?" kata Alvian. Clary tersenyum. "Tadi siapa?"
"Matt? Dia seniorku. Tahun ajaran baru aku berencana ngambil double majors. Violin and composition. Jadi aku menanyakan ke Matt karena dia juga mengambil kedua majors itu." Jelas Clary.
"Oh, okay." Gumam Alvian, "Udah makan? Makan yuk."
"Makan apa?"
"In-N-Out." Jawab Alvian, mengambil alih ransel yang dibawa Clary tapi membiarkannya membawa biolanya sendiri.
"I ate that yesterday." Protes Clary. "You know that."
"Yeah, dan itulah kenapa aku mau makan disana." Balas Alvian. "Please?"
"Fine." Pada akhirnya Clary mengalah. Clary tidak bisa menolak jika Alvian sudah memohon sesuatu padanya. Untungnya hal itu berlaku timbal-balik, karena setiap kali Clary memohon sesuatu pada Alvian, dia selalu setuju mengikuti kemauan Clary.
Selama beberapa hari, mereka menghabiskan waktu luang Clary bersama, mendatangi beberapa tempat favorit keduanya. Disaat Clary ada urusan di sekolah, Alvian biasanya menunggunya atau pergi ke rumah orang tuanya.
Clary bertemu orang tua Alvian saat dia mulai tinggal New York tahun lalu, Alvian yang saat itu berangkat bersama Clary mengenalkan orang tuanya pada Clary. Kesan pertama Clary bertemu Om James adalah tinggi. Om James merupakan blasteran Amerika-Indonesia walaupun selain tinggi badan dan hidung mancungnya, dia membawa karakteristik orang Indonesia. Disaat Om James terlihat pendiam dan dingin, Tante Anna terkesan hangat dan penyayang. Tante Anna sangat cantik di usianya yang hampir menginjak setengah abad. Tante Anna termasuk tinggi untuk seorang wanita Indonesia, hanya beberapa senti di bawah Alvian yang saat itu memiliki tinggi hanya 170 cm.
Melihat kedua orang tua Alvian, Clary tahu pasti Alvian merupakan campuran kedua orang tuanya. Kerja keras Alvian dan perfeksionalitasnya di dapatkan dari papanya, sedangkan perhatian, rasa ingin menolong, dan semangatnya di dapatkan dari mamanya. Semua itu dirasakan Clary dari Alvian, terutama sebulan terakhir selama mereka di Jakarta, dimana Alvian tidak lagi menahan dirinya untuk berinteraksi secara bebas terhadap Clary, sebulan itu membuat Clary jauh lebih mengenal Alvian dibandingkan satu tahun dia berteman dengan Alvian. Clary juga tahu Alvian sangat dekat dengan kedua orang tuanya dari cara dia berinteraksi dengan keduanya. Dan Clary bersyukur bisa melihat sisi lain dari Alvian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius VS Genius | ✔
Teen Fiction[LONGLIST WATTYS 2018] 😆😆😆 Apa jadinya jika gurumu seumuran denganmu? Apa jadinya jika gurumu sangat keren? Apa jadinya jika gurumu adalah seorang jenius? Apa jadinya jika kau sepintar gurumu? Here, you'll find out what will happen. Meet Clary, a...