"Anjir, baju lo kenapa?"
Ling rasanya pengin makan monyet. Dia datang ke sekolah dengan penampilannya yang acak-acakan. Padahal udah pede mau ketemu gebetan di sekolah, tau-taunya dia kena musibah.
"Diem lo!" Ketusnya, nggak mau menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Benedetta dengan penasaran tinggi.
Cewek tomboy itu menghembuskan napas terakhirnya—nggak lah, maksudnya menghembuskan napas lelah. "Lo dikejar monyet lagi?" Benedetta udah tau sih musibah apa yang dialami Ling, dia jadi ikutan prihatin.
Ling mewek, bajunya compang-camping kena cakaran monyet. Dia sendiri nggak tau itu monyet punya siapa? Yang jelas cuma dirinya yang apes karena murid lain keliatannya nggak ada yang bermasalah sama monyet. Apa Ling ganteng ya, sampai-sampai monyet aja pengin dekat-dekat dia. Haha, Ling tertawa sendiri menyebut dirinya ganteng. Sementara Benedetta sudah menatapnya horor, ngeri kalau Ling kesambet setan yang sebelumnya nemplokin monyet di depan sekolah.
"Nggak waras nih anak." Gumam Benedetta, ia celingukan mencari beberapa teman sekelasnya yang bisa dimintai tolong memanggilkan pak Khaleed supaya diruqyah.
"Duh mana belum ada yang nyampe kelas. Gue jadi ngeri sendiri." Gumam Benedetta lagi, takut kalau ketularan gilanya Ling.
"Temen lo kenapa?" Natalia baru sampai kelas, melihat Ling yang masih senyum-senyum sendiri berusaha mencari tahu dengan bertanya pada Benedetta.
"Gue nggak tau, Nat, tolongin dong, panggilin pak Khaleed. Nih anak keknya kesambet deh."
Natalia mendelik. "Oke, bentar ya gue panggilin."
Benedetta bernapas lega kalau ada Natalia.
Nggak berapa lama, pak Khaleed yang emang rajin selalu datang pagi-pagi sekali sudah sampai di kelasnya Natalia. Sudah banyak teman sekelas yang datang, jadinya kelas itu agak ramai.
"Kenapa teman kamu?"
"Ini pak, dari pagi tadi ketawa sama senyum-senyum sendiri. Nggak berhenti-henti." Kata Benedetta menjelaskan.
"Biar saya sembuhkan, keknya emang kesambet ini."
Pak Khaleed mendekati Ling dan menempelkan telapak tangannya dikening Ling. Udah kayak mbah dukun, mulutnya komat-kamit baca mantra~Benedetta nyanyi dalam hati.
"Astaghfirullah nak, makanya kalau ngelakuin apa-apa itu hati-hati ya." Nasihat pak Khaleed ketika Ling udah sadar, walaupun mukanya planga-plongo kayak orang tolol—Benedetta yang bilang begitu.
Sepertinya pak Khaleed, Benedetta dan teman lainnya menghampiri Ling.
"Lo habis ngapain sih? Jelek amat penampilan." Natalia meroasting.
"Lo udah sadar kan Ling?" Benedetta bertanya khawatir.
"Udah gaes, emangnya gue kenapa sih?"
"Lah tolol anjir, lo kesambet setan pohon keknya. Lo habis ngapain?" Fanny nimbrung.
Ling berpikir. Nggak berapa lama masang muka nyengir.
"Gue karena kebelet, nggak sengaja buang air di pohon samping sekolah. Nggak keburu kalau lari ke toilet."
"Punya temen kok tolol bet astaga. Trus baju lo koyak itu kenapa?" Zilong juga heran sama tetangganya yang satu itu.
"Lah lu kapan datangnya? Kelas lu kan bukan disini?"
"Diem lo!" Zilong berkaya sewot pada Fanny.
"Heh, ini kelas gue ya. Lo yang diem, mending lo keluar deh. Bikin gue betmut aja." Fanny nggak terima kalau dirinya disewotin gitu. Maklum, lagi PMS.
"Udah-udah." Benedetta melerai.
"Huff, monyet yang jaga disana ngejar gue. Dia marah kalau gue sembarangan. Salah gue sih, tapi yang jelas gue kapok. Nggak ngulangi lagi."
Serempak bilang alhamdulillah.
"LING, BAGI LINK YANG VIRAL KEMARIN DONG, LO KAN UDAH JAN—"
Sepatu Ling melayang mengenai wajah Alucard yang baru datang. Dia langsung tepar di depan kelasnya Ling dengan keningnya yang membiru saking kerasnya lemparan tadi.
"Astaghfirullah Ling, lo bandar pekob?" Zilong bertanya nggak habis pikir. Baru sadar temannya itu ternyata—.
"Goblok, mana ada?" Dalih Ling.
Para cewek menatap Ling malas. Semua cowok sama aja, katanya udah kapok. Tapi kelakuan masih tetap kek setan. Bubar~
"Buktinya tadi Alu bilang gitu."
"Ck, nggak lah."
"Gue aduin pak Khaleed nih, biar lo kena ceramah."
Ling menatap Zilong tajam.
"Lo mau nggak? Kalo mau nanti pulang sekolah ke rumah gue."
"Bagus nggak yang viral itu?" Tanya Zilong kepo.
"Bagus banget anjir."
"Oke. Gue nanti ke rumah lo. Hehe."
"Oke Zil."
Semua cowok emang ngeres otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MLBB Harian] Do You Want A Know A Secret?
FanfictionJulian pening banget kalau udah berurusan sama Yin. Ditambah Xavier dan kawan-kawannya yang sifatnya rusuh banget. Terlepas dari itu semua, kehidupannya jadi lebih berwarna walaupun perilaku teman-temannya itu slengean semua, dan Julian bersyukur b...