Bonus.
______________"Lo dicariin cewek lo noh." Arlott melenggang pergi setelah mengatakan begitu pada Julian yang baru saja keluar dari kamarnya. Arlott yang baru pulang dari nongkrong, tidak sengaja berpapasan dengan Melisa dibawah. Mau tidak mau Julian turun ke ruang tamu dengan alis yang bertaut heran.
Cewek katanya? Julian sendiri tidak pernah menyukai gadis seusianya—belum. Mana mungkin ada cewek yang ngaku-ngaku jadi ceweknya? Gila saja.
Sesampainya di ruang tamu, Julian mendapati Melisa yang duduk di sofa dengan memainkan ponselnya. Cowok itu duduk di depan Melisa yang berhasil membuat cewek berambut pendek itu mengalihkan atensinya pada Julian.
"Gue kira siapa?" Tanya Julian tiba-tiba, dia jadi lega kala tahu kalau Melisa yang ingin menemuinya.
Melisa menatap Julian heran. Memangnya Julian berharap siapa yang datang? Tapi dia alihkan pemikiran tidak jelasnya itu dengan mengulurkan sebuah kantung kertas kearah Julian. "Gue mau balikin Hoodie lo, Jul. Thanks ya udah minjemin gue."
Julian menerimanya, "gue sebenernya lupa kapan minjemin lo Hoodie gue?" Cowok itu terkekeh, ingatannya begitu payah. Dia jadi malu sendiri.
Melisa tersenyum manis. Di tambah malam itu Melisa mengenakan celana jeans pendek sepaha dengan kaos pink yang dia masukkan ke dalam celana. Manis sekali.
"Hari ini lo sibuk, nggak?" Tanya Melisa kemudian.
"Gue baru aja selesai mandi, dan nggak tau mau ngapain?"
"Jul, gue mau ajak lo temenin gue nonton. Gue udah nunggu nih series dan pengin nonton, tapi nggak ada temen."
"Gue siap-siap dulu, ya. Sekalian nanti pulang kita mampir ke toko buku. Ada yang mau gue beli." Julian kembali ke kamarnya setelah mendapat anggukan dari Melisa. Tidak berapa lama, cowok itu kembali dengan mengenakan Hoodie abu-abu—style pada umumnya.
"Ayok." Ajaknya.
Melisa mengangguk, mereka berdua segera berangkat agar tidak sampai telat membeli tiket nonton.
"Gue baru kali ini bener-bener keluar malam bareng lo." Ucap Melisa agar suasana tidak sepi.
Julian terkekeh dan membenarkan ucapan Melisa. Mereka memang bertetangga, tapi kalau keluar malam dan jalan-jalan seperti pada umumnya, mereka hampir tidak pernah.
"Jul. Edith tadi bilang ke gue kalau dia udah bisa nerima Xavier walaupun itu cowok kadang masih berkelakuan kayak jamet."
Kali ini Julian benar-benar tertawa, dia tidak menyangka kalau Melisa menjuluki Xavier jamet. "Kalau Xavier jamet, gua apa dong?"
"Lo Julian. Cowok cengeng yang nangis diatas ayunan gara-gara permennya di rebut anak kompleks lain." Seloroh Melisa berusaha menjaili cowok itu. Ingin melihat bagaimana reaksinya.
Julian menatap Melisa takjub, bahkan dia sendiri lupa dengan kejadian itu. Eh, jangan-jangan Melisa hanya mengarang cerita?
"Mana ada gue nangis gara-gara permen gue direbut?" Sanggah Julian menolak cerita karangan Melisa.
Cewek itu tertawa.
"Gue masih ingat anjir, lo ngambek ke ayah lo dan pengin beli permen sepabriknya."
Kedua pipi Julian memanas kali ini, belum pernah merasa semalu ini sebelumnya. Tapi samar-samar Julian memang ingat kejadian seperti yang diceritakan Melisa. Dia jadi berpikir bagaimana Melisa tahu sedangkan pada kejadian itu, mereka belum saling mengenal. Menyadari diamnya Julian, Melisa mencoba menyenggol bahu Julian. Dia nggak mau kalau ceritanya bikin Julian sedih atau bawa perasaan. Dia takut melukai hati Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MLBB Harian] Do You Want A Know A Secret?
FanfictionJulian pening banget kalau udah berurusan sama Yin. Ditambah Xavier dan kawan-kawannya yang sifatnya rusuh banget. Terlepas dari itu semua, kehidupannya jadi lebih berwarna walaupun perilaku teman-temannya itu slengean semua, dan Julian bersyukur b...