Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester di sekolah Julian. Hanya satu mata pelajaran. Neraka sepuluh hari bagi siswa-siswi telah berakhir. Selesai ujian, ada yang pergi nonton, jalan-jalan ke mall, pergi ke tempat karaoke. Ada pula yang buru-buru pulang untuk menyelesaikan gim onlinenya.
Julian sendiri langsung pulang dan ingin rebahan santai di rumah. Tapi sebelum dia keluar dari gerbang sekolah, teriakan Yin masuk ke pendengarannya. Mau tidak mau Julian menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Kenapa?"
"Ke tempat gue yuk, bunda bikin bolu kesukaan anak-anak panti."
Julian terdiam sejenak.
"Cuma gue?"
"Gue ajak bang Xavier ama Melisa."
Julian menyetujuinya.
"Tungguin." Melisa berlari ke arah mereka dan diikuti Xavier yang berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Bertiga doang?" Tanya Melisa.
Yin mengangguk.
"Mau ajak siapa lagi, Mel? Kasian Yin nanti kalau datang rame-rame." Kata Julian memberi tahu. Dia cuma nggak ingin kalau orang Panti nanti kerepotan.
"Oh ya udah kalau gitu. Maaf ya." Ujar Melisa kemudian.
Mereka berempat berjalan beriringan keluar area sekolah, menunggu bus datang di halte. Tidak berapa lama pun bus datang dan mereka segera masuk mencari tempat duduk.
Hari masih siang, jarum jam masih menunjukkan pukul sepuluh.
"Bang, lo ga ada kegiatan OSIS?" Melisa bertanya.
"Enggak. Nunggu selesai remedial, baru persiapin class meetingnya."
Melisa manggut-manggut paham.
"Lo tau ga bang? Edith kayaknya udah luluh dan mau buka hati ke elo." Melisa berbicara lagi.
Xavier termenung, agak tidak yakin dengan ucapan Melisa.
"Yang bener?" Yin nimbrung. Walau nggak diajak, dia sok paham aja lah. Yang jelas nggak merugikan satu sama lain.
"Apa sih Yin? Lo itu nggak diajak." Melisa berkata dengan nada jail. Membuat Yin kesal setengah mati.
"Confess lagi aja lo bang. Siapa tau diterima." Julian memberi usul.
Xavier terdiam. Dia sebenarnya ingin memberitahu mengapa sampai sekarang dia tidak berani menyatakan perasaannya lagi pada Edith. Dia yakin Julian akan paham tentang itu, tapi apa mungkin dia harus bercerita sekarang saat ada Yin dan Melisa? Xavier kalut. Dia enggan melanjutkan topik pembicaraan ini. Pasti tak ada ujungnya. Dan berakhir Xavier yang tiba-tiba insecure bukan main.
Julian yang paham diamnya Xavier segera mengalihkan pembicaraan. Nampaknya topik pembicaraan itu sudah tidak lagi menarik perhatian Xavier, yang ada malah bikin pusing Xavier.
"Eh Yin, Nana gimana kabarnya?" Julian mengalihkan pembicaraan. Yang membuat Xavier dan Melisa mengernyit heran.
"Nana udah sehat kok, kemarin-kemarin dia nanyain elu sih." Kata Yin ceria seperti biasa.
"Nana siapa? Pacar lo ya Jul?" Tuding Melisa. "Atau pacar Yin?" Lanjutnya. Membuat Julian terkekeh sementara Yin mencebik kesal.
Bus berhenti di halte. Melisa, Julian, Yin dan Xavier turun beraturan sehabis membayar ongkos. Mereka berjalan menuju rumah Yin yang tidak terlalu jauh dari halte.
"Omong-omong, rumah lo lumayan jauh ya Yin."
Yin mengangguk, dia menatap Melisa yang berjalan di sampingnya.
"Ya lumayan sih."
"Abang Yin udah pulang, dia ajak bang Julian jugaaa!" Sorak anak-anak panti saat tahu Yin pulang bersama tiga orang temannya.
"Waahh rame juga rumah lo Yin." Melisa antusias, buru-buru untuk sampai ke halaman rumah.
"Bang Julian gimana kabarnya? Bang Xavier juga?"
"Baik."
"Baik dong."
Jawab Julian dan Xavier bersamaan.
"Loh kalian udah kenal mereka? Jadi udah pernah kesini dong." Melisa sendiri yang dibuat bingung. Pasalnya memang dia sendiri yang tidak tahu apa-apa. Bahkan Yin yang tinggal di Panti Asuhan pun Melisa tidak tahu sama sekali. Dia jadi orang terakhir yang tahu tentang Yin. Dan Melisa merajuk akan hal itu.
Tadi Melisa mau diajak karena Julian juga ikut kelihatannya. Mereka kan tentanggaan, jadi bisa pulang bareng karena searah. Dan dia sama sekali nggak ngerti sejauh apa pertemanan antara Julian, Yin dan Xavier. Karena dia cewek sendiri juga sih. Jadi jarang kumpul. Melisa masih merajuk sampai jam pulang.
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
[MLBB Harian] Do You Want A Know A Secret?
Fiksi PenggemarJulian pening banget kalau udah berurusan sama Yin. Ditambah Xavier dan kawan-kawannya yang sifatnya rusuh banget. Terlepas dari itu semua, kehidupannya jadi lebih berwarna walaupun perilaku teman-temannya itu slengean semua, dan Julian bersyukur b...