Ujian akhir semester sudah selesai satu minggu yang lalu, begitu juga dengan class meeting dan juga pembagian raport kenaikan kelas. Hari ini sampai dua minggu kedepan liburan sekolah dilangsungkan. Tidak ada yang menarik bagi Julian yang hari-harinya sibuk main gim dan membaca komik di kamarnya. Sementara jadi kesempatan Xavier yang jadi karyawan magang dan pekerja paruh waktu. Yin juga begitu, hari-hari liburan sekolah pun digunakan untuk membantu di Panti dan menghabiskan waktu bersama adik-adik Panti. Lalu Melisa hampir sama dengan Xavier, dia bekerja paruh waktu di toko perlengkapan bayi.
Tapi karena kali ini teman Julian semakin bertambah, dia jadi kelabakan karena pesan-pesan singkat dari kakak kelasnya. Siapa lagi kalau bukan Natalia dan Granger. Mereka berdua memberi spam chat padanya agar ikut liburan. Julian menolak, dia jadi tidak enak. Dia sendiri juga tidak begitu ingin menikmati liburan sekolah dengan bepergian. Namun Granger yang sifatnya keras kepala berusaha membujuk Julian agar mau ikut.
“Ikut ya, Jul. Biar rame.”
“Gua gak bisa, bang, ada kerjaan di rumah.” Balas Julian memberi pengertian.
“Sekali doang Jul, lagian juga gak sekarang. Cuma dua hari. Tar kita nginap di villa nya Alu.”
Julian terdiam. Semenjak mengenal Natalia dan kawan-kawannya, Julian jadi sedikit kurang berkumpul bersama gengnya.
“Mau, ya, Jul.”
“Kapan?”
“Lusa, besok prepare.”
“Emang rencananya mau kemana?”
“Pantai.”
“Besok gua kabarin lagi, ya. Thanks bang udah mau ngajak gua.”
“Yes, oke kalo gitu. Gua mau main PS. Lo mau ikut gak? Gua tungguin nih.”
Julian tersenyum. “Main aja. Gua mau tidur.” Setelah mematikan telepon, Julian merebahkan dirinya di atas kasur. Dia membentuk posisi telentang dan menatap plafon kamarnya. Semuanya terasa monoton baginya, hidup Julian juga tidak ada yang menarik. Setiap hari sepulang sekolah selalu begitu. Sampai rumah dan bertemu dengan keluarga tirinya, lalu akan merasa kekosongan ketika memasuki kamar. Kadang bertanya-tanya, kapan ayah pulang? Kapan terakhir kali dia manja dengan orang tuanya? Semuanya masuk dalam pikiran Julian tiap kali dia berdiam diri di kamar.
Dulu sekali dia begitu menginginkan seorang adik, tapi tak pernah terkabulkan. Ibunya keguguran ketika mengandung adiknya. Lalu saat dia berusia dua belas tahun, ibunya meninggal karena penyakit jantung. Karena membuat ayahnya kesepian, Julian ditinggalkan merantau oleh ayahnya namun sebelum itu ayah Julian membawa keluarga tiri baru yang ternyata sifatnya berbanding terbalik ketika ayahnya baru berangkat. Benar Julian tidak dianiaya, tapi semua fasilitas yang mengendalikan sepenuhnya adalah mama tirinya. Ditambah kakak tirinya yang menurun sifat mamanya. Karena itu semua, Julian jadi pemurung dan suka sendirian. Karena merasa suntuk, ia nekat mencoba yang namanya nikotin, dan dia jadi kecanduan.
Julian bangkit dan berjalan ke jendela, membukanya lalu duduk di kusen sambil menatap ke arah kamar Melisa. Yang entah kenapa akhir-akhir ini selalu tertutup rapat berikut gorden abu-abu yang menutupi jendela. Dia jadi tidak bisa melihat Melisa, apa yang dilakukan Melisa di meja belajar. Tanpa sadar Julian merindukan gadis itu. Lebih dari tiga bulan mereka tidak berbicara intens seperti kemarin-kemarin. Julian sendiri sepertinya terlalu fokus dengan olimpiade, persiapan ujian dan saling tukar komik dengan Granger kalau ada waktu luang. Dia dan Melisa seperti ada jarak lagi, seolah melupakan kejadian dimana Julian pernah mengecup bibir gadis itu.
Mengusap wajahnya kasar, dia ingin tahu kegiatan Melisa. Ingin tahu bagaimana keadaan gadis itu. Ingin tahu apa saja yang telah dilakukan Melisa selama ini. Julian menghela napasnya pelan. Lalu dikejutkan oleh cahaya—mungkin asalnya dari lampu—di kamar Melisa. Sengaja menunggu karena dia pikir Melisa akan membuka jendela dan pintu kaca yang mengarah ke balkon kamar gadis itu. Tapi nihil sebab alih-alih gordennya terbuka, cahaya lampu itu kembali padam. Julian mendengus, dia melirik jarum jam yang ada di nakas samping kasurnya. Pukul 22.07, sudah terlalu larut jika harus membuka gorden. Jadi dia memilih untuk menutup jendela dan bersiap untuk tidur.
Paginya, Julian sengaja ke rumah Melisa. Dia ingin basa-basi dengan gadis itu. Tapi anehnya pagar rumah Melisa terkunci rapat, Julian dibuat bingung. Sudahlah, dia memilih untuk kembali ke rumah. Ia menatap ponselnya yang tergeletak di meja belajar. Sebuah ide muncul dari otaknya. Julian berinisiatif menelepon Melisa, tapi sampai deringan keempat panggilannya tetap tidak ada respon. Malah Granger yang menghubunginya.
“Halo?”
“Lo nginap sini kan? Buat persiapan besok, biar gak kepontal-pontal.”
“Oh iya, nanti sore gua ke sana.”
“Oke, gua tunggu, ya, Jul. See ya.”
Benar. Julian akan liburan dengan Granger dan kawan-kawannya. First time dia keluar mencari kesenangan ketika libur panjang.
_______________________
Melisa mendapat shift pagi hari ini, jadi dia pulang agak sore. Seperti biasa Melisa berjalan kaki, tempat kerja paruh waktunya pun juga tidak begitu jauh. Setelah sampai di rumah, Melisa sempat melirik ke rumah Julian yang seperti biasa—sepi. Tidak mau berpikir panjang, Melisa membuka pagar dan menguncinya kembali. Dia sudah masa bodoh dengan bapaknya yang akan pulang atau tidak? Pokoknya hari ini Melisa langsung istirahat di kamar, tidak mau ada yang mengganggu. Karena itu dia mengunci pagar dan pintu rumah agar tidak bolak-balik. Sewaktu di kamar, dia menaruh tas dan melempar sepatunya ke pojok kamar. Sadar karena dia tidak pernah membuka gorden jendela dan pintu kaca yang mengarah ke balkon kamarnya, Melisa terdiam. Dia memang sengaja menghindari Julian. Entahlah.
Melisa berjalan menuju kamar mandi dan menyegarkan dirinya dengan air dingin. Setelah selesai dia segera mengenakan pakaian yang lebih santai. Melisa membuka gorden setelah sekian lama tertutup. Satu hal yang membuat Melisa termangu, jendela kamar Julian yang tertutup rapat. Gadis itu menghembuskan napas lelah. Dia merindukan Juliannya. Rasanya lama sekali dia tidak menegur cowok bersurai merah itu.
Masalahnya adalah, Melisa menyadari kedekatan Julian dengan Natalia—yang Melisa tahu adalah teman sekelas Xavier. Julian jadi lebih sulit diraih. Hari-hari di kantin dia selalu berpapasan dengan Natalia yang sialnya selalu ada Julian disana. Walaupun mereka teman sebangku, Melisa akan pergi ke kantin bersama Edith dan Ruby ketika jam istirahat, sementara ia tidak begitu peduli dengan kegiatan Julian saat jam istirahat. Ini yang Melisa maksud dengan jarak. Ia menganggap semuanya bukan salah Julian, melainkan hatinya lah yang memilih untuk berharap lebih. Setelah kejadian itu, Melisa tidak mau percaya dengan ucapan cowok lagi—walaupun sebenarnya tidak ada yang menyuruhnya percaya.
Melisa duduk meringkuk di atas kasur, kekosongan ini. Kehampaan ini pernah dia rasakan sebelum-sebelumnya. Tapi sesakit ini menyadari jarak antara dirinya dengan Julian. Dadanya serasa diremas. Bahkan selama ini Julian tak lagi mengiriminya pesan, atau sekedar mengajak ke kantin saat istirahat tiba. Cowok itu kembali dingin seperti sebelumnya. Melisa menangis, Julian tahu kalau dirinya cengeng. Tapi ini bukan tentang Julian tahu atau tidak? Ini tentang perasaannya yang sialnya makin bertambah ketika Julian berhasil mencuri ciuman pertamanya.
Sialan.
Apa sesakit ini, sih, jatuh cinta pada seseorang? Kenapa rasanya sesak? Melisa tidak pernah membayangkan jika dirinya akan merasakan hal seperti ini. Kemungkinan Julian adalah cinta pertamanya, entahlah.
Ah~dia ingin tahu apa yang dilakukan Julian sekarang.
Melisa mencari ponselnya di dalam tas, saat dia menemukannya dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Julian. Hati Melisa kembali menghangat, sepertinya Julian masih peduli padanya. Namun ketika dia tak sengaja melihat status WhatsApp Julian, dadanya kembali sesak. Apa ini? Dia cemburu atau apa?
Julian membuat satatus WhatsApp dengan mengirim sebuah foto candid Granger, Alucard dan Natalia yang tengah bermain PS. Fotonya sedikit blur, mungkin karena filter. Tapi masih sedikit jelas. Dan Melisa tahu semua orang yang dipotret Julian.
Juliannya direbut. Tapi dia bisa apa?
.
kok jadi gini sih???
Julian lagi mode lupa sama sahabat sendiri gaes, gua juga pernah sih cemburu karena besti gua liburan sama bestinya yang lain. pokoknya gak enak bat gitu, merasa terasingkan dan direbut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MLBB Harian] Do You Want A Know A Secret?
FanficJulian pening banget kalau udah berurusan sama Yin. Ditambah Xavier dan kawan-kawannya yang sifatnya rusuh banget. Terlepas dari itu semua, kehidupannya jadi lebih berwarna walaupun perilaku teman-temannya itu slengean semua, dan Julian bersyukur b...