2 | drama di rumah Julian

281 19 0
                                    

Sehabis memasukkan sepedanya ke garasi, Julian berinisiatif untuk segera tidur karena besok dia harus bangun pagi-pagi sekali. Tapi aslinya dia yang lagi ada masalah sama ibu dan abangnya, si Julian nggak dibolehin tidur awal sama abangnya.

"Jul, lu bisa bikin tugas gue selesai gak?"

"Tugas apa?"

"Matematika, selesaiin dong, besok dikumpulin."

Julian nerima buku paket yang dilemparin abangnya kemuka dia. Untung aja nggak kena mukanya yang ganteng ini.

"Gue harus tidur lebih awal bang."

"Lah, bodo amat. Kerjain dulu tugas gue." Abangnya yang berjarak dua tahun itu nggak mau tau sama alasan apapun dari Julian yang sudah dianggap babunya. Dia memilih masuk ke kamarnya. Nggak peduli wajah adiknya yang kelihatan lelah.

Gini amat nasib jadi babu.

Mau nggak mau Julian ya harus ngerjain tugas abangnya itu. Kalau nggak mau dia besok nggak dibolehin tidur di dalam.

Udah makanan sehari-hari kalau abangnya itu semena-mena sama dia. Ceritanya bapaknya Julian tuh nikah lagi, dan ibu tirinya juga punya anak yang selisih dua tahun lebih tua. Dan dia nggak akur sama abang tirinya.

Julian capek sih, udah dua tahun dia kayak gini. Mana bapaknya lagi merantau ke negara lain. Siapa juga yang bisa bela dia kalau disini terjadi sesuatu. Julian pengin kabur dari rumah, tapi ya gitu, bapaknya nanti bakal ngamuk. Ibu sama abangnya itu kan cepu, mana bermuka dua kalau ke bapaknya. Kan Julian jadi serba salah nantinya. Seolah-olah Julian yang nakal disini. Uang jajannya dia aja diembat semua sama si ibu tiri.

Ponsel Julian yang ada di atas kasur berbunyi. Buru-buru dia mengambilnya. Obrak-abrik aplikasi pesan. Banyak banget pesan dari grup. Nggak tau mereka pada ngomongin apaan. Niatnya Julian nggak mau nimbrung ya, soalnya dia sendiri kurang srek sama pembahasannya. Paling juga Yin si pelor—nempel molor—itu nggak merhatiin pengumuman.

Dia lempar lagi tuh ponsel ke atas kasur, dan berjalan ke meja belajar. Tugas kelas dua belas sebenernya susah, kan Julian masih kelas sepuluh. Ya kali dia harus ngerjain soal kakak kelas angkatan ke tiga. Tapi untungnya Julian tuh udah cakep, pendiam, keren, pinter lagi. Ya digas aja lah ama doi. Paket lengkap cuy, author aja mau jadi ceweknya bang Jul.

Sampai akhirnya pukul 00.15, Julian baru bisa tidur. Itu aja matanya udah sepet banget. Dia cuma bisa tidur empat jam.

Pukul 04.25 Julian udah bangun. Dia cuci muka, gosok gigi, trus jalan ke dapur. Bikin bekal sendiri. Mana mau ibu tirinya buatin? Julian mah dipaksa mandiri sama keadaan. Dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Selesai dia bikin bekal, sekaligus sarapan. Pukul 06.00 Julian mandi dan siap-siap ke sekolah. Sekolahnya jauh, dan dia berangkat naik sepeda. Beda sama abangnya yang naik mobil padahal sekolahnya aja deket banget. Julian sengaja memilih sekolah yang berbeda sama abangnya. Dia tau risikonya. Nggak mau disusahin sama abangnya yang nggak tau diri itu.

Pukul 07.15 Julian udah sampai di parkiran sekolah. Dia parkirin sepedanya disana. Satpam sekolah juga udah hapal sama Julian. Dia biasanya tidur lima belas menit di kelas sebelum pelajaran mulai. Lumayan. Tiap hari begadang. Siapa lagi yang buat ulah? Ya abangnya yang nggak tau diri itu.

"Rajin banget si Jul?" Yin ngomong sendiri, dia baru tiba di kelas dan langsung duduk di bangkunya.

Julian nggak sadar kalau dirinya dilirik terus-terusan sama si Yin. Ya iyalah, dia kan tidur.

"Napa ya, tuh anak suka banget tidur sebelum pelajaran pertama dimulai?" Yin tanya ke teman sebangkunya yang kebetulan baru duduk di sebelah Yin.

Gusion ikutan menatap Julian yang masih enak tidur.

"Oh si Jul maksud lu?"

Yin mengangguk. 

"Begadang kali."

"Apa Iyah?"

"Tanya aja sama anaknya sendiri."

Yin menggeleng, "nggak deh. Soalnya anaknya pendiam banget."

Gusion mengedikkan bahunya.

Bel masuk berbunyi, teman sekelas Julian juga sudah masuk ke kelas semuanya. Berhubung hari ini kelas mereka melakukan kunjungan ke museum dan beberapa tempat edukasi, seisi kelas diminta untuk berkumpul di lapangan sekolah.

Melisa yang jadi teman sebangku Julian membangunkan cowok itu.

"Jul bangun, disuruh kumpul tuh."

Julian bangun dengan setengah sadar.

"Yok." Ajak Melisa perhatian. Nggak. Melisa nggak punya perasaan sama Julian. Dia cuma simpati aja, soalnya udah tau kehidupan Julian karena mereka tetanggaan.

Julian berdiri dengan wajah bantal. Maklum baru bangun tidur. Kayaknya setengah jam dia tidur di kelas. Lumayan lah. Nanti di bus juga bakal dia lanjutin tidurnya.

Setelah diabsen satu persatu oleh Floryn—ketua kelas Julian—mereka diminta masuk bus. Tempat duduknya acak. Jadi Julian kebetulan duduk bersama Yin yang tidak kebagian tempat duduk.

Julian sih diam aja, terserah mau duduk sama siapapun entah cowok atau cewek. Entah Melisa ataupun Yin. Toh dia juga mau melanjutkan tidurnya.

"Jul, tukar dong gue dekat jendela."

Julian menoleh tanpa menjawab.

"Gue mau tidur."

"Gue juga mau tidur."

Ck, Julian berdecak. Tanpa basa-basi dia berdiri dan menyuruh Yin bergeser.

"Lo kan udah tidur tadi." Kata Yin.

Julian cuma bergumam sambil merem.

"Oke gue tidur ya."

Julian bergumam lagi. Terserah si Yin mau ngapain juga.

Tapi nggak berapa lama bus mulai berjalan, Julian juga udah tidur. Dia ngantuk berat loh gara-gara semalam. Parah begadang sampai jam 12. Kepala Julian jatuh kepundak Yin. Bodo amatlah, yang penting Julian bisa istirahat sekarang.

____

damai banget tidur dekat yin

damai banget tidur dekat yin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[MLBB Harian] Do You Want A Know A Secret?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang