12 | masalah

130 13 0
                                    

"Jul, nanti temen-temen gue mau nginap disini. Jadi lo bisa ga jangan nongol?"

"Oke."

"Gue ga mau mereka tanya-tanya, lo tau sendiri gue males jawabnya."

"Iya, gue nanti juga mampir ke rumah temen."

"Ya udah deh kalo lo ngerti."

Dikira Julian mau apa nongol depan muka teman-teman abangnya yang sudah pasti sifat-sifatnya songong. Julian nggak pernah mandang apapun kalau berteman. Selagi orangnya enakan dan baik, Julian mau aja berteman. Abangnya yang dari sekolah bergengsi, sudah jelas-jelas tipe pertemanan dia kayak gimana. Duh, kan, jadi ngebandingin lagi.

Nggak mau pusing, Julian milih berangkat sekolah. Hari ini dia ada latihan basket. Jadi nantinya dia juga pulang telat.

Sesampainya di sekolah, Julian nggak sengaja melihat Xavier yang jalan lambat banget sambil nunduk. Agak heran karena dia nggak pernah lihat Xavier murung, jadi dia samperin tuh kakak kelasnya.

"Bang, lo baik-baik aja?" Sapa Julian sedikit khawatir, dia turun dari sepeda berjalan beriringan dengan Xavier.

Xavier yang terkejut melihat kedatangan Julian segera ternyum lebar.

"Nggak. Eh, kok tumben barengan ya?"

Julian tersenyum.

"Bang, kalo ada masalah cerita aja. Jangan dipendam, nanti stres."

Xavier terdiam, aslinya dia nggak mau kalau teman-temannya tahu dia ada masalah. Tapi setelah dipikir-pikir, ini Julian sih. Cowok pendiem yang nggak mungkin mau nyebarin masalahnya ke orang-orang. Alias ngegosip.

"Kalau lo ragu, mending jangan cerita dulu. Tapi jangan terlalu dipikirin."

"Thanks, ya. Eh Jul, nanti istirahat lo kemana biasanya?"

Julian nampak berpikir.

"Biasanya gue ke kantin beli roti sih, trus balik ke kelas." Jawabnya.

"Oke, nanti gue tunggu di ruang OSIS ya. Mumpung nggak ada yang ke sana di jam istirahat pertama."

"Ngapain?" Tanya Julian keheranan.

"Udah, habis beli roti nanti kesana gue tunggu. Eh buset, gue ngapain ikutan ke parkiran? Haha."

"Jiah, baru sadar."

"Ya udah, gue ke kelas. Kemarin belum piket." Xavier pergi meninggalkan Julian yang masih sibuk memarkirkan sepedanya. Agaknya Julian terlihat heran dengan perubahan sikap Xavier. Mungkin cowok itu ada hal yang ingin disampaikan. Jadi, mau nggak mau nanti Julian bakalan datang seperti apa yang diminta Xavier.

______

"Astaga yang, lo kemana aja sih? Empat hari ini ngilang tanpa kabar? Lo mau gue digodain Balmond?" Fanny nyerocos panjang lebar biar Claude ngerti kalau dia tuh selama ini nyariin dan khawatirin pacarnya itu. Tapi karena semua cowok sama aja, Claude nggak peka sama sekali.

"Lo tega banget sih jadi cowok? Lo selingkuh ya?" Imbuhnya.

"Udah Claude, gue nggak ikut-ikutan." Natalia angkat tangan. Nggak mau tenggelam sama urusan rumah tangga mereka. Dia lebih memilih pergi ke kelas dari pada disana nungguin Fanny yang pastinya nggak sebentar.

"Eh kak Nata, mau kemana? Gimana ini?" Udah, Claude kerepotan sendiri. Harus siap sama nasihat Fanny yang bakal selesai besok. Dia yakin.

"Maaf. Ada kejadian yang nggak enak banget." Kata Claude pasrah.

Sebenarnya Claude itu pingsan waktu ngerjain tugas di perpustakaan sendirian. Nggak nyangka sekolah yang dia tempati dan ramai orang ini ada penunggunya. Entah siapa yang bawa dia ke UKS, tapi setelahnya Claude diminta pulang aja karena suhu tubuhnya tinggi banget.

"Jangan ngambek, Fan. Gue minta maaf, udah ngilang empat hari."

Fanny ngambek, nggak mau dengar kalimat Claude.

Ribet banget punya cewek. Batin Claude meringis.

"Gini aja deh, nanti istirahat aku ke kelas kamu. Aku jelasin nanti." Putus Claude yang nggak tau mau bilang apa?

"Kenapa nggak sekarang aja, sih?"

Claude menggaruk pelipisnya yang nggak terasa gatal.

"Aku sakit, Fan. Nggak bisa hubungi kamu atau yang lainnya."

"Yang lainnya itu siapa?" Fanny menatap tajam Claude.

Jancok. Cewek ngeselin.

"Nathan sama Brody, makanya mereka nggak tau aku sakit. Yang jelas, aku pingsan di perpustakaan dan disuruh pulang karena tiba-tiba aku demam."

Tatapan Fanny melunak. Dia merapikan kerah seragam dan dasi Claude agar rapi.

"Lain kali jangan bikin orang khawatir ya. Kan aku jadi mikir macam-macam." Ucapnya.

Claude tersenyum lega.

"BUSET, MASIH PAGI WOI."

"BERISIK LING LUNG!" Karena terkejut mendengar teriakan Ling, Fanny ikut berteriak. Datang dari mana itu si Ling, tiba-tiba muncul kayak jailangkung.

"Ya lo masih pagi juga pacaran di koridor."

"Lo iri, ya?" Fanny ngeledek.

"Dih, apaan? Ngapain iri? Gue juga punya cewek, nih." Ling yang kebetulan datang bersama Wanwan dan Zilong, cowok itu segera merangkul Wanwan dan mendekapnya erat.

"Woi bang, lepasin pacar gue." Yin yang entah datang dari mana, memukul lengan Ling yang merangkul Wanwan. Yin buru-buru menarik Wanwan untuk mendekat padanya dan menjauhkan Ling dari gadis itu.

"Weh, lu siapa anjir main tarik-tarik dia?" Ling sedikit emosi.

"Lepasin dia nggak?" Pinta Yin sambil kembali menarik Wanwan.

"Lo yang lepasin." Ling nggak mau kalah sama bocil tengik ini.

"Nggak."

"Apaan sih, anjir, lo siapa dah?" Ling kembali menarik Wanwan kearahnya.

"UDAH!!"

Dikira dirinya apa ditarik sana ditarik sini? Wanwan pusing melihat dua temannya itu. Alih-alih memarahi Ling maupun Yin, Wanwan pergi dari sana setelah berteriak.

Ling mau ngejar, tapi seragam belakangnya ditarik Zilong.

"Lepasin ih Zil." Katanya risih.

"Udah jangan dikejar."

"Iya tapi tuh bocah tengik ngikutin Wanwan." Apa sih Zilong ini menahannya? Dia takut Wanwan dijaili si Yin.

"Udah sih, Ling. Ditolak ya mundur." Fanny ikut-ikutan. Supaya Ling panas, gitu.

"Dahlah." Ngambek. Ling ngambek. Dia pergi sambil ngambek. Fanny tertawa.

"Aku ke kelas dulu ya yang." Claude yang tadi hanya diam menonton kelakuan kakak kelasnya, berpamitan pada Fanny dan diangguki oleh cewek itu.

"Udah seneng lo, ketemu sama cowok lo?" Zilong bertanya. Mereka berdua berjalan ke gedung kelas sebelas.

Fanny cengengesan.

"Dasar."

[MLBB Harian] Do You Want A Know A Secret?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang