Happy reading!
--
Nadia
Rasanya pagi ini benar-benar aku merasa mual. Entah, semua isi perutku seperti tak di terima oleh tubuhku. Aku terus memuntahkan semua isi perutku pagi ini. Rasanya melelahkan aku ingin menangis karena tenggorokanku terasa tercekik saat ini.
"Kamu nggak apa-apa, Sayang?" teriak Revan dari luar kamar mandi.
"Fine!"
"Mau ke dokter?" tawar Revan.
"NGGAK!" bentakku kesal.
Aku terduduk diatas kloset pagi ini. Lemas benar-benar lemas. Entah apa yang aku makan kemari malam. Apa aku keracunan makanan? Atau... tidak tidak itu tidak mungkin aku kan masih minum pil KB pencegah kehamilan. Pikiranku mulai gelisah tiba-tiba. Apa aku hamil?tapi... aku kan sedang menjalani program KB? Kurogoh laci yang berada di wastafel kamar mandi, dan aku menemukan sebuah kotak yang bertuliskan alat tes kehamilan. Haruskan aku menggunakanan ini? Tapi aku....
Setelah membaca sejenak petunjuk penggunaan test kehamilan itu. garis satu itu negative dan garis dua itu positive. Seumur hidupku aku baru mencoba beberapa kali selama aku menikah dengan Revan dan bodohnya aku sering melakukan sebuah kesalahan lalu hasilnya sering tidak keluar. aku mengambil urinku dan meletakkannya di wadah yang di sediakan. Setelah beberapa lama hasil testpack pun keluar dan menunjukan garis merah satu.
######
Revan
Aku hanya dapat menunggu Nadia di atas tempat tidur dengan perasaan gelisah. Apa dia sakit? Apa dia keracunan makanan? Di dalam pikiranku terus berkecamuk perasaan gelisah tak karuan saat ini. Aku tak ingin wajah cantiknya merasakan sakit dan kesedihan yang berlanjut.
"Mas," panggil Nadia setelah sekian lama dia berada di dalam toilet.
"Kamu nggak apa-apa kan? Apa yang sakit?" tanyaku sembari menghampirinya.
"Nggak."
"Kamu keracunan?" cecarku.
"Astaga! Nggak, Sayang.Aaku nggak apa-apa sumpah deh." Nadia mengangat tangan kanannya.
"Apa kata kamu tadi, sayang?" godoaku.
Nadia terlihat salah tingkah. "A-a-anu anu."
"Begini dong, panggil aku sayang jangan panggil aku Dokter Gila." Aku mendekap tubuh mungil Nadia dengan erat.
"Hu... seneng deh kamu!" gerutu Nadia.
"Ya seneng dong! Akhirnya, setelah sekian lama aku nungguin kamu manggil aku sayang."
Keheningan mengampiri kami berdua. Aku terus mengelus punggung Nadia sembari mendekapnya erat. Desah nafasnya begitu terasa di lenganku, mengelitikku untuk melakukan sesuatu hal yang lebih dari ini.
"Kamu nggak ke rumah sakit, Mas?" Tanya Nadia tiba-tiba.
"Aku mulai praktik sore hari ini." sahutku.
"Aku mau ke rumah sakit sekarang!"
Ia melepaskan dekapanku. Aku memandangi wajahnya sangat lama. terlihat jelas wajahnya sangat pucat bahkan rona merah muda yang menghiasi pipinya pagi ini menghilang bagaikan di telan bumi. Kenapa dia? apa dia sakit?
"Kamu mau ke rumah sakit dengan wajah sepucat pasi bak mayat ini?" tanyaku heran "Lalu, kalo kamu lagi praktik di IGD terus pingsan gimana? Hm?"
"Pasien membutuhkanku." ia bersih kukuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Proposal Making A Baby [EDISI REPOST]
Romance"Ketika hati ini mulai goyah karena bayang-bayang masa lalu itu kembali, bagimanakah aku harus melangkah?" Nadia memang mencintai Revan namun di satu sisi hatinya seorang Dikta tak pernah bisa ia lepaskan begitu saja. Dikta benar-benar masih men...