Raina
Aku tak percaya, Revan tega menampar pipiku. Selama ini ayahku sendiri saja tak pernah mau menampar pipiku tapi dia? kenapa dia berubah jadi sekasar ini si?. Aku terdiam memandangi jalan dari dalam jendela mobil taksi yang aku tumpangi.
"Neng, ini kita mau kemana ya dari tadi kok cuman muter-muter?" tanya supir taksi membuyarkan lamunanku.
"Kita ke apartermen yang ada daerah Surdiman, Pak," sahutku.
"Dari tadi kek Neng ngomong gitu, kalo mau ke Surdiman!" dengus supir taksi ini.
Aku tak menyahut. Rasanya aku masih kesal dengan kejadian tadi. Benar-benar Revan keterlaluan. Awas saja, aku akan membuatmu bertekuk lutut denganku lagi!
Setelah tiga jam aku menempu perjalan yang tak kunjung sampai, tiba ah aku di rumahku. Tidak maksdunya apartermenku. Apartermen yang aku tinggali bersama suamiku yang bodoh itu. Sampailah aku di depan pintu apartermenku, ku buka kenop pintunya. Terlihat apartermenku selalu sepi. Ya aku hanya hidup berdua dengan Dio saja. anak? Aku rasanya tak ingin memiliki anak karena itu akan menyusahkanku saja.
"Kamu udah pulang?" tanya suara seorang pria dan membuatku terkejut.
Aku melirik ke semua sudut ruangan ini, ternyata Dio sudah duduk manis di sofa ruang TV apartermen kami. Ia bangun dari tempat duduknya yang nyaman itu dan menghampiriku.
"Gimana liburan sama temen-temen SMA kamu?" tanya Dio.
"Menyenangkan!" Iya menyenangkan karena aku bersama pria yang aku cintai. Maaf aku harus kembalu berbohong denganmu, Dio. Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milkku bukan si wanita jalang itu.
"Kamu bawain aku apa ni dari Singapur?"
Aku nyaris lupa. Dengan gelagapan aku menyerahkan tas belanjaan yang aku bawa dari Singapur sebagai oleh-oleh untuknya.
"Ini buat kamu, Mas." ujarku gugup.
Dio mendekapku erat, Desah nafasnya begitu terasa di tengkuk leherku. "Makasih ya, Sayang."
"Sama-sama."
Dio melepaskan dekapan eratnya. Kini kami berdua saling berpandangan satu sama lain. Kedua mata cokelat Dio menatapku dalam seolah-olah dia begitu merindukanku yang pergi sangat lama. desah nafasnya begitu terasa menyapu wajahku.
"Aku kangen kamu, Rai," ujar Dio.
"Aku juga kangen kamu, Mas." kataku bohong.
Sedetik kemudian bibir penuh Dio pun mendarat cantik di bibirku. Aku terkejut, karena ini bukan kebiasaan Dio. Selama kami menikah nyaris tiga setengah tahun Dio hanya beberapa kali mencium bibirku, berbeda dengan Revan yang tak terhintung berapa kali mencium bibirku.
#####
Revan
Aku di rundung rasa bersalah sejak tadi. Aku tahu aku seharusnya tak keterlaluan menampar pipi Raina. Tapi... aku benar-benar tak tahan lagi mendengar cacian Raina untuk Nadia, istriku. Suami mana yang tak sakit mendengar wanita yang begitu kalian cintai, wanita yang kalian perjuangkan, wanita yang selalu setia mendampingi kalian di kala susah atau senang di caci maki di hadapan kalian sendiri? Sakit bukan? inilah perasaan yang aku rasakan sekarang.
Aku benar-benar sakit hati mendengar semua cacian dari Raina mengenai Nadia. Wanita jalang, wanita sialan, dan kata-kata kasar lainya terluncur dari bibir cantiknya itu. aku tak habis pikir kenapa wanita secantik ini memiliki sisi lain seperti iblis?
KAMU SEDANG MEMBACA
Proposal Making A Baby [EDISI REPOST]
Romance"Ketika hati ini mulai goyah karena bayang-bayang masa lalu itu kembali, bagimanakah aku harus melangkah?" Nadia memang mencintai Revan namun di satu sisi hatinya seorang Dikta tak pernah bisa ia lepaskan begitu saja. Dikta benar-benar masih men...