Part 17 - Sakit Hati

13.5K 493 9
                                    

Revan

Akhirnya aku pulang setelah lima hari terkutuk dimana aku harus menemani wanita gila ini pergi berbelanja ke Singapur. Dia memang tak pernah berubah sama sekali. Tetap saja angkuh dan mengutamakan penampilan sempurna dengan barang-barang mahal itu adalah segalanya sama seperti delapan tahun yang lalu aku mulai mengenalnya.

Dan wanita ini begitu berbeda dengan Nadia. Nadia begitu menyukai kesederhanaan sedangkan wanita ini tidak. Dan... aku benar-benar ke habisan akal untuk membuang wanita ini dari hidupku. Dia benar-benar iblis bertameng malaikat, kenapa di dunia harus ada seorang wanita macam dia? kenapa ada wanita yang berhati bak iblis yang tega menyakiti perasaan kaumnya sendiri? Terbuat dari apa hati Raina? Aku benar-benar sudah lelah dengan semua permainannya, karena dia aku harus mengabaikan Nadia wanita yang sedang berjuang mati-matian mengandung anakku. Raina sampai kapan kamu begini?

Andai waktu bisa terulang, aku tak akan menenuinya malam itu. sampai kapan aku terjebak di dalam permainan gilanya ini? Nadia, maafkan aku... aku melanggar janjiku sendiri denganmu.

"Sayang, kamu kenapa si?" tanya Raina membuyarkan lamunanku.

"Nggak apa-apa kok," jawabku.

"Bohong!" elak Raina, "Kamu mikirin apa si? Mikirin gimana kalo kita nikah ya? Tenang aja sebentar lagi kita bakalan nikah kok, Sayang."

Aku tersedak. Nikah? Menikah dengan wanita gila ini? Mimpi buruk di hidupku akan datang. Tidak aku tak mau buat apa? toh aku sudah punya Nadia sebagia istri yang jauh sangat sempurna untukku. Salah aku dulu mencintainya, ku kira dia sempurna ternyata dia tak lebih dari seorang iblis. harusnya aku bertemu Nadia lebih dulu bukan wanita gila nan sinting ini.

Raina menepuk-nepuk pundakku. "Kamu kenapa si sayang? Minum dulu gi, aku pang-."

"Rai." selaku.

"Apa, Van?"

"Aku nggak bisa begini terus," ujarku ragu, "Aku nggak kuat bohongi Nad-."

"Bisa nggak aku nggak denger nama wanita jalang itu?!" bentak Raina. Semua orang di dalam pesawat mengalihan pemandangan kearah kami berdua.

"Dimana si hati nurani kamu Rai?" tanyaku kesal.,"Kamu itu kakak sepupunya, saudaranya sendiri tapi kamu malah tega nyakitin dia! Gila kamu."

"Bisa nggak kamu nggak usah ceramah!" dumal Raina, "Aku cape dengerin kamu cerama kaya ustad aja."

"Rai!"

"Van!" Raina menatap kedua mataku sangat dalam, "Aku cuman mau merasakan bahagia! Disepanjang 27 tahun hidupku aku nggak pernah bahagia karena kehadiran si wanita jalang yang selalu merebut kebahagiaanku itu!"

"Stop Rai!" bentakku, "Sampai kapan kamu bilang Nadia itu jalang?! Dia wanita baik-baik bahkan, Kamu nggak tau betapa menderitanya dia selama ini?"

"REVAN! STOP BELAIN WANITA JALAN ITU! PLEASE, VAN!"

"Aku ngomongi ini sesuai fakta!" kataku setengah membentak, "Kamu nggak tahu kan? Betapa sedihnya hidup Nadia? Tinggal di sebuah kompleks dengan rumah-rumah yang reyot, dia harus tinggal di tengah tetangga-tetangga yang usil, dia harus tinggal di rumah kecil yang tak layak huni, di usia yang muda ia harus kehilangan Papanya. Dan di usia muda dia mati-matian mencari uang demi menyelamatkan rumah sebagai tempat tinggalnya itu dari ancaman bank. Kamu pernah nggak ngerasain itu semua? Ha?! Nggak kan?"

Proposal Making A Baby [EDISI REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang