Part 15 - Kado Ulang tahun

15.6K 487 9
                                    

Revan

Alarm ponselku berdering sangat kencang, terlihat sebuah reminder terterah di ponselku. Tanggal dua puluh satu Sepetember kan? Berarti, hari ini hari ulang tahun Nadia kan? Betapa bodohnya aku aku belum mempersiapkan sebuah kado untuknya. aku terlalu sibuk mengurusi Raina si wanita gila itu dari pada istriku sendiri. Dimana akal sehatmu, Revan Agustaf Putra Dharmawan?

Kulirik Nadia yang sedang tertidur pulas sembari memelukku erat. Wajahnya begitu cantik, polos dan tak berdosa. Sama seperti aku melihatnya saat malam pertama pernikahan kami. Kedua matanya tertutup dan bibir tipisnya terkatup membuat hatiku begitu bergetar saat melihatnya. Ya Tuhan kenapa engkau ciptakan wanita bak malaikat ini? Kenapa?. Aku merasa sangat bodoh sekarang aku terjebak dalam permainan Raina yang gila itu. Nadia, maafkan aku.. aku mengkhianati janji kita berdua.

"Mas," panggil Nadia.

Aku mengelus pipi putih mulusnya. "Kenapa sayang? Kok udah bangun si? Baru jam dua belas, bobo lagi gih."

"Ponsel kamu berisik banget si!" Dumal Nadia.

"Maaf ya. Volumenya lupa aku silent tadi sebelum tidur." Aku mencium kening Nadia dengan tulus, "Udah bobo lagi gih. Kamu ngantuk tuh."

"Nggak bisa tidur!" rengek Nadia nampak seperti anak kecil. Astaga aku benar-benar kehilangan akal sehatku setial aku melihat Nadia seperti ini.

"Mau aku nanyiin lagu?" tawarku.

"Emangnya kamu mau nyanyiin aku lagu apa? Lagunya FTISLAND?CNBLUE juga boleh. Mmm... atau lagu-lagu romantis-nya Maroon5   juga aku nggak nolak. Ayo kamu mau nyanyin aku lagu apa?"

"Hm.... apa ya?"

"Apa ayo?"

Setelah terdiam beberapa saat, ku beranikan diri bernyanyi satu lagu yang sangat umum sebagi perayaan hari ulang tahun. "Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday Nadia-ku." Aku berusaha bernyanyi dengan suara sebagik mungkin.

"Mas...."

"Selamat ulang tahun yang ke 27 tahun, Istriku tersayang," kataku tulus, "Semoga di bertambahnya usiamu kamu bisa lebih baik lagi. Semoga kamu bisa jadi seorang dokter yang tulus melanyanin semua pasiennya dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita ya, Sayang."

Nadia tersimpu malu, rona merah muda di pipinya terlihat sangat jelas membuatnya semakin terlihat lebih cantik. Oh, ya tuhan... aku benar-benar merasa semakin merasa bersalah seperti ini. Tega sekali aku mengkhianati wanita sebaik dan secantik dia yang ada di hadapanmu ini.

"Terima kasih, Suamiku saying," sahut Nadia.

"Sama-sama." balasaku.

Sejenak susana hening, aku terus memandangi wajah Nadia sembari membelai rambut hitamnya yang berantakan itu. semenjak ia hamil kenapa aku baru sadar, di semakin lama semakin cantik. Walau perut ratanya mulai buncit tapi jusrtu aku merasa dia semakin cantik dengan perutnya yang sekarang.

"Aku sayang kamu, Kurcaci jelek," kataku dengan nada meledek.

"Aku juga sayang kamu, Dokter gila." Nadia tersenyum denganku, sesaat kemudian kedua mata cokelatnya menatapku sangat dalam.

Seketika aku tergoda untuk mengecup bibir tipisnya itu, ah Nadia kamu selalu saja membuatku hilang kendali setiap aku menatap matamu. Aku benar-benar tak kuasa menatapmu seperti ini kenapa bibirmu begitu mengodaku?

Proposal Making A Baby [EDISI REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang