Part 13 - Rahasia Hidup Antara Aku dan Dia

13.6K 487 14
                                    

pie reading!

--

Nadia

Hari Minggu tiba. Sesuai rencanaku, aku ingin pergi menunjungi mama. Sejak pagi aku sudah pergi dari rumah bersama Revan. Syukurlah hari ini aku di bebaskan berjaga di UGD oleh dokter Satya. Aku pergi bersama Revan, sepanjang perjalan aku tak banyak bicara denganya Revan. Sikap Revan begitu ubah beberapa minggu belakangan ini.

Yang parahnya, saat ia ulang tahun kemarin. Untuk pertama kalinya dia menolak makan di rumah karena alasan pekerjaan harus berjaga malam di rumah sakit. Aneh, tak biasanya dia seperti ini. Selama lima setengah tahun aku menikah dengannya ia selalu menolak bekerja di hari ulang tahunnya hinga larut malam. Tapi sekarang?

Dan aku sebagai istrinya hanya bisa pasrah. Aku merasa semakin lama ia semakin aneh, apa ini cuman perasaanku? Atau apa? kenapa tiba-tiba berubah? aku masih membutuhkan perhatiannya karena kehamilanku ini. Ya Tuhan apa yang terjadi sekarang? Apa ada yang Revan sembunyikan dariku? Aku harap ini hanya perasaanku saja.

Kehamilanku, memasuki minggu kesepuluh. Well, perut rataku kini mulai sedikit lebih buncit yang tak kasat mata. Aku hanya bisa mentertawai diriku saat aku bercermin. Bagimana kalau perutku yang rata ini akan semakin membesar? Mungkin aku akan mirip seperti badut di taman hiburan ya? Entahlah, aku terlalu takut membayangkanya. Mungkin aku akan terlihat sangat konyol dan lucu bukan?

Revan hanya mengantakanku sampai di depan rumah mama lalu ia berangkat kerumah sakit. Seketika perasaan aneh menyelimutiku. Sebegitu pentingnyakah pergi ke rumah sakit dari pada menemaniku istrinya sendiri pergi ke rumah mama mertuanya? Menyebalkan.

"Assalamualaikum!" teriakku saat berdiri di depan pagar rumah.

Terlihat sosok Mama keluar dari balik pintu rumah. "Walikumsalam. Nadia, ayo masuk!"

Mama langsung menariku kedalam rumah. Aku hanya menurut dengan kemauan Mama. Terlihat seperti biasa rumah begitu sepi. Kuputuskan untuk duduk di atas sofa yang berada di ruang tamu. Tak cukup banyak di rumah ini. Mulai barang yang mulai menghiasi rumah ini, seperti TV plasma model terbaru, AC di ruang tamu dll. Bahkan rumah ini yang awalnya tidak bertingkat, sekarang memilik lantai atas yang di jadikan kamar untuk Delima dan kamar tamu. Ya setelah aku menikah, memang kehidupan keluargaku berubah 180 derajat lebih baik. Bahkan, orang-orang berhenti mencibir keluargaku.

"Nenek mana?" tanyaku tiba-tiba.

"Masih tidur,"

"Delima?"

"CFD. Sama Fatir, biasa lah mereka," sahut Mama, "Namanya juga pasangan baru jadi masih panas-panasnya."

Well, adikku memang baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu. Umurnya memang belum genap 24 tahun tapi, Fatir nekat mengajak adikku menikah. Ya dari pada MBA kan nggak lucu juga kan? Entah aku ingin memaharinya atau apa dengan keputusan gilanya itu. tapi, yang pasti adikku tak segila diriku. Dua puluh satu tahun di umur yang masih muda aku malah nekat untuk menikah dengan pria yang jarah usianya sangat jauh denganku, sepuluh tahun. coba bayangkan aku ini segila apa aku ini? Silakan kalian mengatakan aku gila sekarang. Aku tak perduli yang aku tahu cinta itu tak memandang usia. Seperti aku dan Revan.

Aku membenamkan tubuh mungilku di sofa ruang tamu. Ah, aku merindukan kebiasaan ini. Sangat merindukanya. Kebiasaan yang bebas tanpa ada aturan.

Proposal Making A Baby [EDISI REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang